"A-apa yang akan terjadi jika kita melanggar, mas?" tanya Esmeralda dengan gugup.Franky menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Teman mas nggak bilang, dek. Dia hanya memberitahu mas seperti itu."Deg. Jantung Esmeralda terasa seperti berhenti berdetak. Darahnya seolah berdesir lebih cepat."Mas, aku takut...." rengek Esmeralda yang membuat hati Franky semakin tidak tenang.Lelaki itu terdiam selama beberapa saat lamanya. Ia memejamkan kedua matanya. Ia menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara perlahan. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dulu."Nggak apa-apa, dek. Kita pulang saja. Mudah-mudahan tidak ada yang terjadi," ucap Franky berusaha menenangkan Esmeralda setelah ia berhasil menenangkan dirinya sendiri.Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ya, ia berharap tidak terjadi apa-apa.Franky mulai kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia kembali mengendarai mobil yang sempat berhenti selama beberapa saat.Dalam perjalanan pulang, langit men
Sejak bapak mertuanya ditemukan dalam keadaan meninggal di sebuah pohon beringin keramat, Bu Aurora lebih sering menyendiri di dalam kamarnya. Ia bahkan menolak untuk makan dan minum. Ia juga menolak untuk mandi dan melakukan kegiatan keseharian lainnya.Hal itu membuat Esmeralda merasa khawatir. Ia selalu gagal membujuk ibu mertuanya. Ia bisa maklum dengan keadaan ibu mertuanya itu, karena ia kehilangan lagi orang yang sangat berharga dalam hidupnya. Apa yang dialami oleh ibu mertuanya, ia juga telah mengalaminya.Tok tok tokEsmeralda mengetuk pintu kamar Bu Aurora dengan nyaring. Ia membawakan sepiring nasi dan juga lauk pauk yang merupakan makanan kesukaan ibu mertuanya. Ia juga membawakan segelas jus jambu, yang tidak pernah ketinggalan menjadi teman makannya."Bu?" Esmeralda memanggil sambil meletakkan telinganya di pintu kamar. Sunyi dan sepi, seperti tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang di dalam sana.Tok tok tokSekali lagi Esmeralda mengetuk pintu kamar itu dengan nyar
"Aku akan memeriksanya!" Dokter Chou segera beranjak dari kursi kerjanya, dan disusul oleh Esmeralda yang terlihat cemas dengan keadaan ibunya.Setibanya di depan ruangan, tempat di mana Dokter Chou mengisolasi Bu Melisa, mereka telah mendengar suara teriakan histeris dari dalam ruangan yang membuat Esmeralda semakin merasa khawatir.Ia memandangi wajah Dokter Chou dengan tatapan yang penuh dengan arti."Apa yang terjadi?" tanya Dokter Chou pada perawat yang terlihat sangat ketakutan.Dokter Chou yang tidak mendapatkan jawaban dari perawatnya itu, segera meraih kunci dari saku jas berwarna putih yang ia kenakan. Ia pun dengan sigap membuka kunci pintu ruangan, tempat di mana Bu Melisa diisolasi.Pintu terbuka secara perlahan, tiba-tiba saja Bu Melisa yang terlihat sudah menunggu kedatangan mereka berlari ke arah Dokter sambil mengacungkan sebuah gunting yang entah ia temukan di mana.Beruntungnya Dokter Chou sigap menghindari serangan Bu Melisa. Tangannya yang cekatan menahan tangan B
Esmeralda duduk merenung di dalam mobil sambil memegangi setirnya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa lampu merah telah berubah menjadi lampu hijau. Ia segera tersadar saat mendapatkan klakson dari pengendara lain. Ia buru-buru menyalakan mesin mobilnya, dan segera tancap gas meninggalkan lampu lalu lintas.Dalam perjalanannya menuju ke kantor, ia masih terus berpikir dengan apa yang telah terjadi pada ibunya, juga ibu mertuanya.Lamunan Esmeralda segera terberai saat ia mendengar suara dering ponsel miliknya yang berada di jok sebelah kemudi. Ia melirik sebentar. Panggilan itu adalah panggilan dari Franky, mantan suaminya.Esmeralda berusaha meraih ponsel miliknya yang berada cukup jauh dari tangannya, sambil tetap mengemudikan mobilnya. Matanya sesekali menatap ponsel, dan menatap ke jalan. Setelah ia berhasil mendapatkan ponsel miliknya, ia segera menerima panggilan itu."Halo?" sapanya dengan suara yang terdengar datar."Halo, dek? Bagaimana kabarmu? Sudah beberapa hari sejak kita be
"Dia kenapa, dok? " tanya Esmeralda dengan cepat seolah ia sudah tidak sabar lagi mendengar penuturan yang akan diberikan oleh Dokter Chou.Dokter tidak segera menjawab. Ia hening beberapa saat. Hanya desah nafasnya yang terdengar berat."Sebaiknya kamu ikut aku ke ruangan Bu Melisa, " ujarnya yang segera beranjak dari tempat duduk, dan diikuti oleh Esmeralda yang mulai tampak gelisah."Sebenarnya apa yang terjadi, dok? " tanya wanita itu dalam perjalanan menuju ke ruangan ibunya.Dokter tidak menyahut. Ia hanya mempercepat langkahnya.Setibanya di depan ruangan, dokter segera membuka kunci pintu.Suara derit pintu yang terbuka secara perlahan, membuat degup jantung Esmeralda berdetak sangat keras. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya yang saat ini hanya wanita itu saja yang ia punya, setelah bapak dan juga suaminya meninggal.Kedua mata Esmeralda membelalak dengan lebar. Mulutnya tampak menganga. Ia hampir tidak bisa berkata-kata saat ia melihat kedua mata ibunya diperban.Baru s
"A- apa? Bagaimana ibuku bisa kritis, Sus? Apa yang terjadi dengannya? " tanya Esmeralda dengan raut wajah yang memancarkan kekhawatiran."Bu Melisa.... Dia menyayat pergelangan tangannya sendiri, bu, " Sahut suster dengan ragu- ragu."Astaga, ibu! " Esmeralda duduk berjongkok sambil menangis histeris.Franky yang tidak tahu harus berbuat apa, mulai merasa panik. Ia duduk di hadapan wanita itu, berusaha menenangkannya."Dek, sebaiknya kamu tenang dulu! Lebih baik kita pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibumu, " Ucap lelaki itu memberikan saran.Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia memberikan tanda pada lelaki itu bahwa ia setuju dengan apa yang telah diusulkan oleh mantan suaminya itu.Franky membantu Esmeralda untuk berdiri. Ia menuntun wanita itu untuk berjalan keluar dari rumah sakit jiwa menuju ke halaman parkir untuk mengambil mobil mereka yang terparkir di sana.Franky membukakan pintu untuk Esmeralda. Wanita itu duduk di kursi samping kemudi. Wajahnya terl
Franky bergegas masuk ke dalam ruang UGD. Raut wajahnya tampak kebingungan saat melihat seorang perawat yang masuk bersama dengan dokter, Tiba-tiba saja telah menutupi seluruh tubuh Bu Melisa dengan selembar kain putih.Franky menatap wajah Esmeralda yang kedua matanya tampak kemerahan dan basah. Ia seolah bertanya- tanya pada wanita itu, "apa yang telah terjadi? " Tapi suaranya tidak keluar. Hanya gerakan mulut dan juga tangannya yang seolah ia perjelas sebagai kode- kode pada wanita itu.Esmeralda balas menatap wajah Franky dengan tatapan mata yang sedih."Ibu..... Ibu sudah meninggal, mas, " sahutnya dengan suara yang terdengar berat dan sedikit serak.Perasaan Franky bercampur aduk menjadi satu, setelah ia mendengar pernyataan yang diberikan oleh mantan istrinya itu.Ada perasaan iba saat menatap pancaran kesedihan yang mendalam di wajah wanita itu.Ia menarik nafas panjang, lalu menghembuskan kembali dengan kasar. Lelaki itu merangkul bahu Esmeralda, dan mengusap lembut rambutnya
Suara sirine mobil ambulans terdengar di sepanjang jalan.Esmeralda duduk di samping ibu mertuanya yang masih tidak sadarkan diri. Dia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit dengan dibawa mobil ambulans.Setibanya di rumah sakit, dua orang petugas membuka pintu mobil ambulans, dan mentransfer tubuh Bu Aurora ke Stretcher untuk dibawa ke ruangan Unit Gawat Darurat.Sementara ibu mertuanya dibawa oleh petugas medis, Esmeralda setengah berlari mengikuti, mengimbangi para petugas yang berjalan sangat cepat.Setibanya di ruangan UGD, Esmeralda dilarang masuk, sehingga ia hanya menunggu di kursi tunggu yang berada di depan ruangan.Esmeralda terlihat gelisah. Ia tidak tahu apa penyebab ibu mertuanya hilang kesadaran.Esmeralda menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangan. Ia sambil berdoa untuk keselamatan ibu mertuanya.Sebuah dering telpon yang tiba-tiba berbunyi, telah menyita perhatian dari wanita itu. Ia bergegas meraih ponselnya yang berada di dalam tas tangan miliknya. I