Dua orang pria tampan baru saja turun dari pesawat beberapa menit yang lalu, mereka berjalan diantara kerumunan orang-orang yang memang saat itu sedang memenuhi bandara, akibat kehadiran seorang Idol.
Dean berjalan dengan cukup cepat diikuti Harry yang berjalan di belakangnya. Namun langkah mereka lagi-lagi terhenti karena orang-orang yang berkumpul justru bertambah banyak. Dean mendecih pelan membuat Harry sedikit menghela nafas. Dean lelah, pekerjaan dan perjalanan yang cukup jauh membuatnya ingin segera istirahat atau hanya sekedar memejamkan mata di mobil, bukan malah terjebak oleh orang-orang yang tidak punya pekerjaan yang rela berdesak-desakan demi melihat idola mereka. Dean bukan orang yang anti terhadap hal seperti itu, adiknya sendiri bahkan seorang pemilik agensi industri hiburan. Hanya saja Dean sedang lelah, sekali lagi dia terlalu lelah.
Dean Smith, seorang CEO Konnect Corporation yang merupakan perusahaan konglomerasi media yang baru saja menggantikan ayahnya Daniel Smith dari jabatannya. Sebagai perusahaan konglomerasi, berarti Dean bersama perusahannya bisa menguasai banyaknya media yang muncul. Keberadaan Dean di bandara saat ini karena dia baru saja kembali dari perjalanan bisnis diluar negeri ditemani oleh Harry, sahabat sekaligus tangan kirinya Dean. Kenapa tangan kiri? Karena posisi tangan kanan Dean sudah diisi oleh orang lain.
"Harry, sepertinya aku akan mencari tempat terdekat untuk istirahat. Tidak mungkin kita langsung meneruskan perjalanan dengan kondisi seperti ini." Dean menatap kearah luar bandara yang sudah dipenuhi oleh para fans dari Idol tersebut.
"Baiklah bos, kau butuh hotel atau cafe?" tanya Harry.
"Carikan saja cafe, aku hanya akan istirahat sampai jalanan lenggan," jawab Dean dengan ekspresi datarnya.
"Oke. Siap laksanakan." Harry masih dalam mode formal.
"Ck, bagaimana Dion bisa bertahan bergelut dengan dunia seribut ini." keluh Dean yang tanpa sengaja didengar oleh Harry. Sebenarnya dunia Dean juga sangat ribut, memangnya siapa yang menyebabkan para fans bisa berkumpul disini kalau bukan tahu dari media? Tapi karena Dean berada di posisi atas, dia hanya bekerja dengan berkutat bersama pikirannya.
"Tentu karena kau dan Dion memiliki selera yang berbeda bos." Harry terkekeh. "Ayo bos, aku sudah menemukan cafe nya. Kita pergi sekarang." Harry berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Dean. Jika yang dibicarakan adalah masalah pribadi maka Harry berganti mode menjadi mode sahabat.
✿✿✿✿✿
Berbeda dengan Dean dan Harry, Nara yang saat ini berada di bandara yang sama, justru berusaha dengan gigih untuk menerobos kerumunan orang-orang tersebut.
Nara juga baru saja kembali dari perjalanan bisnis menemani kakaknya, namun dia pulang terlebih dahulu karena ada hal yang harus dia lakukan. Apalagi kalau bukan tentang sekolah yang dia kelola. Badannya yang tinggi memang cukup memudahkannya bergerak namun tetap saja, kerumunan orang-orang itu sangat banyak dan membuat penampilannya yang semula bak putri kerajaan, kini sangat berantakan dan hampir menyerupai gelandangan.
"Astaga, ini kacau sekali. Seharusnya Dion bodoh itu membelikan pesawat pribadi untuk artisnya agar tidak mengganggu fasilitas umum." keluhnya sambil mencoba merapihkan penampilannya kembali.
Tidak selasai disitu. Ternyata keadaan di luar lebih parah dari dugaan Nara. Suasana bandara benar-benar ramai dan penuh. "Argghhh, aku bisa gila." Nara menjambak rambutnya frustasi. Kemudian dia merogoh saku mantelnya untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. "Dion Smith, aku benar-benar akan memberimu pembalasan untuk ini." Nara mengepalkan tangannya kesal.
Sepertinya hari ini Dion akan mengalami gangguan pendengaran, karena baru saja dua orang terdekatnya mengeluh tentang dirinya.
✿✿✿✿✿
Dean dan Harry memilih sebuah cafe kecil yang tak cukup ramai. Harry sengaja memilih tempat sepi karena dia tahu kalau Dean tidak menyukai sesuatu yang berisik.
"Berapa lama lagi kita akan disini?" tanya Dean yang sejak tadi sibuk melirik jam ditangannya dan mengabaikan kopi yang saat ini mulai mendingin.
"Sampai keadaan lenggang. Itu jika kau tak keberatan." jawab Harry yang kembali menyesap kopinya.
"Yuviiiiiiiiiiin."
Teriakan seseorang yang baru saja memasuki cafe membuat Dean dan Harry mengalihkan pandangan mereka. Dean mengernyit, kenapa hari ini banyak sekali orang-orang bar-bar, begitu menurutnya.
"Astaga, cafe ini sepi kenapa harus berteriak." Protes Harry yang sempat terkejut karena teriakan tadi.
"Yuvin bodoh. Kenapa kau tidak memberitahuku kalau saat ini bandara sedang sesak." protes perempuan yang baru saja masuk tersebut didepan kasir.
"Yak, NARA gila! Mana aku tahu kalau hari ini kau ada penerbangan." balas Yuvin tak kalah kencang dengan suara Nara.
Dean dan Harry masih menatap kedua orang yang tengah bertengkar didepan kasir tersebut yang diketahui bernama Nara dan Yuvin. Sementara beberapa pengunjung cafe lainnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dean mengalihkan pandangannya kepada Harry dan menatapnya tajam seperti memberi peringatan jika dirinya jelas meminta susana cafe yang sepi. Sementara Harry kembali mendesah lelah.
"Aku tidak peduli. Sekarang kau harus menemaniku sampai orang-orang mengosongkan bandara." Nara menarik tangan Yuvin dan memaksa sahabatnya itu untuk duduk di meja yang bersebrangan dengan Dean dan Harry.
"Hey aku sedang bekerja. Kau selalu saja seenaknya," protes Yuvin.
"Terserah. Kau kan pemiliknya jadi tidak akan ada yang protes." jawab Nara acuh dan mendudukan dirinya dikursi yang arahnya menghadap meja Dean.
Sesaat pandangan mereka bertemu, lalu Nara memilih mengabaikan dan fokus kembali pada Yuvin dan ocehannya yang sedari tadi sangat tidak jelas itu. Sementara Dean masih menatap Nara dengan intens, matanya memindai setiap pergerakan Nara membuat Harry yang melihatnya mengikuti arah pandangan Dean.
"Woww ternyata dia cukup sexy dengan pakaian yang berantakan seperti itu." Harry menatap Nara dengan serius.
"Harry!" tegur Dean.
"Dia benar-benar sexy bos, lihatlah bahunya putih mulus seperti itu." Harry kembali memuji tubuh Nara dan membuat Dean kini mengalihkan pandangannya pada Nara.
Dean akui perempuan disebrang sana memang cukup sexy dengan penampilan acak-acakannya tapi yang membuat Dean betah menatapnya cukup lama adalah senyumannya. Bagaimana mungkin senyuman seorang perempuan bisa semanis itu. Ah, dimple yang menghiasi pipinya juga menambah pesona perempuan manis tersebut. Apakah Dean Smith baru saja memuji seseorang?
"Kau tidak berharap aku akan menelpon Sion atau Sena kan?" ucap Dean dengan nada penuh penekanan.
"Kau... ah bos tidak asik." Harry mengeluh dan membuat Dean justru menyeringai.
BRAK
Tiba-tiba meja Dean dan Harry di gebrak oleh seorang perempaun yang menjadi objek pembicaraan mereka sejak tadi.
"Permisi kenapa kau tidak sopan dengan menggebrak meja kami." protes Harry yang tidak terima.
"Ah, tidak sopan ya. Hey disini siapa yang tidak sopan? Sejak tadi kalian terus saja menatapku dengan tatapan mesum." Nara menyimpan kedua tangannya dipinggang.
"Ck kau percaya diri sekali," ucap Dean acuh.
"Apa? Percaya diri? Kau pikir aku tidak punya mata hah?" Nara semakin meninggikan suaranya.
"Astaga Nara, kenapa kau selalu membuat keributan di mana-mana." Yuvin menghampiri Nara dan meminta maaf kepada Dean dan Harry.
"Dengar itu? Temanmu sendiri yang bilang kalau kau pembuat keributan." Dean berkata dengan santai dan membuat Nara justru semakin kesal.
"Yak Yuvin, kenapa kau membela mereka hah? Padahal aku baru saja dilecehkan disini," teriak Nara kepada Yuvin yang membuat Yuvin melongo. Sedangkan Dean dia sudah menendang betis kekar Harry dengan kakinya yang berada dibawah meja.
Yuvin segera menarik tangan Nara dengan paksa dan menyeretnya. "Maafkan aku tuan, silahkan dilanjutkan kembali. Maaf karena temanku sedang dalam mode PMS." teriak Yuvin yang membuat Harry tertawa terbahak dan Nara melotot tak percaya.
"Yuvin, akan aku pastikan kau membalas semua ini." Nara menginjak kaki Yuvin dengan keras kemudian dia mengambil tasnya dan bergegas keluar cafe yang langsung disusul oleh Yuvin.
Harry masih saja tertawa membuat Dean merotasikan matanya dan menatapnya dengan tajam. "Maaf bos, itu lucu sekali."
"Diamlah. Kau yang bersalah disini." tegur Dean.
"Ah baiklah. Tapi bos, sepertinya wajah perempuan tadi sangat tidak asing." Harry kembali dalam mode serius.
"Maksudmu?"
"Aku merasa aku pernah melihatnya. Wajahnya benar-benar tidak asing. Aku bahkan seperti sering melihatnya hanya saja bukan langsung. Seperti dalam foto atau televisi mungkin. Sejenis itulah, aku benar-benar lupa." Jelas Harry yang membuat Dean mengedikkan bahunya acuh.
"Aku tidak peduli. Bukan urusanku jikapun kau mengenalnya." Dean kembali manatap kerumunan orang-orang dengan fokus.
Kau boleh tidak peduli untuk saat ini, tapi masa depan tidak ada yang tahu bukan? Bagaimana justru jika ada benang takdir yang tak kasat mata sudah mengikat mereka.
•
••- TBC -
With Love : Nhana
Daniel Smith, seorang pria paruh baya yang masih terlihat cukup muda itu kini tengah menatap rintik hujan dari balik kaca ruang tamunya. Tatapan matanya terlihat cukup dalam dan tajam, seolah mampu merobek siapa saja yang berhadapan dengannya. Entah apa yang sedang dipikirkannya sehingga menatap hujan saja bisa sebegitu mengerikannya.Dean baru saja kembali dari kantor. Jika biasanya dia pulang ke apartemen miliknya, tapi hari ini dia pulang kerumah atas permintaan ibunya.Hujan yang mendadak turun membuat Dean tiba di rumah larut malam, dan dia tidak terlalu terkejut ketika mendapati ayahnya masih terjaga. Perlahan langkah kakinya mendekati Daniel yang sepertinya memang sudah menyadari keberadaan Dean melalui pantulan kaca yang ada dihadapannya."Dimana Dion?" tanya Daniel dengan nada
Beberapa hari sejak kepulangan Nara dari China, dia belum sempat bertemu dengan Dion kekasihnya. Kesibukannya dalam menggantikan Nanda membuat dia tidak memiliki waktu untuk mengunjungi kekasihnya itu. Dan hal itu sukses membuat mood Dion beberapa hari ini memburuk. Sebagai gantinya dia menjadikan Wina pelampiasannya."Dion, kau benar-benar membuatku gila." Wina sudah memaki Dion dengan sumpah serapah sejak kemarin sore, namun yang bersangkutan masih belum juga sadar. Wina dan Dion memang dekat karena Wina adalah artis pertama di agensi milik Dion."Aku merindukan adikmu Win," Dion mengusap wajahnya kasar."Astaga kau bahkan masih berbalas pesan dengannya, bagaimana mungkin kau bisa segila ini?" Wina benar-benar dibuat kesal dengan kelakuan atasannya. Sejak Nara sibuk dan mereka jarang bertemu, Dion setiap hari hanya merajuk dan uring-uringan tidak jelas. Semu
Suasana hening menyelimuti kediaman Daniel. Semua anggota keluarga berkumpul diruang tengah kecuali Dean karena ada pekerjaan. Di sana ada Daniel, Zara dan juga Dion."Ayah sudah berdiskusi dengan Dean?" tanya Dion, dia memang jarang memanggil Dean dengan sebutan kakak karena usia mereka yang hanya terpaut 3 tahun."Dean akan menerima," balas Daniel yakin tapi dengan ekspresi datar seperti biasanya. "Lagipula ayah sudah memutuskannya." Daniel menatap Dion."Setidaknya ayah harus dengarkan apa keinginan Dean, selama ini dia hanya mendengarkan semua yang ayah perintahkan." Dion mencoba menahan geraman suaranya karena kesal. Dia kesal karena ayahnya selalu berbuat sesukanya. Dan lebih k
Dean berjalan menyusuri taman kota, entah kenapa hari ini dia merasa sangat bosan. Pekerjaan yang biasa dia lakukan mampu dia selesaikan dengan cepat. Hingga membuat dia tidak punya lagi kegiatan dan berakhir dengan duduk sendirian di taman.Sena sebenernya mengajak dia untuk pergi bersama. Namun Dean menolak, dia tidak mau mengganggu waktu berduaan Sena dan Harry. Bagaimanapun mereka hanya punya sedikit waktu untuk bersama, karena Harry harus memberikan waktunya untuk Sion juga.Ngomong-ngomong tentang Harry, Sena dan Sion mereka bertiga punya hubungan yang cukup rumit. Sena dan Harry sudah menikah 2 tahun lalu karena perjodohan. Namun sebelumnya Harry sudah memiliki kekasih yaitu Sion dan dia tidak mau meninggalkan Sion begitu saja, hingga berakhirlah mereka menjalani kisah cinta segitiga. Sena tahu tentang Sion, namun Sion tidak tahu apapun tentang Sena.Se
Nara berjalan dengan santai menuju ruangan kekasihnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan Dion. Dion juga belakangan ini sangat susah dihubungi. Oleh karena itu dia memutuskan untuk mengunjungi kantor Dion tanpa sepengetahuannya untuk memberikan kejutan pada kekasihnya itu.Pintu lift terbuka tepat berada di sebrang ruangan Dion. Namun langkah Nara tiba-tiba terhenti kala matanya menangkap sosok pemuda manis tengah berdiri tak jauh dari pintu."Felix, kak Felik?" panggil Nara yang baru saja keluar dari lift."A-ah N-Nara," mata Felix melotot tak percaya saat melihat Nara lah yang berjalan menghampirinya.Felix dengan segera mempercepat langkah kakinya agar lebih dulu menghampiri Nara."Ha-hai Nara, kenapa kesini?" Felix berkata dengan gugup. Dengan tubuh tingginya
"Ibu, aku ingin menikahi Wina," ucap Nanda yang membuat Yona menghentikan segala aktivitasnya."Apa maksudnya Nanda?""Aku sedang meminta restu mu bu," Nanda berbicara dengan serius."Kenapa harus Wina?""Supaya tidak ada yang pergi dari rumah ini," Nanda menggenggam tangan ibunya. "Aku tahu ibu sangat sedih ketika mendengar Nara akan segera menikah.""Bukan begitu Nanda, pernikahan itu tidak didasari oleh hal seperti itu. Ibu mau kamu menikahi seseorang yang kamu cintai, bagaimanapun pernikahan itu jangka panjang, untuk
Wina membuka tirai kamar apartemennya dengan perlahan. Sinar matahari yang masih belum tinggi mulai menampakan diri seiring dengan terbukanya tirai tersebut.Perempuan berusia 25 tahun itu menatap lurus kedepan, sebuah helaan nafas berat terdengar berkali-kali menemani dirinya menyambut pagi. Pikirannya menerawang jauh, mengingat semua hal yang terjadi dalam hidupnya semenjak bertemu Nara dan keluarganya."Haruskah aku sejauh ini?" gumamnya pelan. Wina membenarkan bathrobe nya yang sedikit turun dan memperlihatkan pundak mulusnya. "Nara--Hah, kau seharusnya tidak serakah.""Wina, kenapa membuka tirainya? Kau mengganggu tidurku." tegur seseorang yang masih bergelut dengan selimut hangatnya."Ini sudah siang Dion," Wina berbalik dan menatap Dion ya
"Aku tahu kau brengsek kak, tapi ya jangan pegang-pegang tangan kakak ku juga!" Nara nyelonong masuk keruangan Dion, menghiraukan tatapan terkejut dari kedua orang yang sedang saling tatap itu."Eh? Nara bukan begitu," jawab Wina yang refleks melepaskan genggaman Dion. Sebelum Nara datang, Dion tengah meminta maaf kepada Wina atas kejadian tadi malam dan sekaligus memintanya untuk kembali merahasiakan perbuatan mereka."Hm, apapun yang kau pikirkan, aku dan Wina tidak seperti itu sayang," ucap Dion yang kini sudah berdiri dan memeluk Nara."Memangnya apa yang ku pikirkan?" dengus Nara."Kali saja kau berpikir yang tidak-tidak," Dion mengusap kepala Nara dan mencium bibirnya sekilas."Mau makan siang denganku?" ajak Dion yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Nara.
Pasca kejadian yang menimpa istrinya, Dean diam-diam melihat CCTV tanpa sepengetahuan Nara untuk memastikan jika adik brengseknya benar-benar tidak melakukan hal dapat menyakiti isrtinya.Dean menemukan rekaman dimana Dion terlihat memaksa untuk mencium Nara yang menyebabkan istrinya itu menangis hingga jatuh terduduk. Dean tentu saja menggeram marah. Tangannya terkepal kuat dan garis rahangnya mengeras. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia memiliki kebencian dan keinginan untuk baku hantam selain dengan Dion, dan itu terjadi setelah Nara hadir di hidupnya. Dari sini saja kita bisa tahu seberapa besar arti Nara bagi Dean.Selain fakta tentang Nara, adalagi hal yang membuat Dean terhenyak. Dari CCTV yang Dean lihat, dia juga menemukan rekaman Dion yang sangat kasar kepada Wina. Dean tidak tahu apa yang dibicarakan mereka, tapi dari pergerakan meraka saja Dean sudah bisa menebak kalau Dion memperlakukan Wina dengan sangat buruk.
Keadaan sudah normal seperti biasa pasca pernikahan Dean dan Nara. Tidak ada lagi pemberitaan atau apapun yang menghebohkan kedua keluarga besar Smitch dan Siwon. Dean juga sudah kembali beraktifitas di kantor, namun Nara masih cuti dikarenakan pekerjaannya sudah di handle semua oleh Sena.Dion dan Wina juga sama, mereka kembali bekerja namun sekarang mereka akan selalu pulang ke rumah utama. Sejak Nara dan Dean menikah, tak sekalipun Dion tidur di luar. Ia akan pulang, tak peduli seberapa larut malam pun itu. Bahkan jika sudah dini hari, Dion tetap pulang meski hanya sekedar untuk ganti baju dan sarapan bersama keluarganya. Tentu saja tujuannya hanya satu, yaitu melihat Nara.Nara merapihkan tempat tidurnya, dia merasa bosan karena di rumah besar ini jika siang hari hanya ada dirinya dan Zara, mertuanya. Namun Zara tidak seperti yang Nara kenal sebelumnya. Setelah menikah, Zara lebih sering berkata hal yang tidak enak di dengar t
Nara dan Dean baru saja memasuki mansion utama keluarga Smitch. Di sana, mereka disambut oleh maid dan keluarga besar mereka. Daniel, Zara, Dion, Wina dan juga Smitch kakek dari Dean dan Dion.Suasana didalam mansion cukup tegang, pasalnya aura Smitch dan Daniel yang berada dalam satu ruangan mampu membuat yang lain seketika hening. Seolah ada aura hitam tak kasat mata yang melingkupi ruangan tersebut.Dean menggandeng tangan Nara. Dan begitu sampai di hadapan Smitch, mereka berdua membungkuk hormat. "Cucu dan cucu menantu kakek, memberi salam," ucap Dean dengan tenang. Sementara Nara sedikit menggigit bibirnya karena gugup. Nara memang tidak terbiasa dengan sesuatu yang sangat formal, lebih tepatnya dia tidak menyukai segala sesuatu yang sangat terikat pada aturan. Smitch hanya membalas dengan sedikit anggukan, setelahnya dia membi
Pagi yang cerah untuk dilewatkan begitu saja, namun sayangnya sepasang suami istri yang baru saja menikah itu masih bergelung dengan nyaman di tempat tidurnya.Sarah yang baru saja memasuki apartemen anaknya sangat maklum ketika dirinya tiba namun tidak ada tanda-tanda kehidupan karena sang pemilik apartemen beserta istrinya masih belum terjaga.Dengan senyum cerahnya Sarah memulai aktivitas pagi dengan membuatkan sarapan untuk anak dan menantunya. Setelah menyelesaikan kegiatannya, Sarah menunggu pemilik apartemen dengan ditemani berita pagi.Pagi ini, headline news masih dipenuhi oleh berita tentang pernikahan anaknya. Tanpa disadari ujung bibirnya terangkat dan membentuk lengkungan sempurna. "Kau benar-benar sudah dewasa sekarang," gumam Sarah saat berita tersebut menyorot putranya, Dean dan menantunya, Nara.Tiba-tiba senyumannya luntur begitu sosok Daniel yang berdiri di samping Dean ikut tersorot kamera. Sarah termenung dan mengingat kembal
Pesta pernikahan yang dinanti-nanti oleh seluruh penjuru kota pun akhirnya tiba, sepasang pengantin yang baru saja mengucap janji suci itu pun kini tengah sibuk menyalami tamu undangan yang terus berdatangan tanpa jeda. Raut kebahagian jelas terlihat dari kedua mempelai. Wajah tampan dan cantik mereka tidak henti-hentinya menyunggingkan senyuman hangat yang hanya sekali lihat pun orang akan tahu betapa bahagianya mereka. Dean sudah jelas pasti sangat bahagia, dan Nara yang perlahan mulai membuka hati untuk Dean pun tentu merasakan kebahagian yang sama walau mungkin tak sebesar Dean. Daniel dan Siwon juga tidak kalah sibuk. Sejak acara dimulai mereka terus mengobrol dengan beberapa kolega bisnisnya. Berbeda dengan mereka, Yona justru sibuk mencari seorang perempuan yang tadi datang bersamanya. Seorang perempuan yang justr
Hari ini tepat sebulan setelah insiden kehamilan Wina terungkap. Bersamaan dengan itu Wina dan Dion pun telah resmi menikah. Sedangkan Nara dan Dean yang rencananya akan menikah tiga minggu lalu terpaksa harus menunda pernikahan mereka dikarenakan Nara yang jatuh sakit. Sehingga pernikahan mereka baru akan dilaksanakan tiga hari mendatang. Seluruh persiapan sudah dilakukan dengan matang. Mengingat pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang cukup besar dan mewah karena selain menyatukan kedua keluarga besar juga sekaligus menyatukan kedua perusahaan terbesar di negara mereka. Semua perhatian tertuju kepada mereka, baik keluarga maupun media. Surat kabar dan juga berita tidak henti-hentinya memuat tentang pernikahan Nara dan juga Dean. Akibat dari pemberitaan tersebut, baik Nara maupun Dean jadi kesulitan untuk pergi kema
Suasana hening menyelimuti kedua insan yang tengah duduk berhadapan menikmati sarapan. Setelah pengakuan semalam, tiba-tiba saja suasana menjadi canggung. Nara yang malu dengan kejadian semalam, dimana ia dan Dean berciuman serta pengakuan dari Dean membuatnya mau tak mau terus menghindari tatapan pemuda itu.Nara merasa malu, entahlah dia sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba bersikap seperti anak remaja yang baru saja jatuh cinta, padahal jelas sekali dia baru saja patah hati. Dean berkali-kali melirik kearah Nara dari ekor matanya. Senyumnya diam-diam terus terukir dengan hangat di wajah tampan itu. Ah, Nara yang tengah malu-malu seperti itu terlihat sangat menggemaskan dimata Dean. Untuk memecah keheningan yang sudah berlangsung sekitar satu jam lamanya, akhirnya Dean membuka percakapan. "Ra, hari ini
"Bibi sedang a-- pa?" perkataan Nara sejenak terjeda saat pandangannya menatap kehadiran sosok lain selain Sarah.Kedua orang yang tengah memasak itu pun sontak membalik tubuhnya menghadap sumber suara."Oh Ra, kau sudah bangun?" Sarah menghentikan aktivitasnya dan tersenyum kearah Nara."Nara/Kak," ucap Nara dan pemuda di samping Sarah bersamaan. Sedangkan Sarah hanya mengernyitkan keningnya."K-kak sedang apa disini?" tanya Nara sedikit terbata."Kalian sudah saling mengenal?" tanya Sarah bingung.
4 jam sebelumnya..... Nara dan Dion pergi ke kediaman keluarga Siwon dengan maksud untuk memberitahu hubungan mereka kepada kedua orang Nara dan membujuk mereka untuk membatalkan perjodohan nya dengan Dean.Setelah sampai di sana, Nara berjalan dengan antusias dan bahagia dia bahkan sesekali bersenandung sambil terus mencari keberadaan kedua orang tuanya. Ah tidak lupa dengan tangannya yang masih bertautan dengan tangan Dion. Keduanya sepertinya sudah benar-benar yakin dengan keputusan mereka.Dion yang melihat kelakuan Nara pun hanya tersenyum. Dia tahu kekasihnya itu sangat bahagia. Dion tidak menyangka kalau Nara benar-benar ingin bersamanya.