Sudah beberapa hari aku di rumah sakit ini. Badanku juga terasa lebih baik, tapi dokter belum mengizinkan ku pulang. Setiap hari aku selalu menunggu seseorang datang menjengukku. Tapi Gadis itu tidak pernah datang lagi setelah kejadian tempo hari, dimana Gadis itu datang bersama laki-laki yang tak lain adalah Kang Ikhsan. Pikiranku benar-benar kacau. Seperti ada bara api yang membakar hatiku. Entah rasa cemburu atau apa, intinya aku tidak rela jika Ia dekat dengan laki-laki selain diriku. Aku mengambil ponsel diatas nakas , membuka media sosialnya. Menstalking akun dengan nama Talita Adriana. Terakhir update dua hari yang lalu. Apa Lita sudah kembali ke pesantren?. Aku meletakkan kembali ponselku, Aku sangat bosan dengan suasana di sini. Aku ingin pulang yang ingin kembali ke pesantren, Melihat senyumannya nya, melihat tawanya. Aku mengingat bahwa aku pernah meminta nomor ponsel Ning Zahira. Segera kuambil kembali ponselku di atas nakas, mencari nomornya dan mengirim
Hari Ini Gus zafran sudah mulai dengan aktivitasnya. Ia pergi kembali ke kampus yang sudah seminggu ia tinggalkan karena sakit.Ia Memi memarkirkan Mobilnya di parkiran kampus. Matanya tertuju pada seorang gadis yang baru saja turun dari mobilnya. Dengan cepat Gus Zafran turun dari mobil dan menghampiri gadis itu." tunggu " teriak Gus Zafran.Intan membalikan badannya, dan betapa terkejutnya ia melihat Gus Zafran dosennya sudah berada tepat di belakangnya." Duh ngapain lagi pak zafran manggil gue " ucap intan dalam hati."Bisa kita bicara sebentar ?""T-tapi pak..."Dengan cepat Gus Zafran memotong ucapannya " kalau kamu tidak mau nilaimu jelek, Kamu harus turutin apa kata saya".Gus zafran masuk kedalam mobilnya diikuti oleh intan." Siapa suruh kamu masuk mobil saya?"Intan mengerutkan dahinya " loh bukannya bapak yang ngajak saya ?"" saya ngajak kamu ke suatu tempat, bukan berarti saya ngajak kamu naik mobil saya"Intan menarik
Seperti biasa ,saat dirumah seperti ini aku lah yang memasak makanan untuk makan malam.Karena biasanya ayah dan bunda akan pulang menjelang maghrib.Sedangkan adikku nara menginap dirumah paman.Karena jarak dari rumah kami ke sekolahnya cukup jauh.Ayah menyuruhnya tinggal dirumah paman yang kebetulan juga seorang guru di sekolahnya. Selesai masak aku langsung mencuci segala perlengkapan masak yang kotor.Aku melirik ke arah jam dinding ."Ya ampun, Ini sudah hampir jam empat "aku teringat janjiku dengan Intan tadi pagi.Aku segera merampungkan pekerjaanku dan bergegas mandi. Aku mencari-cari keberadaan Intan di cafe ini tapi tidak menemukannya. Aku duduk di salah satu kursi, lalu mengambil ponsel di tas kecilku.Lita: Lo dimana?lama sekali Intan membalas chatku.Lita: ping.!!Lita: ping..!!Lita: ping..!!intan: gue udah di parkiran. Aku menghela nafas, Syukurlah kalau aku tidak telat. Intan pasti akan mengomel kalau aku telat sedikit saja.
Aku terduduk lemas di sebelah makam kakek. Terisak sendiri tanpa ada yang tahu. Hujan turun semakin deras, mengisyaratkan alam sedang mendukung ku. Aku tak sanggup kali ini .Aku belum pernah mencintai sedalam ini, belum pernah kecuali dengannya. Aku tidak merasakan air hujan jatuh di kepalaku lagi. Ku dongakkan kepalaku ke atas ,melihat payung berwarna biru disana. Aku benar-benar terkejut melihat Kang Ikhsan sudah ada di sini." aku melihatmu keluar dari toko perhiasan sambil menangis dan aku mengikutimu sampai sini" ucapnya." buat apa Kang Ikhsan ke sini . Lebih Baik kang Ikhsan pergi sekarang juga"." Aku tidak akan membiarkan seorang wanita yang aku sayangi sendiri di tengah hujan seperti ini"Aku tertegun mendengar kalimat Kang Ikhsan. Rasanya begitu hangat terdengar di telinga ,Aku terhanyut dalam kelembutannya .Rasanya sungguh tak pantas aku mengabaikannya. Aku berdiri dari dudukku ,pakaianku sudah basah kuyup. Aku menatap di sekeliling ku san
Gus zafran tiba di depan ruang ICU. Melihat beberapa keluarga termasuk Uminya menangis. Ia berlari kearah Umi, spontan Umi langsung memeluknya." Ning Zahira le ..hiks .."" Ada apa dengan Ning Zahira mi?" tanyanya sembari menenangkan Umi." ning zahira mengidap penyakit kanker hati dan sudah stadium tiga"Gus zafran membelalakan matanya " kanker hati" lirihnya." beliau tidak pernah memberitahu penyakitnya itu kepada siapapun hiks.." ucap umi di sela tangis nya. Gus zafran sangat iba mendengar kabar itu. Ia merasa bersalah karena pernah menyuruhnya membatalkan Perjodohan ini. Gus zafran menghampiri kedua orangtua Ning zahira dan berkata "Bah , mi yang sabar nggih. Kita doakan saja yang terbaik untuk beliau".Mereka hanya mengangguk. Mendengar kabar ini rasanya seperti disambar petir disiang bolong. Entah apa yang harus dilakukannya sekarang, kecuali pasrah dan berdoa kepada sang pencipta..o0o.POV: Ning Zahira Nam
" Bun Lita mau pindah pesantren"Bunda dan ayah terkejut mendengar ucapan Lita yang tiba-tiba. Setahunnya anak sulungnya itu sangat betah di pesantren nya sekarang." kenapa sayang? apa ada yang mengganggumu " tanya bunda penasaran." tidak bunuh Lita hanya ingin mencari suasana baru saja" ucap Lita berusaha meyakinkan.Setelah dua hari kepulangannya dari rumah sakit, ia benar-benar tidak mau bertemu dan mengenal Gus Zafran lagi. ia benar-benar harus melupakan dan mengikhlaskan pangeran hatinya itu.Ayah mengangguk " lalu, kamu mau pindah ke mana?"" Lita masih mencari informasi pesantren daerah sini yang cocok dengan Lita yah"" kalau itu memang kemauan kamu, kami pasti mendukung selama itu untuk kebaikan" ucap ayah. Lita tersenyum lega. Akhirnya ia mendapat izin keluar dari pesantren yang ternyata sudah dipilihkan kakeknya untuk dirinya itu. Lita kembali ke kamarnya. Badannya masih belum Fit saat ini. Lita masih ingin di rumah menenangka
Aku segera pamit dan tak menghiraukan perkataan Ning Zahira lagi. Aku tidak mau bertemu lagi dengan Gus Zafran apalagi di situasi yang seperti ini. Bisa-bisa Ia berpikir yang tidak-tidak tentangku. Kututup wajahku dengan hijabku, segera Aku berlari ke sembarang arah. Sepertinya Gus zafran tidak melihatku. Aku menghela nafas lega . Dengan cepat aku keluar dari rumah sakit ini, berlari mencari pangkalan ojek dan pulang ke rumah. Ada rasa seolah terbakar di hatiku. Melihat perhatian Gus zafran yang dulu kurasakan kini hilang dan beralih pada Ning Zahira. Pikiranku melayang jauh, mengingat masa-masa terindahku kalah itu. Tak terasa, bulir bening jatuh di pipiku, segera ku Usap dengan ujung hijabku saat aku menyadari ojek yang aku tumpangi ternyata sudah sampai di depan rumahku. Aku menyipitkan mataku, melihat gadis kecil duduk di teras dengan tangan bersedekap di dadanya. Sepertinya tidak asing."Kakak....!!" teriakannya membuatku tersadar. Ya di Nara Adik
Gus zafran berlari keluar kantor mengambil mobilnya yang terparkir di garasi. Abah dan Umi masuk ke mobil dengan tergesa-gesa. Semua santri yang melihat tampak keheranan. Ia melajukan mobilnya dengan cepat. Di perjalanan semuanya Hening .Abah dan Umi hanya berdoa, semoga Allah masih memberi kesempatan untuk Ning Zahira. Gus Zafran memarkirkan mobilnya Di pelataran rumah sakit. Kemudian menuntun Umi yang berjalan agak kesusahan karena kakinya yang rematik. Dalam hatinya hanya bisa berdoa untuk kesembuhan calon istrinya itu. Mereka berhenti tepat di depan ruang ICU. Ning Zahira sedang ditangani oleh dokter spesialis dan beberapa perawat di sana. Uminya dan Umi Neng Zahira hanya bisa berpelukan sambil menumpahkan tangisannya. Kali ini, mereka hanya bisa pasrah. Satu persatu dokter dan perawat keluar dari ruangan ICU. Salah satu dokter menghampiri mereka dan berkata " maaf, pasien ingin berbicara dengan keluarganya, kalian boleh masuk bersama-sama"." bai