Esmeralda duduk merenung di dalam mobil sambil memegangi setirnya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa lampu merah telah berubah menjadi lampu hijau. Ia segera tersadar saat mendapatkan klakson dari pengendara lain. Ia buru-buru menyalakan mesin mobilnya, dan segera tancap gas meninggalkan lampu lalu lintas.Dalam perjalanannya menuju ke kantor, ia masih terus berpikir dengan apa yang telah terjadi pada ibunya, juga ibu mertuanya.Lamunan Esmeralda segera terberai saat ia mendengar suara dering ponsel miliknya yang berada di jok sebelah kemudi. Ia melirik sebentar. Panggilan itu adalah panggilan dari Franky, mantan suaminya.Esmeralda berusaha meraih ponsel miliknya yang berada cukup jauh dari tangannya, sambil tetap mengemudikan mobilnya. Matanya sesekali menatap ponsel, dan menatap ke jalan. Setelah ia berhasil mendapatkan ponsel miliknya, ia segera menerima panggilan itu."Halo?" sapanya dengan suara yang terdengar datar."Halo, dek? Bagaimana kabarmu? Sudah beberapa hari sejak kita be
"Dia kenapa, dok? " tanya Esmeralda dengan cepat seolah ia sudah tidak sabar lagi mendengar penuturan yang akan diberikan oleh Dokter Chou.Dokter tidak segera menjawab. Ia hening beberapa saat. Hanya desah nafasnya yang terdengar berat."Sebaiknya kamu ikut aku ke ruangan Bu Melisa, " ujarnya yang segera beranjak dari tempat duduk, dan diikuti oleh Esmeralda yang mulai tampak gelisah."Sebenarnya apa yang terjadi, dok? " tanya wanita itu dalam perjalanan menuju ke ruangan ibunya.Dokter tidak menyahut. Ia hanya mempercepat langkahnya.Setibanya di depan ruangan, dokter segera membuka kunci pintu.Suara derit pintu yang terbuka secara perlahan, membuat degup jantung Esmeralda berdetak sangat keras. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan ibunya yang saat ini hanya wanita itu saja yang ia punya, setelah bapak dan juga suaminya meninggal.Kedua mata Esmeralda membelalak dengan lebar. Mulutnya tampak menganga. Ia hampir tidak bisa berkata-kata saat ia melihat kedua mata ibunya diperban.Baru s
"A- apa? Bagaimana ibuku bisa kritis, Sus? Apa yang terjadi dengannya? " tanya Esmeralda dengan raut wajah yang memancarkan kekhawatiran."Bu Melisa.... Dia menyayat pergelangan tangannya sendiri, bu, " Sahut suster dengan ragu- ragu."Astaga, ibu! " Esmeralda duduk berjongkok sambil menangis histeris.Franky yang tidak tahu harus berbuat apa, mulai merasa panik. Ia duduk di hadapan wanita itu, berusaha menenangkannya."Dek, sebaiknya kamu tenang dulu! Lebih baik kita pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan ibumu, " Ucap lelaki itu memberikan saran.Esmeralda menganggukkan kepalanya dengan lemah. Ia memberikan tanda pada lelaki itu bahwa ia setuju dengan apa yang telah diusulkan oleh mantan suaminya itu.Franky membantu Esmeralda untuk berdiri. Ia menuntun wanita itu untuk berjalan keluar dari rumah sakit jiwa menuju ke halaman parkir untuk mengambil mobil mereka yang terparkir di sana.Franky membukakan pintu untuk Esmeralda. Wanita itu duduk di kursi samping kemudi. Wajahnya terl
Franky bergegas masuk ke dalam ruang UGD. Raut wajahnya tampak kebingungan saat melihat seorang perawat yang masuk bersama dengan dokter, Tiba-tiba saja telah menutupi seluruh tubuh Bu Melisa dengan selembar kain putih.Franky menatap wajah Esmeralda yang kedua matanya tampak kemerahan dan basah. Ia seolah bertanya- tanya pada wanita itu, "apa yang telah terjadi? " Tapi suaranya tidak keluar. Hanya gerakan mulut dan juga tangannya yang seolah ia perjelas sebagai kode- kode pada wanita itu.Esmeralda balas menatap wajah Franky dengan tatapan mata yang sedih."Ibu..... Ibu sudah meninggal, mas, " sahutnya dengan suara yang terdengar berat dan sedikit serak.Perasaan Franky bercampur aduk menjadi satu, setelah ia mendengar pernyataan yang diberikan oleh mantan istrinya itu.Ada perasaan iba saat menatap pancaran kesedihan yang mendalam di wajah wanita itu.Ia menarik nafas panjang, lalu menghembuskan kembali dengan kasar. Lelaki itu merangkul bahu Esmeralda, dan mengusap lembut rambutnya
Suara sirine mobil ambulans terdengar di sepanjang jalan.Esmeralda duduk di samping ibu mertuanya yang masih tidak sadarkan diri. Dia dalam perjalanan menuju ke rumah sakit dengan dibawa mobil ambulans.Setibanya di rumah sakit, dua orang petugas membuka pintu mobil ambulans, dan mentransfer tubuh Bu Aurora ke Stretcher untuk dibawa ke ruangan Unit Gawat Darurat.Sementara ibu mertuanya dibawa oleh petugas medis, Esmeralda setengah berlari mengikuti, mengimbangi para petugas yang berjalan sangat cepat.Setibanya di ruangan UGD, Esmeralda dilarang masuk, sehingga ia hanya menunggu di kursi tunggu yang berada di depan ruangan.Esmeralda terlihat gelisah. Ia tidak tahu apa penyebab ibu mertuanya hilang kesadaran.Esmeralda menutupi wajahnya dengan menggunakan kedua telapak tangan. Ia sambil berdoa untuk keselamatan ibu mertuanya.Sebuah dering telpon yang tiba-tiba berbunyi, telah menyita perhatian dari wanita itu. Ia bergegas meraih ponselnya yang berada di dalam tas tangan miliknya. I
"Halo? " Terdengar suara yang sudah tidak asing dari seberang telpon, sesaat setelah panggilan tersambung."Halo, " Jawab Esmeralda dengan suara yang terdengar datar."Ada apa, dek? Tumben menelpon? " tanya lelaki itu hendak memastikan."Mas, kamu jadi pulang ke kampung? ""Jadi, dek. Kenapa? Apakah kamu berubah pikiran? "Esmeralda hening selama beberapa saat. Ia terlihat ragu- ragu."Jam berapa mas? ""Pagi, dek. Sekitar jam 7an, " Sahut Franky dengan singkat."Apakah.... Jika kita kembali ke sana, teror akan berhenti? ""Aku juga tidak yakin, dek. Tapi setidaknya kita coba dulu. Daripada kita hanya berdiam diri, dan tidak berusaha sama sekali. ""Iya, sih.... " Esmeralda kembali bungkam selama beberapa saat. Ia tampak berpikir dengan serius."Aku.... Aku berubah pikiran, mas. Besok aku mau ikut kamu kembali ke desa itu," ucap Esmeralda yang pada akhirnya mulai berani mengambil keputusan."Baiklah, dek. Kita bertemu di tempat tadi? " tanya lelaki itu hendak memastikan."Ya, mas. "
"Eh, Pak Clint? " Wanita tua itu tampak tersipu saat ia melihat seorang lelaki yang sudah lama menjabat sebagai ketua RT di desa Suka meneng itu, datang menghampiri ketiganya.Pandangan Pak Clint beralih menatap wajah Esmeralda dan Franky yang tampak tertunduk dalam."Kalian.... Bukannya pernah tinggal di desa ini?" Tanya Pak Clint ragu- ragu sambil mencoba mengingat kembali, apakah ingatannya salah atau tidak."I-iya, pak, " Sahut Esmeralda dengan sedikit gugup."Kalian kembali ke desa ini untuk apa? " Tanya lelaki itu hendak memastikan."Sa.... Saya ada perlu, pak. Tapi, baru saja tiba di sini, saya mendapat kabar bahwa ibu dan bapak saya sudah meninggal, " jawab Franky dengan lirih.Pandangan Pak Clint beralih menatap wajah lelaki itu. Ia mencoba mengingat kembali sosok lelaki itu."Kalau tidak salah kamu Franky anaknya Pak Agus dan Bu Edith kan? " Tanya Pak Clint ragu- ragu."Iya, Pak, " Sahut Franky dengan singkat."Oh! Selama ini kamu ke mana saja? Keadaanmu sehat kan? ""Iya,
Pandangan wanita muda itu menatap Franky dengan sorot mata yang tajam, membuat lelaki itu menjadi kikuk dan salah tingkah.Sesaat kemudian, pandangannya bergerak cepat menatap Esmeralda. Ia tersenyum sedikit menyeringai. Tatapannya turun menatap perut wanita itu yang tampak membusung."Usia kandunganmu sudah masuk berapa bulan? " Tanyanya hendak memastikan.Tatapannya tajam menatap Esmeralda, membuat wanita itu sedikit salah tingkah."Oh, aku tidak yakin. Aku tidak pernah memeriksakan lagi kandunganku. Aku pikir usia kandunganku sekitar lima atau enam bulan, " Jawab Esmeralda dengan ragu- ragu."Oh, begitu rupanya. " Wanita itu hanya manggut-manggut. Kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya.Setelah cukup jauh berjalan, wanita itu berhenti di depan sebuah gubuk. Ia menatap wajah Franky dan Esmeralda secara bergantian."Tidak perlu sungkan. Anggap saja rumah sendiri, " Ucapnya sebelum ia masuk ke dalam gubuk yang sangat sederhana.Dan di ikuti oleh Esmeralda, juga Franky. Keduanya du
Melihat pemandangan di depannya, membuat Bu Layla berteriak dengan histeris. Wanita itu merangkak untuk menghampiri tubuh suaminya yang terlihat tidak berdaya. Pak Khaled batuk berdarah, yang membuat Bu Layla semakin panik. "Bu, cepat bawa Xiena dan Xavier keluar dari rumah ini. Ajak juga putri kita, " ucapnya dengan suara yang lirih. Lelaki tua itu tampak sekarat. "Tapi kami harus ke mana Pak? " tanya Bu Layla dengan panik. Belum sempat Pak Khaled menjawab pertanyaan istrinya, ia yang melihat Esmeralda berjalan maju ke arahnya, berusaha sekuat tenaga untuk kembali bangkit, melindungi anak dan istrinya. "Cepatlah pergi, bu! " ucapnya yang segera berdiri di hadapan Esmeralda. Sementara Pak Khaled mengalihkan perhatian hantu wanita itu, Bu Layla dan Camelia pergi meninggalkan kamar sambil membawa serta Xiena dan Xavier. Mereka berhasil keluar dari rumah itu. Sedangkan Pak Khaled mendapatkan serangan bertubi-tubi yang membuat lelaki tua itu semakin tidak berdaya. Pak Khaled yan
"Bu, coba lihat siapa yang datang? " ucap Pak Khaled memberikan perintah. Bu Layla tidak menyahut. Ia segera beranjak dari tempat duduk nya menuju ke pintu depan. Saat ia membuka pintu dengan perlahan, ia membelalakkan kedua matanya karena terkejut. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wanita yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang pucat itu, benar-benar Esmeralda. Dia sudah pulang setelah hampir satu bulan menghilang tanpa jejak, dan juga tiada kabar. Bu Layla melongo. "Ini beneran kamu Esmeralda? " tanyanya hendak memastikan. Wanita itu diam. Bibirnya mengatup rapat. Pandangannya kosong. Ia tidak menyahut pertanyaan yang telah diajukan oleh Bu Layla. Tatapan matanya terlihat kosong. Ia berjalan masuk ke dalam, melewati Bu Layla yang masih terbengong memandangi punggung Esmeralda yang semakin jauh dari hadapannya. wanita itu menuju ke kamar si kembar. Bu Layla yang tersadar dari lamunannya, bergegas masuk ke dalam rumah. Pak Khaled yang semula terlihat f
Tok tok tokSuara ketukan nyaring telah menyita perhatian Pak Khaled, Bu Layla dan Camelia yang sedang bermain dengan Xavier dan Xiena di ruang keluarga. Ketiganya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. "Siapa ya yang datang? " tanya Pak Khaled yang terlihat penasaran. Camelia hanya angkat bahu, lalu kembali mengalihkan pandangannya menatap wajah Xavier dan Xiena. Bu Layla yang menyadari bahwa dirinya yang harus membukakan pintu, segera beranjak dari tempat ia duduk. "Biar ibu saja yang buka, " ucapnya yang melenggang pergi menuju ke pintu depan. Raut wajah Bu Layla berubah saat ia melihat seseorang yang berada di balik pintu, yang telah mengetuk pintu rumahnya adalah Pak Clint. Sebuah senyuman tampak tercetak dengan jelas di bibirnya. "Pak Clint? Ada apa ya? Tumben sore-sore datang bertamu? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Pak Clint terdiam selama beberapa saat. Wajahnya tampak memperlihatkan raut kebingungan dan gelisah, membuat Bu Layla menyadari bahwa ada
Seluruh bulu kuduk nya mendadak merinding. Esmeralda cepat-cepat masuk ke dalam mobilnya, dan kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah sakit yang sebelumnya telah di beritahukan oleh Bi Masha lewat pesan singkat di aplikasi hijau. Setibanya di rumah sakit, Esmeralda segera turun dari mobil. Ia keluar dari halaman parkir menuju ke lobby rumah sakit. Ia menemui resepsionis yang berjaga di sana. "Permisi, mbak. Saya mau menjenguk pasien atas nama Bu Aurora yang katanya sedang kritis, " ucap Esmeralda dengan raut wajahnya yang terlihat serius. "Oh, Bu Aurora ya? dia sudah dipindahkan ke rumah sakit umum Daerah yang ada di seberang sana, Bu! Keadaannya semakin parah. kedua matanya terus mengeluarkan darah. "Mendengar penjelasan dari petugas rumah sakit yang berjaga, membuat Esmeralda termangu selama beberapa saat lamanya. Lamunan Esmeralda terberai saat ia mendengar suara dering ponsel yang berbunyi keras dari dalam tasnya. "Baik, mbak. Terimakasih infony
Esmeralda melangkah dengan perasaan kecewa yang mendalam. Ia merasa patah hati setelah melakukan ritual sesajen itu, tapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Tidak ada petunjuk atau tanda-tanda keberadaan bayi perempuannya. Bu Layla yang menyadari diamnya wanita itu, mengusap-usap dengan lembut bahunya seolah memberikan isyarat agar wanita itu tetap kuat dan bersabar. Kedatangan Mereka segera disambut oleh Camelia yang menghampiri mereka dengan raut wajah yang terlihat sangat antusias. "Bagaimana? Apakah Xiena sudah ditemukan? " tanyanya menyambar. Bu layla dan Pak Khaled saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sementara Esmeralda hanya tertunduk dengan raut wajah yang murung. "Di mana Xavier, Mel? " tanya Bu Layla hendak memastikan. Ia merasa heran kenapa putrinya tidak bersama dengan bayi laki-laki itu. "Sehabis ku mandikan dan kuberi susu, dia tidur di kamar, " sahut Camelia menjelaskan. "Nduk, kamu kembali ke kamar s
Esmeralda tidak langsung menjawab. Ia terdiam selama beberapa saat lamanya. Wajahnya ia tundukkan dalam-dalam. Ia menarik nafas panjang, kemudian ia menghembuskan kembali secara perlahan. "Saya.... Dulunya menikah dengan orang sini, " ucap Esmeralda yang memulai ceritanya. Sementara Bu Layla dan Camelia tampak menyimak penuturan wanita itu. "Saya sempat tinggal di sini bersama dengan mantan suami saya. Ibu mertua saya kurang menyukai saya karena saya belum memiliki keturunan. Lalu saya tiba-tiba hamil. Tapi mantan suami saya malah menceraikan saya. Katanya dia mandul, bagaimana mungkin saya bisa hamil? Dia menuding saya selingkuh." Airmata kembali mengalir perlahan membasahi pipi Esmeralda. "Ya, saya merasakan ada yang aneh dengan kehamilan saya. Hanya beberapa bulan saja, tiba-tiba perut saya membesar, dan saya merasakan kontraksi yang hebat hingga saya tidak sadarkan diri. Saat saya terbangun, ibu mertua saya bilang bahwa bayi saya tidak selamat.""Lalu, apa yang terjadi? " tanya
*Special Part*Dokter wanita itu tertegun selama beberapa saat. Dia melirik wajah Esmeralda yang balas menatapnya, sebelum pandangannya kembali beralih menatap wajah sang perawat. "Ada apa dengan bayi lelaki itu?" tanyanya hendak memastikan. Dokter wanita itu menyerahkan bayi perempuan yang sejak tadi berada di tangannya, pada sang ibu yang segera menampungnya. Dokter itu berjalan perlahan menghampiri sang perawat yang kembali menatap bayi lelaki yang tidak bergerak sama sekali. "Dia tidak menangis, dan juga tidak bergerak, dok. Apakah dia sudah meninggal?" Perawat itu menatap wajah dokter yang berdiri di hadapannya dengan perasaan khawatir. Dokter itu kemudian menggendong bayi laki-laki itu. Dan benar, ia tidak merasakan nafas bayi itu. Dia memijat perlahan dada bayi itu, memberikan pertolongan. dia pikir, bayi itu tersedak air ketuban. Setelah beberapa menit ia berusaha, tapi hasilnya nihil. dokter mulai berputus asa. Dia menarik nafas panjang, dan menghelanya dengan kasar. D
Angin berembus dengan semilir. Pintu terbuka semakin lebar, yang membuat kedua mata Camelia dan Esmeralda terbelalak dengan lebar. Tak seorang pun yang berdiri di sana untuk membuka pintu. Padahal mereka sudah sangat yakin bahwa pintu kamar sudah ditutup dengan benar. Tidak mungkin terbuka oleh angin.Camelia dan Esmeralda saling menatap satu sama lain. Keduanya saling menelan ludah."Siapa yang membuka pintu itu? " Camelia menatap wajah Esmeralda dengan tatapan tajam.Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan perlahan. "Mungkin tadi saat Pak Kyai Khaled keluar, dia tidak menutup pintu dengan rapat, jadi terbuka sedikit oleh angin, " Sahut Esmeralda berusaha menenangkan dirinya dan juga putri Pak Kyai yang hanya menganggukkan kepalanya, setuju dengan apa yang baru saja dikatakan oleh wanita itu."Ya, masuk akal juga, " Ucapnya dengan intonasi yang datar. Ia tersenyum kaku, berusaha menyamarkan perasaan takut yang sedang menguasai dirinya.Esmeralda balas tersenyum. "Biar aku tutup pin
Mendengar teriakan Camelia, perhatian Pak Kyai Khaled dan Bu Layla, segera tersita. Keduanya saling menatap satu sama lain selama beberapa saat, sebelum keduanya beranjak dari tempat mereka menuju ke dapur untuk melihat apa yang telah terjadi pada putri mereka.Keduanya tercengang saat melihat Camelia tergeletak di lantai dapur, dengan pecahan gelas yang sedikit basah.Mereka melangkah dengan hati- hati agar tidak terkena pecahan kaca, mendekati putri mereka yang tidak sadarkan diri."Nduk? " Pak kyai mengusap lembut wajah Camelia. Wanita itu sama sekali tidak merespon."Pak, kita bawa dia ke kamar saja, " Ucap Bu Layla dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.Sementara Pak kyai Khaled membopong tubuh putrinya, membawanya ke kamar, Bu Layla membereskan pecahan gelas."Apa yang telah dilihat putri kita, pak? Sampai dia tidak sadarkan diri seperti itu, " Ucap Bu Layla menatap wajah Pak kyai, setelah wanita itu masuk ke dalam kamar putrinya, dan duduk di sebelah suaminya."Entahlah, Bu