Rumah Anjani tampak semakin banyak aktivitas orang berlalu lalang, mereka sibuk mengatur ini dan itu. Tak terkecuali Danu dia juga ikut membantu. Anjani yang berinisiatif untuk menata bunga bunga langsung diinterupsi oleh Ratin agar tidak usah ikut membantu."Eh Jani, udah udah duduk aja kamu nggak usah ikut bantuin!" tegur Ratin."Nggak apa apa lah Bu, Janu juga nggak ada kegiatan kok," jawab Anjani."Kamu tuh selalu aja ngebantah kalau dibilangin. Udah jangan ngeyel, duduk sana!" Akhirnya Anjani hanya duduk sambil mengamati. Dia tidak berani membantah ibu angkatnya karena memang dia sendiri juga mudah lelah sekarang ini. Karena semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing masing, mereka sampai tidak menyadari jika ada satu mata mata yang menyamar menjadi karyawan. Diam diam dia bertugas mengawasi gerak gerik Anjani. Ratin yang melihat Anjani ke luar rumah langsung menegurnya. "Kamu mau ke mana Jan?" tanya Ratin."Mau ke taman depan Bu, suntuk di dalam rumah terus mau bantuin juga
Lelaki itu tersungkur ke lantai setelah mendapat bogem mentah Revan. "Kalian, bawa pecundang ini ke markas." Dia lalu menyuruh Andre untuk mencari tahu plat nomor mobil yang masih sempat terekam oleh CCTV. Sampai matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat, keberadaan Anjani belum juga bisa terlacak. Andre melaporkan ke polisi dengan membawa bukti rekaman CCTV. *** Sementara di sebuah kamar, seorang pria bertubuh tambun sedang menelepon atasannya. "Halo Bos, target sudah kami culik. Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?" "Pekerjaan kalian selesai. Saya transfer sekarang, tapi tolong berjaga-jaga di depan sampai saya datang." "Baik bos!" Anjani yang baru tersadar merasa masih pusing karena obat bius tadi. Samar samar dia mendengar seorang lelaki sedang menghubungi seseorang. Anjani memilih berpura-pura pura masih pingsan agar penculik itu tidak mencelakainya. 'Bagaimana caranya aku kabur, tangan dan kakiku diikat semua. Ya Tuhan tolong aku,' batin Anjani sembari menu
Anjani menengok ke arah perempuan itu."Mayra. Jadi kamu bersekongkol dengan perempuan ini Ka?" "Apa kabar Anjani? Ya, kamu benar. Aku memang bersekongkol dengan Dika. Apa kamu pikir aku akan dengan mudah membiarkan Revan menikahi kamu? Jangan mimpi!" sentak Mayra."Memangnya kalau aku sama Revan nggak jadi menikah apa dia akan berubah haluan memilihmu? Memangnya siapa dirimu ini?" ujar Anjani meremehkan. Terbiasa hidup mandiri membuat Anjani lebih berani."Kalau kau ingin tahu aku adalah tunangan Revan dan kami akan segera menikah!" ucap Mayra memprovokasi Anjani."Benar, dan tidak seharusnya kau menikah dengan Revan, Anjani!" sahut Dika menimpali."Tunangan yang memilih kabur dengan selingkuhannya dua minggu sebelum hari pernikahan dilaksanakan!" ujar Anjani tersenyum miring."Kurang ajar, berani sekali kau padaku jalang!" PlakkPlakkMayra yang geram langsung menampar Anjani. Dika terkejut dengan tindakan Mayra dan sempat ingin mengobati Anjani namun Mayra menahannya."Hentikan D
"Iya dan aku akan tetap pada pendirianku untuk menikahinya kalau perlu aku akan membawanya pergi menjauh dari sini, dan kami akan memulai hidup bahagia bersama anak anak kami," ucap Dika pada Mayra. "Kamu itu naif sekali Dika. Sudah jelas si jalang itu tidak sudi menikah denganmu tapi kamu masih saja mengharapkan dirinya," ujar Mayra tersenyum kecut. "Tutup mulutmu Mayra, Anjani bukan jalang. Dia masih suci bahkan selama ini aku tidak berani menyentuhnya karena dia masih sangat menjaga kehormatannya." "Lalu kata apa yang pantas disematkan untuk seorang perempuan yang hamil sebelum menikah?" ucap Mayra terus mempermainkan emosi Dika. "Dengar baik baik Mayra, Anjani hamil bukan karena dia menjadi wanita murahan. Tapi dia hamil karena kesalahan Revan," ucap Dika berapi api. “Bisa saja dia mengarang cerita agar orang lain simpati padanya. Dika, Dika ... di luar sana wanita yang seribu kali lebih baik dan lebih cantik dari Anjani itu masih banyak, segitunya kamu membela Anjani. Atau ja
"Kalian tidak punya hak untuk menyuruh saya menyerahkan Anjani. Anjani calon istri saya, berani kalian menyentuh calon istri saya maka saya pastikan kepala kalian terlepas dari tubuh. Ren urus mereka, aku harus segera membawa Anjani ke rumah sakit!""Baik, Tuan!" Reno langsung memerintahkan anak buahnya untuk meringkus mereka."Anjaniiiii ... Anjani kamu di mana?" Anjani yang mendengar suara Dika memanggilnya membuat Anjani semakin panik. Revan segera mengajak Anjani masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan tempat itu.Dika yang mengetahui anak buahnya berhasil dibekuk Reno cs berniat ingin melarikan diri namun sayangnya dia tertangkap.***Saat dalam perjalanan, tubuh Anjani masih gemetar dan ketakutan setelah peristiwa tadi, dia terus mendekap erat Revan yang tengah memeluknya."Anjani, apa yang telah mereka lakukan padamu sampai bibirmu bengkak dan tanganmu juga sampai membiru? tanya Revan.“Tadi Mayra m
Mayra hanya mengabaikan pesan bundanya dan fokus menyetir namun teleponnya kembali berdering, dengan terpaksa Mayra mengangkat telepon dari bundanya.[Halo Bun, ada apa?][May, kamu di mana sekarang? Tadi anak buah Revan ke sini cari kamu. Kamu bikin masalah apa?][Aduh ceritanya panjang Bun, May nggak bisa ceritain sekarang. Nay lagi di jalan ini.][Ya sudah kalau begitu. Pokoknya untuk sementara kamu harus pergi dulu dari kota ini Nak, pergi yang jauh demi keamanan kami. Bunda bakal usahain biar Ayah nggak tahu tentang masalah ini.][Tapi aku harus ke mana saat ini Bun? Aku bingung tidak punya tujuan!][Untuk sementara kamu sembunyi saja di rumah Bibi Nindi. Mereka nggak akan bisa melacak keberadaanmu. Bunda akan menghubungi Bibi Nindi untuk mengabari kedatanganmu, tapi rumahnya di pulau lain kamu nggak apa apa kan? Kamu masih ingat jalannya kan?][Iya Bun, aku masih ingat alamatnya. Nggak apa apa Bun yang penting aku aman dulu.]
Anjani mendongak melihat Revan dengan tatapan penuh tanya. "Memangnya ada apa Mas?"Revan menghembuskan nafas kencang. Dia sendiri sudah menantikan momen ini namun terpaksa harus menahannya."Beberapa hari lalu aku sempat melihat konten ceramah tentang pernikahan yang disebabkan karena kecelakaan. Dan tadi aku sempat bertanya pada Penghulu, katanya kita harus mengulang akad lagi setelah kamu melahirkan Jan. Karena jika tidak sama saja kita berbuat zina. Jadi mau tidak mau kita harus menahan dulu," ucapnya lesu.Anjani tersenyum pada Revan. "Tidak apa apa Mas, pernikahan bukan hanya tentang menyalurkan nafsu saja kan?""Terima kasih atas pengertiannya Anjani. Maafkan aku karena telah menikahimu di keadaan yang bahkan kamu sendiri tidak menginginkannya. Tapi aku berjanji akan selalu berusaha melindungi dan membahagiakanmu Anjani," ucap Revan tulus.Akhirnya mereka berdua menghabiskan malam pertama dengan berbagi cerita dan saling mengenal lebih dalam satu sama lain.***Sementara di rum
Raisa dan Arya duduk bersebrangan di meja makan dapur. Arya yang terbiasa sarapan sepagi ini sudah memasak nasi goreng dan telur ceplok. Tak lupa dia juga mengambilkan makanan itu untuk Raisa."Sebenarnya kamu ini siapa? Dan kenapa aku bisa ada di apartemen kamu?" tanya Raisa memecah keheningan. Dia mengamati Arya yang sedang menikmati nasi gorengnya sambil bermain hape."Kenalin, aku Arya. Tadi malam kamu mabuk berat dan aku pikir sebaiknya kamu kubawa ke sini dari pada membahayakan keselamatan kamu kalau aku tinggal di sana. Lagian kamu itu sepertinya wanita baik baik kenapa bisa sampai mampir ke bar? Bahkan sampai menenggak minuman beralkohol sampai mabuk berat. Kalau kamu namanya siapa?""Namaku Raisa. Sebenarnya aku lagi galau banget, lagi kecewa sama seseorang dan melampiaskannya dengan minum di bar," ucap Raisa sambil mengaduk nasi gorengnya."Memangnya kenapa?" tanya Arya yang sebenarnya sudah tahu sedikit saat Raisa mabuk tadi malam."Aku