Share

22. Jual Kesedihan

Penulis: Blue Rose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 23:40:30
Apa sebenarnya Juna memang masih mencintai Melka?

Saat Dea berpikir keras, tiba-tiba datanglah seorang tak dikenal dan berpenampilan seperti kurir membawa buket bunga Lily putih yang indah.

Semua orang yang melihatnya seolah berharap bahwa itu untuknya, tetapi ia datang ke arah Dea dan teman-temannya.

"Eh liat!" ujar Echa heboh.

Keempat temannya pun langsung melihat ke arah kurir yang sedang berjalan ke sana, termasuk Dea.

Setelah sampai di samping meja mereka, sang kurir pun menyapa.

"Selamat siang! Apakah Anda yang bernama Dea Ryn Victorious?"

Dea agak ragu, tapi ia membenarkan.

"Hem, betul itu nama saya. Kenapa ya, Pak?" tanya Dea.

"Ada kiriman bunga untuk Anda dari Bapak Arjuna Tirtanegara, di sini tertulis untuk istrinya yang bernama Dea Ryn Victorious," ujar si kurir sambil belepotan menyebut nama Dea dan Juna.

Echa dan Olive terlihat sudah ancang-ancang ingin menggodanya, sementara Dea dengan bingung menerimanya.

'Tiba-tiba banget.'

"Oh iya bener. Terima
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hamil Anak Om Miliarder   23. Lily Putih

    Dea mencari tentang Lily Putih, artinya apa. Itu yang disebutkan Aji tadi, ia harus mencari artinya. Ia lalu mencari di internet, dan tak sengaja menjatuhkan kartu ucapan yang awalnya ada di buket bunga Lily itu. -- Dear, Sayangku Dea ❤ Ini aku, Juna--suamimu. Aku tau, aku terlalu tak tau diri untuk mengatakan ini, tapi... aku dengan tulus, minta maaf padamu. Aku minta maaf ya, Sayang. Setelah semuanya selesai, aku akan menjelaskan padamu. -- Btw, I miss you sooooo much T_T Dea meremas kartu ucapan itu, tentu ia tidak puas dengan itu, lalu ia merobeknya. Srek! Ia sangat membenci perasaan luluh yang tiba-tiba hinggap di hatinya. Juna selalu bisa membuatnya yakin, tapi dalam waktu bersamaan membuatnya ragu. "Dasar bajingan!" Saat ia sedang kesal, ayahnya pun menelpon. "Sayang!" panggil sang ayah. "Papi pasti begadang ya!" "Bilang Papi begadang tapi kamu juga, kenapa belum tidur jam segini. Kalo Papi kan jelas kerja," ujarnya berusaha membuat suasana menyenang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Hamil Anak Om Miliarder   24. Buka Hatimu

    Juna baru pulang di jam 02.00 dini hari, sebenarnya ia pesimis kalau istrinya mau membukakan pintu untuknya. Akan tetapi, ia tetap saja menuju ke lantai 2 untuk memastikan. Selama dua malam ini, pintu kamar istrinya yang kini menjadi kamar mereka berdua pun dikunci. Ia tak boleh masuk dan akhirnya tidur di sofa ruang keluarga. Namun kali ini, ketika ia membuka pintu kamar itu, ternyata terbuka dengan mudah dan ia sangat bahagia. "Yes!" Apakah istrinya sudah memaafkan ya? Juna langsung melangkah ke dalam, ia terkejut ketika istrinya masih sibuk di depan laptopnya. Apa jangan-jangan sebenarnya pintunya tidak dikunci karena istrinya masih sibuk? "Hai, Sayang! Aku pulang," sapanya. Ia berusaha mati-matian agar tetap tegar dan bersiap atas semua respon yang akan dia berikan padanya. Akan tetapi, tidak ada jawaban seperti biasa. Meski begitu, ia sudah merasa lega karena diperbolehkan masuk ke kamarnya. Sebenarnya ia bisa saja pulang ke apartemen dan tidur di sana dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Hamil Anak Om Miliarder   25. Sekretaris Centil

    Di kantor, Dea seperti biasa langsung berkutat pada pekerjaannya. Setelah membacakan jadwal suaminya, ia menerima pekerjaan untuk membantunya mengurus beberapa dokumen untuk dikirim ke pihak luar. Siangnya, Dea diajak oleh Juna untuk menemui klien di salah satu hotel terkenal. Hotel itu adalah salah satu Hotel milik ayah Dea, sehingga ia dengan alami masuk dan disambut secara khusus oleh para pegawai di sana. Alkan tetapi, ia bilang. "Jangan kayak gitu, Kak. Aku di sini lagi kerja sebagai karyawannya, Pak Juna. Jadi kalian bersikap seperti aku tamu biasa, oke?" "Oke, Non." Mereka pun menurutinya dan mulai menawarkan beberapa pelayanan bagi mereka sambil menunggu klien. Juna menelpon beberapa orang sebelum meeting. Ia sepertinya sangat serius menelepon orang itu yang dipanggil, Wiwi. Ia pernah bertemu dengannya, ia sekretaris Juna yang lain dan sedang cuti panjang setelah istrinya melahirkan anak kedua. Tak lama, klien pun datang. Klien itu adalah seorang pria dengan rambut pira

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hamil Anak Om Miliarder   26. PHO

    "Sebenarnya aku baru putus dengan tunanganku." Juna terkejut, "Oh my God! Kau putus dari Garcia?! Bagaimana bisa kamu melepaskan orang yang sudah menjadi pengendalimu?!" heboh Juna. Ia sampai memeluk Dea semakin erat, sampai Dea tidak betah dan mencubit pipinya. Juna pun melepaa Dea untuk kembali berdiri, karena saking fokusnya mulai membicarakan hal lain selain bisnis. "Hah?! Pengendali apa maksudnya?" "Ya, yang bisa membuatmu menetap lama. Bukankah jarang-jarang ada seseorang yang bisa mengendalikanmu dan membuatmu akhirnya menatap di satu perempuan saja?" jelas Juna. "Haha! Aku harusnya tau, kau selalu menyindirku." "Ya bagaimana lagi, kau memang seperti itu kan?" Pria yang dipanggil John itu tertawa ngakak, ia terlihat sangat alami bercanda dengan Juna bahkan membicarakan hal yang sangat pribadi. Juna bahkan tau nama tuangannya, apakah hubungan mereka sebaik itu? Dea tidak tahu kalau Juna bisa seakrab itu dengan rekan bisnisnya, yang ia lihat bebetpa kalia ia s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Hamil Anak Om Miliarder   27. Pelet

    Dea pulang dengan mood yang tidak baik-baik saja. Entah karena hormon atau karena ada alasan yang membuatnya seperti itu. Hal itu membuat Bi Asih langsung paham dengan mood Nona Mudanya itu. Bagaimanapun, Bi Asih adalah orang yang paling tau tentang Dea. "Nona kenapa cemberut gitu?" tanyanya sambil menaruh segelas air putih di depan Dea. "Nggak tahu nih, mood+ku tiba-tiba hancur banget. Apa gara-gara hormon ya Bi?" "Hah? Hormon apa?" tanya Bi Asih bingung dengan istilah itu. "Maksudnya hormon bayi," balas Dea. "Oh ya ya, bisa jadi sih. Dulu Bibi juga kayak gitu, yang jadi target amarah ya suami," balas Bi Asih bercerita. "Ya tapi kan suaminya Bi Asih orangnya nggak nyebelin." "Emangnya Tuan Juna nyebelin, Non?" tanya Bi Asih lagi dengan polos. Dea pun nenghela nafas dan mengabaikan pertanyaan Bi Asih, sebelum akhirnya pamit pergi dari sana. Ia ingin hangout bersama temannya. Tak lama, ia sudah rapih dan akan makan ke meja makan. Di sana sudah ada makanan kesukaannya. Hal i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Hamil Anak Om Miliarder   28. Mengapa?

    "Gak deh menurut gue, soalnya waktu itu gue sempet mergokin mereka mesra-mesraan di dapur," ujar Dea. "Bisa aja akting, kan?" bantah Rani. Ia masih keukeuh dengan argumennya. Bagaimanapun pernikahan Aron dan Mira juga tidak masuk akal, tiba-tiba dan Dea sampai tidak tahu. "Logika aja, De. Bokap lo yang bucin ama lo, terus tiba-tiba berpihak sama Mira. Tiba-tiba?" "Yeu, udah pasti pelet," balas Angel. Rani mencubit pipi Angel saking gemesnya pada temannya yang selalu spontan itu. "Hehe... kan sesuatu yang gak masuk akal adalah pelet," ujar Angel sambil mengelus pipinya. "Iya bisa jadi, tapi kalo dia emang pake pelet kenapa Reza masih suka bareng dia?" tanya Dea. "Reza, mantan lo?" tanya Rani. Dea mengangguk, "Iya, sapa lagi. Dia sering nganterin Mira balik ke Mansion, dan parahnya pernah sampe depan pintu utama anjir!" "Ih, serius?!" tanya Angel kaget. "Selingkuh terang-terangan, udah gila tuh Mira?" respon Rani geleng-geleng. "Asli, kasian banget Om Aron gue. U

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Hamil Anak Om Miliarder   29. Dea Kenapa?

    Juna terkejut ketika akan mengetuk pintu kamarnya tiba-tiba sang mertua keluar dari sana. "Loh, Pak, udah balik?" Aron mengangguk, tapi melihat eksoresi lelah mertuanya, ia pun segera menyingkir dari depan pintu dan membiarkan mertuanya lewat. Kamar Aron dan Mira ada di lantai dasar, jadi Aron turun tanpa kata. Juna kira ia tidak harusnya mengeluarkan suara lagi, tapi tiba-tiba di pertengahan tangga yang melengkung itu, Aron berbalik. "Dea lagi Overthinking, kamu coba hibur dia." Juna pun mengangguk, "Baik, Pak." Kini sang mertua benar-benar pergi ke lantai dasar dan langsung ke kamarnya. Ia bahkan melewati Mira yang menyapanya tanpa menjawab apapun. Moodnya benar-benar hancur sepertinya. Maka Juna akhirnya masuk ke dalam kamar dan melihat tidak ada orang di dalam sana. Ia pun makin khawatir, apa yang sebenarnya terjadi? Namun, ia langsung menghela napas saat bunyi kran air terdengar di kamar mandi. Mungkin Dea sedang mandi atau buang air. Juna sebenarnya ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Hamil Anak Om Miliarder   30. Suami Perhatian

    Sampai di rumah sakit, Dea langsung masuk ke UGD dan ditangani oleh dokter. Juna yang khawatir itu ikut ke dalam dengan perasaan hancur. Ia memegangi tangan Dea yang masih belum bangun. Ia merasa gagal sebagai seorang suami, ia tidak pela dan bisa-bisanya membiarkan Dea pingsan dan tidak mengecek terlebih dahulu saat Dea lama di kamar mandi. Sementara itu, Aron duduk di luar ruangan. Biasanya ia yang masuk untuk menjaga anaknya ketika sakit, kini ia hanya bisa menunggu di luar dan menunggu keputusan. Aron kemudian bersandar pada bahu istrinya. Ia juga merasa menyesal dengan dirinya sendiri, kenapa ia meninggalkan Dea dalam keadaan sedih seperti tadi. Sampai akhirnya, dokter pun mempersilahkan mereka berdua untuk menemui pasien. Kata dokter, Dea hanya stres, tetapi itu akan berakibat fatal pada janinnya jika diteruskan. Sehingga mereka dihimbau untuk terus menjaga mental sang ibu hamil itu. Maka setelah pemeriksaan selesai, Dea dipindahkan ke rumah sakit agar bisa dirawat den

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20

Bab terbaru

  • Hamil Anak Om Miliarder   102. Dede Adam

    "Adam Victorius Sanjaya," jawab Juna. "Gak nyambung," ujar sang ayah. "Aku pingin Adam nanti tau bahwa dia terikat oleh dua keluarga yang bahagia," ujarnya. Tanpa mereka sadari, itu sindiran untuk orang tuanya agar lebih perduli lagi padanya dan Dea, bahwa ia memilih Dea bukan untuk dinilai oleh kedua orang tuanya. "Bagus," ujar Aron. "Ya, keren banget sih," ujar Mira mendukung. Sementara itu Baby Adam terlihat menggeliat di pelukan sang nenek--ibu Juna. "Keliatannya Baby Adam setuju?" ujar Dea terkekeh. "Iya dong, jagoan Papa gitu!" ujar Juna. Ia langsung mencium pipi outranya dengan sayang, tetapi ditegur oleh ibunya karena ia terlalu brutal. "Masih bayi, Juna. Kamu tuh, kek bocil." "Maaf, Ma... gemes soalnya." Mereka semua tertawa melihat itu. Di balik kebahagiaan itu, Mira merasa harus keluar karena ia tak ingin orang-orang melihatnya menangis. Ia sangat senang, tapi juga sedih. Perasaan bercampur itu membuatnya merasa tak karuan. ••• Keesokan harinya,

  • Hamil Anak Om Miliarder   101. Lahiran

    Dea langsung dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan persalinan, Aron dan Mira juga ikut ke rumah sakit mendampingi. Juna ikut masuk ke dalam untuk menjaga Dea, lalu Mira dan Aron duduk di kursi tunggu yang ada di luar. "Sepertinya, ini udah selesai ya Pak," gumam Mira. Aron terkejut dengan kata-kata Mira, ia tersenyum menatap ruangan tertutup itu. "Selesai apa maksud kamu?" "Kontrak kita sudah selesai kan? Dua minggu lagi," ujarnya. Aron yang awalnya mengkhawatirkan putrinya, jadi teralihkan. Ia diam tidak menanggapi, entah kenapa ada bagian dari hatinya yang sakit mendengar pernyataan itu. Betapa ia tak pernah membayangkan ini terjadi dementara hatinya sudah tertambat untuknya. . Di dalam sana, Dea sedang berjuang, mempertaruhkan nyawa demi seorang makhluk yang akan memanggilnya Ibu atau Mama. "Sakiiiiit!" teriaknya lemas. Anak mereka belum juga keluar, melihat bagaimana Dea yang sudah lemas, maka dokter menyarankan untuk Caesar. Dea menolak, tetapi Juna sa

  • Hamil Anak Om Miliarder   100. Foto Bersama

    Yuni berusaha mengintip tapi Mira menyembunyilannya, ia membacanya sendiri setelah berhasil ngumpet di salah satu pohon. _ ' _ Dear, Istriku. Hadiah ini untukmu, selamat ya sudah berjuang sejauh ini. Kamu hebat banget! Dari, Mr. M alias suamimu _'_ Mira mendelik, "Dari Pak Aron? Kok Mr. M?" gumamnya. Kemudian ia berpikir, tulisannya terlalu romantis untuk seorang Aron yang kaku. "Oh pasti Dea yang mesen," ujarnya langsung paham. Ia segera mengantongi surat ucapan itu dan keluar dari persembunyiannya. Yuni kesal karena kepo yang memuncak, tapi akhirnya melupakannya dan memilih untuk foto-foto bersama teman-temannya. Saat Mira akan pulang dengan jemputan mobil seperti biasa, ia terkejut ketika sang sopir mengirim pesan kalau ia akan pulang bersama Aron dan Dea. Tak lama kemudian, di seberang jalan tempat ia berdiri terlihat mobil sport milik suaminya dan masuklah pesan dari Dea, kalau mereka sedang menunggu di sana. Mira terkejut, tetapi ia langsung menatap se

  • Hamil Anak Om Miliarder   99. Sidang Mira

    "Sayang," panggil Juna. Dea pun berbalik dan meyakinkan suaminya. "Aku sama Papi, oke?" Juna pun akhirnya setuju, ia tak bisa apa-apa kalau Dea sudah sesenang itu. . Dea dan Aron datang ke kampus dan membuat semua orang langsung menatap mereka. Tentu saha, siapa yang tidak tahu Dea dan Aron, donatur terbesar kampus dan anaknya yang merupakan influencer. Apalagi tampilan Dea yang sedang hamil besar, ia memakai dress baby pink dan Aron menggunakan batik coklat tua dan hitam yang kelihatan sekali mahal. "Ini akan jadi berita ngawur Sayang," ujar Aron berbisik. "Ssstttt, Papi ikut aja gak usah bawel." "Padahal kamu yang bawel," balas Aron. "Papiiiii...." Aron pun rekekeh dan membiarkan Dea menggandengnya menuju ke ruangan yang katanya ruang sidang. Namun sebelum mereka sampai, di tikungan koridor fakultas, mereka malah ketemu dengan Rektor dan dihentikan di sana. "Selamat Pagi, Pak Victorius. Apakabar?" sapanya. Pria bertubuh gemuk dengan kacamata bulat itu c

  • Hamil Anak Om Miliarder   98. Ketika Juna Tak Berdaya

    Aron menoleh ke arah suara, siapa lagi kalau bukan putrinya? "Kamu juga, tuh!" Ia menunjuk leher putrinya dengan dagunya, itu kissmark. Dea langsung membuka ponselnya dan berkaca, ternyata benar ada kissmark. "Hem, biasa... btw, Papi udah begituan kan sama Mira?" Deg! Aron terdiam, jangankan begituan, dipeluk saja Mira kakunya minta ampun. Bisa-bisa ia marah kalau sesekali meminta jatah. Lagipula, tujuan mereka menikah bukan untuk bisa begituan, artinya ia harus bersahabat dengan sabun selamanya. "Dari muka Papi sih belom, ngenes banget." Aron menatap putrinya dengan kesal, ia sudah terbiasa dengan itu tapi pembahasan ini melukai harga dirinya. "Mau aku bantu?" goda Dea. Namun, ia serius menawari ayahnya. Kini tatapan Aron menjadi tatapan penuh harap. "Aku bakal bikin kalian jadi pasangan so sweet tiap hari. Tapi ada harganya...." ••• Tentang masalah berita itu, Aron seperti biasa membereskannya. Akan tetapi Dea masih melihat bahwa Juna tak lagi bisa b

  • Hamil Anak Om Miliarder   97. Uwu

    Mira tertidur di sofa ruang keluarga usai mengobrol dengan Dea, untunglah tak lama kemudian Aron pulang. "Mira!" panggilnya pelan. Akan tetapi, Mira tidak bangun. Ia seperti terlihat sangat nyaman dengan tidurnya, padahal tidur di sofa tanpa adanya selimut. Tak tega melihat itu, Aron pun ke kamar mengambil selimut untuk Mira. Kemudian ia duduk di samping Mira, entah kenapa ia melakukan itu, jelas bukan terlihat seperti ia yang biasanya. Hari ini, rasanya terasa lebih berat dari biasanya dan ketika melihat Mira, hatinya terasa tenang. Apakah ini yang dinamakan istri solehah yang membawa ketenangan? Ia jadi teringat dengan percakapannya tadi dengan Juna. Juna memutuskan untuk menjadikan bukti yang dibawa olehnya sebagai salah satu opsi, tetapi ia masih akan berhati-hati dengan Mira. Maka Aron juga tidak bisa memaksa Juna untuk percaya pada Mira, itu keputusannya. Saat ini pun, ia tidak yakin dengan apa yang ia lakukan. Entah alasan apa yang membuatnya sangat mempercay

  • Hamil Anak Om Miliarder   96. Kambing Hitam

    Siang yang cerah itu nyatanya terasa mendung bagi Dea, ia sangat emosi dengan apa yang ia lihat di berita. Di berita itu tertuls, tentang fakta kalau Dea diteror telah bocor ke publik dan diduga pelakunya adalah Mira. "Lo gila sih kalo masih biarin dia ada di rumah lo, lo melihara musuh!" ujar Rani. Jadi Dea menemui Rani untuk informasi itu, kini namanya tengah trending, sementara selama 3 bulan ini ia jarang membuka media sosial, lebih banyak main game atau melakukan kelas kehamilan yang membuat kegiatannya berkutat hanya pada kehamilan dan Skripsinya. Ia sangat kecewa, tapi apa ia harus menanyakan itu pada Mira. "Gue pulang sekarang!" "Tunggu, De!" Dea menghentikan langkahnya, "Gue cuma mau peringatin lo sekali lagi karena gue pure perduli ama lo. Gue harap, lo jangan masuk ke lubang yang sama lagi. Percaya sama orang yang salah." Setelah itu, Dea benar-benar pergi dari sana dengan pikiran yang penuh dengan kecemasan. Saat ia sampai di rumah, ia melihat Mira seda

  • Hamil Anak Om Miliarder   95. Tuduhan Palsu

    "Em... ya gaklah. Aku cuma tiba-tiba kepikiran, kamu tau kan latar belakangku?" Dea mengangguk saja. "Wajar, tapi jangan dipelihara.""Iya.""Btw, Papi bener-bener cinta sama lu. Sayang banget, cuma... dia emang orangnya gitu gak bisa menunjukkan kecintaannya."Mira agak ragu, ia hanya tersenyum tipis. Ia tak punya waktu untuk membicarakan hal yang bernama cinta.Pikirannya terlalu sibuk untuk memikirkan keluarga, pekerjaannya, dan juga misi utamanya di sana."Dia bahkan minta gue buat nemenin lo ke toko perhiasan, karena kemarin dia gak beliin buat lo."Mira terkejut, "Masa sih?" "Kok lu keliatan pesimis gitu? Beneran! Makanya aku baru kepikiran, kenapa gak beli custom aja?"Mira tak mengerti, "Gimana maksudnya?""Papi biasanya ngebiarin Mami beliin perhiasan yang cuma dibuat 1 kali aja, itu khusus.""Pasti mahal.""Lagi dan lagi, omongan lu gak jauh-jauh dari mahal. Lagian ya... wajar kali seorang Nyonya Victorius punya barang limited edition. Bahkan kalo gak punya, aneh banget

  • Hamil Anak Om Miliarder   94. Ngeles

    "Dia cuma bilang agar aku hati-hati aja kalo pergi sama kamu, gitu." Dea terkejut, "Dia segitunya..." "Memang ada apa sih?" tanya Mira balik. "Gue semalem ijin mau pergi sama lu, atas permintaan Papi. Eh malah dia bilang gitu ke elu?" Mira mengangguk ragu, ia harus bilang apa. Ia hanya asal mencari alasan tadi. Setelah itu mereka melanjutkan percakapan lain, karena tidak enak dengan suasananya. "Gue nggak tahu kenapa semuanya jadi rumit kayak gini, tapi karena emang udah terlanjur kayak gini, nggak ada hal lain yang perlu gue takutin kan?" Mira mengangguk ragu lagi, ia tak paham arah pembicaraan Dea ke mana. "Setidaknya ada lu, Papi, dan Juna, menurut gue udah cukup sih, nanti ditambah anak kami." Mira mengalihkan pandangannya dengan senyum tipis menatap kolam. Tatapannya sendu seolah tak berujung. Dea jadi tak enak, apa kata-katanya membebaninya? "Pokoknya, gue seneng akhirnya Papi bisa buka hati buat orang lain. Gue juga udah relain kok kalo Nyokap Tiri gue buk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status