“Masa kamu masih cari ibu tiri lainnya, Dea? Papi kamu ‘kan udah nikah sama sahabatmu."
“Sahabat aku?” tanya Dea memastikan pendengarannya tak salah. Baru membahas tentang kriteria ibu tiri idamannya dengan sang nenek lewat sambungan telepon, ia malah diberitahu jika ayahnya sudah menikah dengan sahabatnya? “Mira. Yang sering main sama kamu pas SMA dulu, loh.” Hah? Jawaban sang nenek membuat kepala Dea terasa ingin meledak. Wanita tua kesayangan Dea itu, memang belum tahu kalau Mira bukan lagi sahabatnya. Tapi, ayahnya tahu benar jika Dea sudah memasukkannya ke list musuh semenjak ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Mira berciuman dengan pacar Dea! Lantas, kenapa ayahnya menikahi wanita itu? Dan sejak kapan…? "Aku tutup dulu ya, Oma.” Menahan amarah, Dea gegas memutuskan sambungan telepon. Ia lalu mencari sosok yang katanya sudah menikah dengan sang ayah di kampus besar itu. Untungnya, tak butuh waktu lama Dea menemukan Mira. Gadis itu tampak berjalan bersama teman-temannya di koridor fakultas. “Dea? Ada ap–” Belum sempat berbicara, Dea langsung menyeret Mira ke tempat yang sepi untuk bicara dengannya. Tak dipedulikannya teman-teman Mira yang panik. Brak! Anak donatur terbesar di kampus itu memilih langsung membawa Mira ke sebuah gudang tanpa basa-basi dan membanting pintu dengan keras. "Bisa-bisanya lu nikahin Bokap gua, Mira. Sumpah, gak abis pikir gua sama lo!" bentak Dea berkaca-kaca. Dea menatap penuh kekecewaan gadis di hadapannya itu yang kini tampak syok. Sepertinya, ia tak mengira jika Dea mengetahui pernikahannya? "Gu--gue nggak bermaksud seperti itu De, gue...." "Gak bermaksud apa?! Lu udah nikah sama Bokap gua! Bahkan, tanpa sepengetahuan gua. Sengaja kan lu?!" Mira tampak menggeleng, berusaha menyangkal. Tapi, itu justru membuat Dea semakin emosi. "Gak usah ngelak, Mira. Selama ini lu emang udah ngincer Bokap gue, kan?" kesalnya, "Udahlah. Kita bicara langsung sama Papi! Awas aja lu kalau nggak mau ngaku!" Sejujurnya, Dea masih tak percaya jika keputusannya untuk memusuhi Mira ternyata adalah hal yang benar. Dea akui, ia pernah bimbang. Sempat, Dea berpikir, mungkin sebenarnya dia salah paham pada Mira? Bisa saja, pria yang kini sudah jadi mantan kekasihnya justru memaksa mantan sahabatnya itu? Terlebih, ia melihat Mira yang tampak memakai kerudung sejak awal perkuliahan. Gadis itu tampak semakin sholehah. Namun siapa sangka, semuanya hanya kedok! Sudahlah merebut pacarnya, kini ia merebut ayah Dea juga? Dea tahu benar ayahnya bukanlah tipe yang menyukai gadis yang jauh lebih muda. Entah apa yang Mira lakukan, sehingga ayahnya bisa menurunkan standarnya yang tinggi itu? Sedangkan, Mira? Mantan sahabatnya itu memang menyukai ayahnya sejak lama–tak peduli kalau mereka memiliki jarak usia yang jauh. Namun Dea tak menyangka jika Mira senekad ini! ••• "Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Aron–Ayah Dea–yang pulang ke mansion karena panggilan darurat dari putrinya. Pria itu tampak bingung melihat putrinya dan juga “istrinya” ada di sana. Melihat itu, Dea tersenyum sinis. "Kenapa Papi nggak jujur tentang pernikahan kalian?" tanyanya langsung. Aron tak membalas. Ia justru mencoba mendekati Dea yang terus menjauhinya. "Tolong dengerin Papi dulu, Sayang. Papi—." "Papi takut aku menentang?” potong Dea, “ya, jelaslah! Aku akan menentang hubungan kalian. Di antara banyaknya perempuan yang suka sama Papi, kenapa harus sama Mira?" "Bahkan, ada Tante Lina yang udah berusaha deketin Papi! Dia jelas lebih layak daripada Mira yang pernah merebut kekasih temannya sendiri!" Pertahanan Dea runtuh. Air mata mulai mengalir di pipinya. Mengapa orang yang paling dia percayai, tak mendengarnya? "Aku minta maaf De..." sahut Mira tiba-tiba, sambil menangis. Seolah, dialah yang paling tersakiti di sini? Jelas ini membuat Dea muak. Ditatapnya Aron yang kini tampak duduk–untuk meminta penjelasan. Namun, Dea tak menyangka dengan ucapan sang ayah selanjutnya, "Jangan minta maaf Mira, kita menikah karena kita sama-sama setuju. Jadi ini bukan salahmu." Deg! "Papi?!"“Papi?!” teriak Dea, tak percaya apa yang didengarnya, “apa maksudnya, nggak salah?! Pernikahan kalian tanpa sepengetahuanku. Itu jelas salah."Astaga!Mengapa sang ayah bersikap tenang, seolah sudah mempersiapkan jika dipertemukan dengan keadaan seperti in?Dea sangat kecewa dan merasa tak dianggap. Padahal, Aron selalu berkata bahwa Dea adalah dunianya.Mengapa ayahnya bisa berubah karena Mira?"Luar biasa, Papi bisa berubah segitunya cuma karena jalang ini?!" ucap Dea tanpa sadar, tapi masih terdengar oleh Aron.Plak!Sebuah tamparan mendarat di pipi Dea–membuat gadis itu sontak menatap sang ayah penuh kekecewaan.Seumur hidupnya, Dea tak pernah mengalami kekerasan fisik dari sang ayah. Tapi, ia ditampar dan lagi-lagi karena Mira?Ruangan itu bahkan langsung hening sebelum Dea tertawa miris.“Dea, itu…” Mira tampak panik.Namun, Dea sudah tak peduli lagi.Tanpa basa-basi, Dea pergi keluar dan menaiki mobil sportnya, lalu memacunya kencang–mengabaikan teriakan Aron dan Mira di bela
Sementara itu, begitu tiba di Mansion, Dea tak menemukan ayahnya atau Mira. Ia menghela napas lega, tetapi itu tak bertahan lama.Seseorang turun dari lantai atas dan menatapnya khawatir. "Dea! Kamu ke mana aja?" tanya Mira.Dea menyeringai. Ia yakin mantan sahabatnya itu berpura-pura.Jadi, Dea memilih untuk naik ke lantai dua kamarnya–melewati Mira.Ada gurat kekecewaan di wajah wanita itu, tetapi Dea tidak peduli. Mira saja tidak memikirkan bagaimana perasaannya saat menikahi ayahnya, lantas buat apa Dea memikirkan tentang perasaannya? Lebih baik, ia bersiap ke kampus saja!Hanya saja, Dea tak memungkiri bahwa ada rasa kecewa dalam dirinya saat ini.Biasanya saat ia marah, ayahnya akan menelponnya. Tetapi, lihatlah tidak ada telpon sama sekali darinya? Pesan untuk menanyakan kabarnya–pun tidak ada.Apakah dia sudah dibuang?Atau haruskah dia pergi saja ke apartemen yang dibelikan oleh ayahnya sebagai hadiah ulang tahunnya dulu?Dea dulu berpikir apa gunanya apartemen itu, tapi s
Ucapan Juna menghantui Dea.Dan disinilah dia, menatap nanar lima test pack di tangannya yang mulai menunjukkan dua garis merah.Siapa sangka, obat kontrasepsi yang ia minum pagi itu gagal?Kepada siapa dia harus menceritakan masalah ini?Sejak ia minggat, ayahnya tidak mencarinya. Ibu kandungnya? Juga tak mungkin karena ibunya sudah sibuk dengan keluarga barunya, entah ke mana.Teman-teman Dea juga bukan orang yang bisa dipercaya untuk curhat terkait kejadian tadi malam, lalu ia harus apa?"Huwaaaaaa!!!"Tanpa bisa dibendung, Dea menangis dan meraung. Ia sangat kecewa pada diri sendiri. Kenapa bisa seceroboh itu?Saat ia sedang berduka itu, seseorang tiba-tiba membuka pintu apartemennya yang seharusnya hanya bisa dibuka oleh Dea saja."Dea... kamu hamil?"Deg!Gadis itu terkejut mendengar suara bariton yang familiar itu.Ia menatap Juna dengan tatapan putus asa. “Kenapa harus begini, Om?” tanyanya menangis. Juna pun langsung menjatuhkan kotak makanan yang awalnya akan ia berikan
“Kamu gak serius kan, Dea?” Mira terkejut. Gadis itu bahkan langsung membolos dari kelasnya dan mendatangi apartemen mewah milik Dea. Namun, Dea tak bergeming dan justru menatap Mira dengan tatapan kosong. “Bagaimana bisa?” tanya istri ayahnya itu, tak percaya. “Gue tidur sama rekan bisnis Papi,” balas Dea datar. “Papi kamu–” “Jangan kasih tau dia.” “Kenapa?” “Hidup gue bisa hancur, lo tau kan Papi satu-satunya orang tua gue sekarang?” Tanpa sadar, Mira langsung menggenggam tangan Dea–interaksi yang sudah bertahun-tahun tidak mereka lakukan. Ruangan menjadi hening, lalu isak tangis Dea mulai terdengar lagi sehingga dengan spontan Mira memeluknya dari samping. Dea melupakan sejenak kebenciannya pada mantan sahabat yang kini jadi ibu tirinya itu. Dia sungguh lelah dan sangat butuh sandaran. Saking lelahnya, Dea bahkan tertidur setelah beberapa saat menangis dan melamun. Dea menolak makan, tetapi Mira mengancamnya kalau tidak mau makan ia akan melaporkannya pa
Hening sejenak, sampai akhirnya Aron mendekati Juna dan memegang kerahnya sampai pria yang lebih tinggi tiga cm darinya terhuyung ke belakang. “Beraninya kamu…” Dea sampai terkejut dan akan menghentikannya tetapi terlambat. Bugh! “Pi, hentikan!!!” Namun, semua itu terlambat sementara Juna terlihat pasrah menerima setiap pukulan yang dilayangkan padanya. “Papi!” Setelah Juna berdarah-darah di seluruh wajahnya, Dea akhirnya berkata. “Semua ini terjadi karena Papi!” Teriakan itu sontak membuat Aron berhenti dengan aksinya, lalu menatap Dea yang menangis melihat keadaan tadi. Juna sudah babak belur sekarang. “Papi bertindak seolah menjadi orang tua yang baik. Nyatanya, Papi adalah Ayah terburuk. Karena Papi, aku keluar malam itu, lalu berakhir menghabiskan malam dengan Om Juna. Papi harusnya sadar, siapa pelaku utama dalam kejadian ini!” Tiba-tiba pintu terbuka, dan memperlihatkan Mira yang datang dengan terengah-engah. “Kenapa …” Mira melihat Juna yang bab
Pagi harinya, Dea keluar apartemen dengan menggunakan topi serta kacamata hitam dan baju yang rapat. Ia sudah dikenal oleh semua orang yang ada di internet, jadi tidak ada lagi yang memandangnya sebagai manusia, ia sangat hina sekarang.Tanpa sengaja, ia menabrak bahu seseorang sampai topinya terlepas, ia buru-buru minta maaf dan mengambil topinya yang jatuh ke tanah. Namun saat ia menunduk, kacamatanya melorot dan membuat orang yang menabraknya dan temannya mengenalinya. “Dea?!”“Iya, Dea kan?”Mereka sangat heboh sampai suaranya mengundang pandangan banyak orang, ia ingin pergi tetapi terjebak di antara kerumunan orang. “Kalian salah orang!”Ia berusaha keluar dari kerumunan tetapi dijegal oleh seorang pria tak dikenal. Hal itu membuat Dea tak bisa berkutik dan menerima respon banyak orang yang langsung mengeluarkan kamera dan komentar-komentar negatif.“Cantik-cantik hamil duluan, Kak.”“Iya ih, padahal kalo sama artis, artisnya pasti mau. Anak orang kaya lagi.”Namun tak lama,
“Saya di sini untuk melamar anak, Anda, Tuan.” Dea diam saja merasa gugup di samping Juna yang terus menggenggam tangannya. Sementara Aron terlihat kaget. “What?!” Juna tau ia akan shock, tetapi ia sudah mempersiapkan segala argumentasi untuk memenangkan perdebatan dengan pria tua yang masih awet muda itu. “Menikah karena MBA tidak akan baik ke depannya. Kamu akan menganggap rendah anakku,” ujar Aron mencoba menekan emosinya. Di sampingnya ada Mira yang hanya diam saja menunduk, mungkin ia tak berani menatap Dea. Hal itu justru membuat Dea makin curiga, jangan-jangan yang menyebarkan foto testpack itu adalah Mira, makanya ia terlihat mencurigakan. “Ini bukan soal kejadian atau bayi ini aja, tapi tanggungjawab!” bantah Juna yakin.“Saya menerima jika Tuan ingin memukuli saya lagi, saya memang salah! Tapi izinkan saya bertanggungjawab, saya tidak akan memandang Dea rendah dan akan memuliakannya selayaknya Ratu.” “Tapi…” TIba-tiba Dea terisak, ia menangis. “Huuuu…
“Selamat datang, Nyonya!”Oh no! Sapaan itu menggelikan di telinga Dea.Rencana yang kemarin dijelaskan Juna adalah mereka sudah didaftarkan pernikahan resmi di luar negeri pada dua bulan dari sekarang dan media sosial di penuhi dengan itu.Orang yang mencaci Dea berubah menjadi simpati padanya, dan menganggap kalau pernikahan mereka so sweet.Tentu saja ayahnya yang jago bikin drama dan Juna yang jago mengendalikan opini publik, berhasil memberikan kesan bahwa pernikahannya dengan Juna adalah pernikahan yang sangat romantis.Biasanya anak orang kaya akan menikah di usia 30-an, tetapi Dea memilih menikah muda dengan pengusaha tampan. Dea yang awalnya dihujat, malah berbalik mendapat pujian dan membuat para perempuan muda iri padanya.Juna menggandengnya dan tersenyum membalas sandiwara Dea."Apa yang kamu rencanakan sih?" tanya Dea tak nyaman.“Tentu saja mengajak istriku, ke kantor untuk menyelesaikan magangnya.”Dea tak bisa menjawab lagi, mereka masuk lift dan naik ke lantai di man
Saat Aron mengecek di luar, ternyata salah satu tamu yang menginap juga. Ia merupakan kerabat dekat Juna tak sengaja memecahkan gelas. Hal itu, membuat Aron pun akhirnya berkenalan dengannya. Namanya Gun, ia seorang Dosen di Universitas yang ada di Australia, salah satu paman Juna yang ikut andil dalam kesuksesannya. Ia juga memiliki istri orang asli Australia, mereka bertemu saat ia bekerja di sana. Akan tetapi, istrinya tidak ikut karena harus mendampingi anak-anaknya yang sekolah. Seperti biasa, Aron adalah orang yang gampang akrab dengan siapapun. Mungkin karena sifat laki-laki seperti itu, hanya saja keahlian Araon dalam memikat hati orang lain sangat bagus, sehingga ia bisa mendapat kepercayaan banyak orang untuk berinvestasi padanya.Sementara orang-orang yang di luar bisnis, menurut Aron bisa menjadi salah satu advokat atau setidaknya relasi sosialnya. Ia memang terlihat di luar seperti orang yang cuek, padahal kalau sudah kenal, ia sangat supel.Jika suatu hari terja
"Ya karena dia yang minta ke Yohan, aku aja gak tau kalo dia dateng. Kalo aku tau, mana mungkin aku biarin dia dateng, ganggu suasana aja." "Oh!" Dea terlanjur bad mood, ia mengabaikan Juna dan kenatap Melka di kejauhan sana. Kemudian kekesalannya itu ke-distract karena kedatangan Baby Adam yang merengek dan minta disusui. Kalai tidak dituruti, tangisannya akan menggelegar di seantero ruangan. Agak kesulitan sih, karena ia memakai kebaya. Akan tetapi, untunglah desainernya menyadari posisi Dea dan kebaya itu bisa dibuka di bagian dada, sehingga ia bisa menyusui Baby Adam dengan leluasa. Juna juga mencoba membantu Dea untuk menidurkan baby Adam agar tidak mengganggu suasana, tapi malah seperti diajak senang-senang, ia excited banget ketika ayahnya mengajakna bicara, meskipun hanya membalas dengan ocehan ala bayi. Kemudian di tengah kegiatan yang sedang menyusui Baby Adam, Dea melihat Mira sedang berinteraksi dengan sangat ibu. Namun, ekspresi Mira terlihat tidak nyaman. Oa
"Mas?!" Aron menoleh dan langsung mendekati Mira yang terpaku di pintu masuk Mansion. Ia kemudian merangkulnya dan mengajaknya menemui wanita yang tadi habis berciuman dengannya. Mira melihat Aron berciuman dengan wanita cantik itu, bukan pipi yang biasa dilakukan oleh teman yang sangat akrab, tapi ciuman bibir dan Mira merasa bahwa ia telah dikhianati. Akan tetapi bagaimana lagi, Aron sekarang malah menunjukkan bahwa itu bukan hal yang besar atau simpelnya, itu hal yang bisa mereka lakukan dan tidak bisa dipermasalahkan. Mira sebagai istri, wajar kan cemburu? Aaron menatap wanita itu bergantian dengan Mira. Wanita itu pun tersenyum dengan lebar dan mengulurkan tangan pada Mira, yang kemudian disambut dengan agak gugup dari Mira. Ia sebenarnya tidak ingin bersalaman dengannya, setelah apa yang ia saksikan tadi. Namun, ia harus tetap ramah pada siapapun itu. Kalaupun iti perselingkuhan, yang salah bukan hanya perempuan itu, tapi juga suaminya. "Hai, kenalin aku Julia. Ak
Dea pun membalas pesan ibu kandungnya, sementara Mira masih bertanya-tanya seperti ibu kandung Dea. Ia tidak pernah bertemu secara langsung dengannya, karena saat dulu ia bersahabat dengan Dea, Ibunya sudah di luar negeri bersama suaminya. Setelah Dea membalas pesan sama ibu. Dia berkata, "Mami aku mau pulang, katanya mau lihat aku akad dua hari lagi. Terus dia katanya emang lagi cuti sebulan dan tinggal di Indonesia selama sebulan itu." "Oh ya? Aku bisa ketemu dong sama dia?" ujar Mira antusias. "Iya dong, besok kalian kenalan aja kalo ketemu." Mira merasa penasaran dengan sosoknya, kata Dea, ia sosok yang sangat cantik dan sosial butterfly, jadi mungkin tidak ada yang bermasalah dengannya. Sekarang ini, ia tidak memiliki rasa cemburu untuknya, karena ia tahu bahwa Mami kandung Dea adalah masa lalu dari suaminya bukan masa depannya. Jadi, ia tidak perlu minder padanya. Setelah itu, mereka pun mulai menyiapkan untuk acara akad besok. Gaun akad milik Dea sudah seles
Mira mengerti, "Itu... aku kira, itu masa lalu yang gak perlu diungkit. Maaf kalo aku gak bisa cerita sejak awal." "Nggak, itu bukan salah lo. Lo yang harusnya minta maaf, karena gue yang gak mau dengerin penjelasan lo waktu itu, gue egois." Dea mendekati Mira, sementara itu Baby Adam sibuk berguling-guling di karpet empuk miliknya sambil menggigit-gigit mainan bayinya. Ada pengasuh yang menjaganya, sehingga Mira bisa fokus pada Dea yang sudah berkaca-kaca itu. Mira kemudian mengajak Dea ke tempat lain, agar Baby Adam mendapat energi sedih dari ibunya. Mereka pindah di taman samping Mansion yang tidak memiliki banyak jenis bunga tapi rapih dan elegan. Desain Mansion itu sangat berbeda dengan Mansion milik Aron. Kalau Mansion Aron lebih natural dan klasik, sementara Mansion milik Juna lebih modern dan memperlihatkan banyak robot-robot canggih di sana. Mira mengelus pundak Dea yang bersandar di pundaknya, ia sungguh menyayangi anak tirinya itu. "Aku minta maaf kalau aku b
Mira langsung merinding dan overthinking dengan ucapan terakhir Dea. Sialnya, Dea malah menutup video call itu dan biarkan Mira rasa cemas sendiri. . Mira menelan ludahnya sendiri ketika melihat pantulan dirinya yang mengenakan lingeri dan juga make up naturalnya.Make up itu masih sangat biasa, ia hanya mengikuti tutorial di YouTube soalnya.Kemudian ia juga telah menata rambutnya dan membiarkan rambut hitam bergelombangnya tergerai indah. Ini pertama kalinya ia memperlihatkan rambut dan juga tubuhnya yang tanpa pakaian tertutup di depan sang suami.Ia memang belum siap waktu itu, tapi apa yang dikatakan Dea harusnya satu-satunya kunci agar Aron bisa memaafkannya.Jadi ia langsung melakukan apa yang Dea sarankan, dan sekarang ia gugup sendiri melihat dirinya dengan tampilan seperti itu. Ia ragu."Apa dilepaa aja ya? Gak jadi ah! Tapi...."Karena saking malunya, ia mengambil kimono mandi miliknya dan menutupi diri sendiri dengan itu.Hingga tiba-tiba,Ceklek!Suara pintu terbuka d
"Deaaaaaa!" rengek Mira dari layar ponselnya. Terlihat di sana Mira yang sedang duduk di sofa, yang kalau Dea ingat-ingat itu sofa di kantor ayahnya. Ini sudah pukul 8 malam, otomatis mereka sudah puang ke mansion. Jam kerja kantor Aron memang dari jam 7 sampai jam 4, harusnya. Sementara jika ada tugas karyawan yang belum selesai, bisa ditunda di keesokan harinya. Meski begitu, kantor Aron juga bukan kantor yang bisa dengan mudah dihadapi karena ada target harian."Kenapa lagi sih Mama Mudaku?" tanya Dea menggoda.Ia sedang bersantai sambil ngemil apel di sofa."Ini gara-gara kamu tuh, aku jadi dikunci berdua di kantor Papi kamu bareng dia! Terus aku nggak boleh keluar, dikiranya aku main sama cowok lain. Lagian ya siapa yang mau sama aku selsin dia?!" protes Mira merengek."Haha! Banyak kali Mir! Lu aja yang nggak kerasa kalau lu banyak yang naksir!""Apaan sih! Aku nggak tahu ya, dan gak penting juga... tapi emang iya?" tanya Mira penasaran."Ya... tanya aja itu sama Papi.
Mereka terluka karena ada orang yang menyerang di jalan, sehingga keduanya harus kejar-kejaran menggunakan mobil."Masih sakit?" tanya Juna mengobati luka sang istri di sudut bibirnya.Dea tidak mengalami luka separah Aron, tetapi sudut mulutnya berdarah."Kalo besok Papi tau bisa berabe, kamu nanti diomelin sama dia," ujar Dea khawatir.Ia mengobati luka di wajah suaminya dengan hati-hati."Nggak papa lah, Sayang. Udah konsekuensinya. Aku harus gentle jujur ke Papi kamu," ujar Juna."Nggak bisa gitu dong, aku besok pakai make up yang agak tebal aja biar ketutup," ungkap Dea."Boleh... aku minta maaf ya, aku malah buat kamu kayak gini. Bukannya jagain dan bahagiain kamu, kamu malah menderita sejak menikah denganku," ungkap Juna."Bukan kamu kok yang buat aku kayak gini, itu orang-orang jahat yang ngejar kita tadi. Jadi jangan nyalahin diri sendiri.""Makasih atas perhatiannya, Sayang. Aku gak akn biarin kamu terluka lagi," ujar Juna."Ya, makasih. Tapi kamu juga ingat, lukamu lebih ba
"Aduh Cucu Opa, sayang... sakit ya?" gumam Aron menggendong cucunya dengan sayang.Aron memang sosok orang tua yang sangat penyayang, bahkan pada Adam.'Cucunya' Lucu sekali ketika melihat Aron memanggil dirinya sebagai Opa. Hal itu, membuat Mira terkekeh sendiri.Mereka berdua sedang menjaga Adam karena Dea dan Juna sedang keluar karena harus menghadiri beberapa undangan yang penting.Melihat istrinya terkekeh, Aron pun bingung karena tidak ada yang lucu di sana."Kenapa kamu malah ketawa?" tanyanya heran dengan istrinya."Hem... soalnya aku belum terbiasa pas kamu manggilin Adam ke diri kamu sendiri sebagai Opa.""Oh, emang awalnya aneh sih, tapi itulah adanya. Aku gak ada espektasi kalau Dea bakal nikah secepat ini," ujar Aron menimang-nimang Adam dengan lembut."Sama..." gumam Mora agak sendu.Akan tetapi keduanya kemudian tidak memperpanjang topik itu."Kamu tahu nggak sih untuk usia kamu, kamu tuh masih kayak usia 30-an?" tanya Mira iseng. Aron mengangguk, "Iya, aku sadar kok