Home / Romansa / Haid Pertamaku / Part 28. Target Utama

Share

Part 28. Target Utama

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2022-08-09 20:02:50

Guru Yang Cantik

"Hanum Humayroh." Sembari tersenyum, guru les Amira memperkenalkan namanya. Menangkupkan tangan di dada saat Darmawan ingin mengajaknya bersalaman. Sebuah penolakan bersentuhan dengan cara halus dengan yang bukan mahram.

Gadis berhijab, yang terlihat lembut dengan wajah cantik dan berkulit bersih ini lantas mendekati Amira dan duduk di sampingnya, berhadap-hadapan dengan posisi duduk Darmawan.

Ponakan dari Bik Sumi ini lantas merangkul dan mengusap lembut pipi Amira, sepertinya Bi Sumi sudah menceritakan tentang kehidupan dan asal usul Amira.

"Kamu kuat dan hebat sayang, kakak senang dan bangga bisa mengenal kamu." Meremang mata Hanum, dikecupnya lembut kening Amira. Amira pun memeluk wanita cantik dan terpelajar itu, berkata dalam diam di hatinya.

"Tuhan telah mempertemukan aku dengan orang yang baik hati lagi."

"Mbak Hanum, terima kasih telah bersedia untuk mengajarkan Amira, sampai jauh-jauh datang ke rumah ini," ucap Darmawan, memulai pembicaraan.

"Saya yang harus
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Haid Pertamaku   Part 29. Guru Yang Cantik

    Amira tidak menyia-nyiakan kehadiran pertama Hanum di rumah ini. Di kamarnya, yang sekarang menjadi kamar mereka berdua. Amira sudah meminta untuk dimulai pengajaran. Sepertinya, ia memang benar-benar ingin bersekolah. Tidak terlalu sulit sebenarnya untuk mengajarkan Amira. Selain memang gadis itu sudah bisa membaca, menulis dan berhitung, sebagaimana yang pernah diajarkan Tante Banci kepadanya juga kepada penghuni yang lain. Tante Yusnia, atau Tante Banci sebenarnya orang yang baik kepada anak-anak dalam bersikap. Tidak pernah marah ataupun memaki-maki. Utang budinya kepada Mami Merry yang membuatnya tidak berani berbuat apa-apa. Hanya saja, si tante tidak pernah bercerita tentang hutang budi seperti apa yang dimaksud olehnya. "Biarlah itu menjadi rahasia Tante," ujarnya, waktu itu.Suara Adzan Juhur yang terdengar dari gawai Hanum, seketika menghentikan proses pengajaran hari ini, Hanum segera bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Selesai itu langsung dikeluarkan mukena dari dalam

    Last Updated : 2022-08-09
  • Haid Pertamaku   Part 30. Rencana Jahat

    "Letakkan di atas meja itu, Ndah," ucap Bik Sumi. Tangan si bibik menunjuk ke arah meja yang dimaksud."Iya, Bik," jawab Indah, segera diletakkannya, dan kembali keluar kamar, tersenyum dan mengangguk sebentar, saat Hanum dan Amira mengucapkan terima kasih."Makan siang dulu yuk, Hanum, Non Amira," ajak Bik Sumi."Terima kasih ya, Bik. Maaf, jika Hanum jadi merepotkan, bibik.""Merepotkan apa sih,Num. Lagi pula juga, Indah yang bawa kan," ucap Bik Sumi, lalu mendekati Hanum dan Amira, yang mulai menikmati makanan yang Indah bawakan."Bik. Boleh Amira menanyakan sesuatu sama bibik?" tanya Amira, selesai makan."Boleh, Non. Non Amira mau nanya tentang apa?" "Apa benar Bik, jika wajahku mirip dengan almarhumah istri Om Darmawan?" tanya Amira pelan. Terdiam Bik Sumi mendengar pertanyaan Amira."Non Amira pernah melihat photo almarhumah?" Bik Sumi balik bertanya. Sementara Hanum hanya diam mendengarkan.Amira tidak menjawab, hanya menggeleng saja , menandakan jika dia belum pernah meliha

    Last Updated : 2022-08-09
  • Haid Pertamaku   Part 31. Jangan Mimpi

    Jangan Mimpi Amira berlari kecil mencari Bik Sumi di dapur, untuk mengingatkan jika si bibik sudah berjanji untuk ikut menemaninya membeli mukena bersama Hanum. Dilihatnya Bik Sumi sedang merapikan piring dan gelas yang baru selesai dibersihkan."Bik...." Dipeluknya Bik Sumi dari belakang, sedikit terkaget dengan kehadiran Amira secara diam-diam."Bik Sumi, menemani Amira pergi membeli mukena?" tanya Amira, sambil terus memeluk Bik Sumi."Tetapi bibik banyak pekerjaan Non," jawab Bik Sumi, sambil sibuk merapikan piring dan gelas."Ya Bibik... Bik Sumi kan sudah janji," rajuk Amira, masih memeluk Bik Sumi."Iya, iya ... tungguin bibik Kemana, ya ... selesai ini, bibik langsung ke halaman depan," ucap Bik Sumi."Bener nih, Bik. Amira tunggu loh di depan." Sembari melepaskannya ke Bik Sumi. Bik Sumi tersenyum dan mengangguk."Ya, sudah. ​​Amira tunggu ya Bik." Amira berbalik meninggalkan dapur, dan berjalan untuk menunggu si bibik di depan teras rumah.Sebuah sedan mini berwarna Jeruk S

    Last Updated : 2022-08-13
  • Haid Pertamaku   Part 32. Rencana Penculikan

    "Lepasin aku,Tante. Mira ngga mau ikut Tante...." Tangannya mencoba melepaskan pegangan Tante Banci. Cengkraman Tante Banci semakin kencang, agak sedikit ditarik tangan Amira, agar mau ikut dengannya."Lepasin Mira, Tante! Lepasin...." memohon-mohon Amira, pipinya sudah penuh dengan air mata. Rasa takut yang teramat sangat sudah menghinggapinya. Membayangkan siksaan yang akan dia dapatkan dari Mami Merry jika dia tertangkap nanti.Tante Banci terus menarik paksa tangan Amira. Sementara Amira bertahan dan berusaha melepaskan diri. Rasa takut yang teramat sangat, hingga membuatnya sulit untuk berteriak."Sudah Amira, kamu nurut saja!" sentak Tante Banci, sebelah tangannya mulai merangkul pinggang Amira."Haii....!" Mbak! Itu Amira mau diapakan!" teriak Hanum, sembari berlari dari kejauhan, diikuti dengan Bik Sumi. Tante Banci bergeming, tidak menghiraukan. Punggungnya masih membelakangi Hanum."Hai, Mbak! Lepasin itu Amiranya! "Bentak Hanum, sembari menepuk keras bahu Tante Banci yang

    Last Updated : 2022-08-13
  • Haid Pertamaku   Part 33. Suasana Mencekam

    16 tahun yang lalu.Pak Marsan, suami dari Sumi adalah tokoh terpandang di Desa Kemuning. Seorang ustaz yang mengajar mengaji, sesekali diundang untuk memberikan ceramah disekitaran desa Kemuning. Kehidupan masyarakatnya sangat religius. Satu masjid dan satu Surau yang ada di desa tersebut selalu ramai jika sudah memasuki waktu shalat, begitupun pengajian-pengajian yang dilakukan orang tua dan anak-anak selalu diminati. Termasuk tempat mengaji Ustaz Marsan. Pengajian anak-anak setiap harinya, terkecuali libur di malam Jum'at selalu ramai, juga kajian ilmu yang di berikan sang ustaz di masjid kampung tersebut dua kali dalam seminggu pun banyak dihadiri bapak-bapak Kampung Kemuning.Yusnanto adalah anak satu-satunya dari Ustaz Marsan dan Bik Sumi, yang usianya sudah 18 tahun. Sifat dan kelakuan Yusnanto yang lebih seperti perempuan, sudah diketahui oleh seluruh masyarakat kampung ini. Tetapi karena rasa hormatnya terhadap Ustaz Marsan, membuat sebagian masyarakat desa tidak ada yang b

    Last Updated : 2022-08-13
  • Haid Pertamaku   Part 34. Desa yang Berduka

    Sumi menjerit histeris, berteriak ia ingin memeluk anak semata wayangnya, tetapi ditahan oleh warga yang ada disekelilingnya.Terduduk di tanah, menangis meraung, meratapi nasib Yusnanto yang terhinakan seperti itu.Sementara suaminya, Ustaz Marsan hanya terdiam, tubuhnya terkunci tidak sanggup untuk bergerak. Badannya gemetar dan matanya berkaca-kaca."Tolong anak kita, Pak ... jangan diperlakukan seperti layaknya seekor binatang. Sakit aku melihatnya, Pak?" Bik Sumik memeluk erat kedua kaki suaminya, masih meraung ia, terkadang meratapi nasib anak terkasihnya.Air mata mulai turun di kedua pipi Pak Marsan. Seorang ustaz desa, tokoh agama yang disegani warga kampungnya sendiri, harus mendapatkan cobaan seberat ini. Air bening itu terus mengalir dipipi tuanya. 15 tahun dia berumah tangga dengan Sumi, dan baru dikaruniai seorang anak. Anak lelaki harapannya, yang dia harapkan mampu mengangkat derajat keluarganya, justru malah melemparkan kotoran di wajahnya.Mulut dan hatinya terus saj

    Last Updated : 2022-08-15
  • Haid Pertamaku   Part 35. Dianggap Mati

    Sementara Bik Sumi hanya terdiam dan menyendiri di kamar. Duduk bersandar di atas ranjang. Sesekali tatapan matanya melihat ke arah biasa suaminya tertidur di sampingnya."Maafkan aku, Pak. Tidak mampu mendidik putra kita seperti yang bapak harapkan." Lirih batinnya.Sementara Yusnanto, masih terseret langkahnya menyusuri jalanan setapak di sisi bukit. Tidak tahu akan kemana tujuan langkah nya, yang dia tahu dia tidak lagi punya tempat untuk pulang.Suara Kayuhan sepeda onthel terdengar mendekatinya. Hanum dan Akhsan saudara sepupu Yusnanto ternyata yang mengejar. Dengan membawakan sandal, perbekalan sedikit makanan dan uang sekadarnya, mereka berikan untuk Yusnanto. Ucapan kata hati-hati adalah pesan terakhir dari para sepupunya, sebelum kembali berbalik pulang. Yusnanto kembali menapaki jalan. Hanya berharap pada langkah kakinya, walau tetap tanpa arah tujuan.Selepas Tengah malam, langkah kaki Yusnanto menuntunnya sampai di pasar dekat kantor kecamatan. Tidak jauh dari sebuah termi

    Last Updated : 2022-08-15
  • Haid Pertamaku   Part 36. Terjerat Pemangsa

    Langkahnya terus membawanya jauh dan semakin menjauh, hingga melewati perbatasan kabupaten. Pakaiannya yang basah, sedikit mengering dan kembali basah lagi karena keringat menempel di tubuhnya. Tubuh yang sekarang bersender lelah di bangku sebuah bus besar. Bus yang akan mengantarkannya ke kota metropolitan.Selepas Isya, bus yang ditumpanginya sampai di sebuah terminal pinggiran kota. Uang yang tersisa hanya tinggal puluhan ribu saja. Turun dengan rasa kebingungan, harus kemana lagi sekarang. Perutnya mulai terasa lapar, ingin makan tetapi takut uangnya kurang. Karena yang dia dengar saat di kampung, semua yang ada di kota besar itu serba mahal. Tampang lugu, dan gerakan mata seperti sedang kebingungan karena baru pertama kali menginjakkan kaki ke ibukota. Dengan cara berjalan seperti seorang perempuan, adalah santapan empuk di kota besar ini.Dua orang pengamen terminal, menarik dan menyeret Yusnanto ke sela-sela bus-bus besar yang terparkir. Mengambil dan merampas semua. setelah s

    Last Updated : 2022-08-15

Latest chapter

  • Haid Pertamaku   Part 86 Dijebak

    Part 65Diaz ada juga terpikirkan, jangan-jangan, dirinya hanya dimanfaatkan oleh Mella, lebih karena sakit hati karena Darmawan akan menikah dengan Hanum, bukan karena kematian sang mami? Namun tidak mungkin baginya berbicara seperti itu, karena hanya bersifat dugaan dirinya saja. "Kenapa tidak dibicarakan sekarang saja, Mbak? Kenapa harus menunggu nanti malam?" tanya Diaz, mempertanyakan. "Nanti malam, waktunya lebih panjang dan bebas, Sayang. Nanti, Mbak siapkan semuanya. Atau kamu mau kita pergi sekarang saja ke apartemen, Mbak?" ajak Susan, kembali bersikap genit dan menggoda. Mengusap-usap lembut punggung tangan Diaz. Selain Darmawan, tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonanya, dan itu yang sekarang dia akan coba untuk menaklukkan Diaz. "Disiapkan semua? Maksudnya, Mbak?""Semua kebutuhanmu, Sayang, semuanya. Mau, 'kan?" Senyumnya menggoda, matanya mengerling genit, dan Diaz sudah cukup dewasa untuk dapat memahaminya. "Beneran ini, Mbak? Enak dong, saya," goda Diaz sud

  • Haid Pertamaku   85 Surat Perjanjian

    Part 64"Bagaimana Diaz, kamu sekarang percaya 'kan sama, Mbak?" Sambil tangan Mella menggenggam tangan milik Diaz di atas meja tepat di samping handphone milik pemuda tersebut. Telapak tangan Mella yang putih bersih mengusap-usap lembut, dan Diaz membiarkan saja. Pemuda yang memiliki paras tampan ini belum menjawab, terlihat dia masih sedang berpikir dengan semua ucapan dan bukti yang diberikan oleh Mella. "Sekarang begini deh, Diaz. Saat kematian mamihmu, adakah Darmawan datang ke rumah keluarga besarmu untuk mengucapkan ucapan duka cita? Atau ikut hadir di saat pelaksanaan pemakaman? Bahkan, hingga sampai acara tahlilan sampai tujuh hari pun Darmawan tidak nongol batang hidungnya. Benar 'kan, Diaz?"Diaz mengangguk, semua yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Darmawan tidak datang di acara pemakaman maminya, begitupun di acara tahlilan. Atau karena Darmawan tidak tahu harus menghubungi siapa, karena memang handphone Diaz sendiri hilang beserta SIM card miliknya.Akan tet

  • Haid Pertamaku   Part 84 Alat untuk Membalas Dendam

    Part 63"Darmawan, Diaz. Pelakunya adalah Darmawan."Sesaat Diaz terdiam, lalu tertawa keras terbahak. Diaz menertawakan ucapan dari Mella, yang sudah menuduh Darmawan adalah pelaku utama atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Tante Sonya. Belum sampai satu bulan kemarin. "Sudahlah, Mbak, saya mau pulang saja. Saya kira Mbak mau ngomong apa?" ucap Diaz yang mulai segan dan segera ingin mengakhiri acara pertemuan ini. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah akan bersiap-siap ingin pergi dari coffee shop tersebut. "Mbak tau kamu pasti akan bicara seperti ini. Tidak akan percaya dengan apa yang sudah mbak sampaikan. Tapi mbak punya bukti beserta alasannya kenapa Darmawan ingin melakukan itu," ucap Mella mencoba untuk terus meyakinkan Diaz agar mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Perempuan yang hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit hati dan dendam ini, karena menganggap Darmawan sebagai penyebab kematian almarhum ayahnya, menolak dirinya ketika diminta untuk

  • Haid Pertamaku   Part 83 Season 2 . Siapa Pelakunya

    HAID PERTAMAKU SEASON 2Acara ijab Qobul antara Yusnanto dan Asmah baru saja selesai dilaksanakan. Isak tangis mewarnai acara pernikahan mereka. Asmah tidak ikut mendampingi Yusnanto saat acara ijab berlangsung, dia hanya menunggu di kamar dengan riasan riasan yang cantik. Asmah memang terlihat sangat cantik sekali. Asmah sempat menangis sebelumnya, saat dia menyadari jika tidak ada satu pun keluarganya di acara pernikahan ini. Tidak ada kerabat, juga kedua orang tuanya, ibu dan bapaknya. Sama halnya seperti Amira sebelumnya, yang tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya. Asmah, hingga acara ijab qobul-nya selesai, belum juga bisa menemukan siapa dan ada di mana keluarganya sekarang. Menurut keterangan Yusnanto sendiri, yang mulai hari ini sudah resmi menjadi suami Asmah, jika saat bayi pun istrinya itu sama seperti dengan Amira, ada orang yang datang ke Mami Merry untuk menjual anak, dan Yusnanto yang mengurus dan merawat mereka semua saat itu. Yusnanto pun bercerita, jika balita

  • Haid Pertamaku   Part 82. Bahagia Hingga Akhir

    "Tante Sonya meninggal karena kecelakaan, Mas, empat hari yang lalu."Innalilahi," ucap Darmawan, terkejut. Padahal dia sudah melarang Tante Sonya untuk keluar rumah."Yang mengurus jenazahnya siapa, Mbak?""Adik-adiknya dan keluarga besarnya, Mas?""Semoga Tante Sonya wafat dalam keadaan sudah bertobat," ucap Darmawan."Aammin ya Allah," ucap doa Hanum.Tidak beberapa lama, Amira langsung masuk ke dalam ruang perawatan, dan terlihat sangat senang, saat menyaksikan Hanum sedang menyuapi ayahnya."Maaf Yah, Amira baru dari minimarket, untung ada Kak Hanum yang menyuapi Ayah." Hanum hanya tersenyum, melihat kedatangan Amira."Habis beli apa, Ra?" tanya Darmawan."Biasa Yah, buat keperluan perempuan," jawab Amira polos saja, dan Darmawan mengerti apa maksudnya. Tidak beberapa lama, Amira teringat suatu hal penting yang gagal dia bicarakan dengan sang ayah, saat peristiwa musibah kemarin."Saat Ayah jatuh ke dalam jurang, sebenarnya Amira menelpon Ayah untuk memberitahukan kabar gembira."

  • Haid Pertamaku   Part 81. Bangun Dari Koma

    Menurut informasi dari pihak dokter yang merawat Darmawan dan Yusnanto, kondisi kesehatan mereka mulai stabil, hanya tinggal menunggu proses kesadaran mereka berdua saja.Bik Sumi, sore ini di rumah sakit mendapatkan kabar dari Laela, pembantu baru di rumah Darmawan, anak dari Pak Edi, orang yang sudah membantu mengurus makam almarhumah Khalila yang memberitahukan kepadanya tentang kabar kecelakaan dan kematian yang menimpa Tante Sonya. Sekaligus juga memberitahukan jika jenasah Tante Sonya sepenuhnya akan diurus oleh pihak keluarganya.Dimas sudah kembali balik ke Jakarta sore ini juga, untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang belum terselesaikan, tetapi dia berjanji akan segera kembali secepatnya jika urusannya di kantor dan di pengadilan sudah terselesaikan.Ruang perawatan Darmawan dan Yusnanto yang berada di kelas terbaik memang memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Dengan ruang perawatan yang cukup luas, karena disediakan juga ruang tungg

  • Haid Pertamaku   Part 80. Tante Sonya

    Pagi hari, rumah besar nan megah ini terlihat lenggang, suasana terlihat sunyi dan sepi, yang biasanya ramai di ruang makan keluarga, untuk menikmati sarapan, kini terlihat tidak ada siapapun di situ.Tante Sonya yang baru saja terbangun dari tidurnya. Sepagi ini perutnya sudah terasa lapar, lalu berniat ke dapur untuk mencari makanan di sana.Ibu tiri dari Darmawan itu, sudah berbulan-bulan tidak lagi diperbolehkan Darmawan untuk keluar dari rumah megah ini, dan juga tidak boleh memegang handphone, karena kewaspadaan Darmawan atas keselamatan putrinya Amira. Kedekatan antara Tante Sonya dan Mami Merry yang menjadi masalahnya. Darmawan menaruh curiga bahwa Tante Sonya adalah orang di balik rencana penculikan Amira dan pemukulan terhadap dirinya di daerah sekitar Musium Fatahillah.Sesampainya di dapur, yang berdekatan dengan ruang makan keluarga pun keadaannya juga sama, Sepi. Tidak terlihat beberapa anggota keluarga penghuni rumah indah ini.Sesaat, salah satu kaki tangannya dahulu,

  • Haid Pertamaku   Part 79. Bentrokan Besar

    "Bangun ya, Om. Bik Sumi juga ada bersama Amira sekarang, rindu dengan Om, yang kuat yah, Om, terus berjuang bersama ayah." Amira mulai tersedu, begitupun dengan Asmah. Dia dan Amira sangat tahu, jika Yusnanto ini baik terhadap mereka semua saat berada di penampungan, tidak pernah bersikap ataupun berlaku kasar. Banyak mengajari mereka tentang dunia luar, menulis, ataupun membaca.Asmah pun terus menatap paras wajah Yusnanto, teringat dia akan perhatian dan kebaikan Yusnanto terhadapnya. Pernah ada terbersit harap dalam dirinya, seandainya saja prilaku Yusnanto bisa berubah saat itu. Dia pasti akan menjadi sosok pria yang paling mengerti, sabar, dan perhatian terhadap pasangannya.Yusnanto pun pernah bercerita, bahwa dia sendiri tidak tega jika melihat anak-anak yang berada di dalam penyekapan, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena faktor keadaan dan hutang nyawanya terhadap Mami Merry.Bik Sumi masih menangis dipelukan Hanum, hatinya benar-benar merasakan sakit melihat kondis

  • Haid Pertamaku   Part 78. Ini Emak, Yus?

    "Mas Yusnanto, Bik. Amira dan Asmah mengenalnya dengan nama Tante Yusnia.""Ya, Allah ...." Lirih terdengar suara Bik Sumi, lantas menangis, keterkejutan pun menghinggapi Amira dan Asmah, tiada yang menduga jika pria penyelamat itu adalah Tante Yusnia, orang yang juga sudah menyelamatkan Amira. Hanum lantas memeluk bibiknya, turut menangis bersamanya."Mas Yus, sudah insyaf, Bik, Pak Kyai dan Pak Nanang tadi bercerita," bisik Hanum pelan, di telinga Bik Sumi."Alhamdulillah, Ya, Allah," ucap Bik Sumi mengucap syukur."Mas Yus, sudah menjalani proses pengobatan oleh Kyai Sobri, dan sekarang dipercaya Kyai untuk menjaga musholla dekat sisi bukit, juga sembari berdagang buah-buahan. Mas Yus sudah bertobat," jelas Hanum, hatinya benar-benar merasakan keharuan yang teramat sangat."Terima kasih ya, Allah, tlah kau berikan kesempatan kepada anak hamba untuk bertobat." Doa Baik Sumi lirih, sembari terisak-isak. Hanum, Amira, dan Asmah pun ikut menangis."Berikan kesembuhan kepada putra hamba

DMCA.com Protection Status