«???»
Dia terdiam selagi memandangi langit siang yang tidak kunjung membuatnya tenang. Bagaimana tidak, kabar tentang dirinya yang telah lama ditunggu belum juga datang. Tentang sosok yang selama ini diramalkan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.Namun, kapan dia datang? Sudah bertahun-tahun menunggu, sosok itu belum juga terdengar kabarnya. Padahal dari ramalan, dia akan datang pada saat negerinya telah mencapai kejayaan seperti saat ini. Apa ramalan itu benar adanya? Dia ingin sekali menemui sosok yang dimaksud.Baru saja hendak beranjak dari duduknya, dia mendengar suara dari luar kamar. Itu berasal dari pelayannya yang tadinya diutus untuk membuatkan hidangan siang ini."Dia telah datang, gadis yang engkau cari."Mendengarnya, senyuman merekah di wajahnya.« Rama »Malam itu, Mama mengajak ke suatu tempat. Di luar rumah, dunia luar yang tersembunyi. Kami hidup di sebuah tempat yang disebut sebagai panti yang diurus oleh Mama seorang. Dari merawat kami sampai mengelola panti, Mama yang mengurus. Tiada petugas lain, selain kami yang hanya membantu jikalau beliau meminta. Setiap setahun sekali, Mama akan mengumumkan jadwal 'kedewasaan' kami. Tradisi turun menurun kata dia. Kami secara bergilir akan pergi bersama Mama, melihat dunia luar untuk kali pertama dalam seumur hidup. Biasanya dari yang tertua, baru yang termuda. Tidak sekadar jalan-jalan, melainkan juga menempuh jalan hidup baru. Melangkah menuju masa depan yang samar. Malam itu, Mama mengajak ke suatu tempat. Malam itu pula, kami melepas kepergian saudara kami. *** Aku selalu penasaran akan dunia di luar panti. Kami hidup di sebuah panti. Tempat ini tidak begitu tua, tidak juga tampak baru dibangun. Hanya bangunan luas biasa dengan cat cokelat mendominasi serta lapangan
« Hara »"Mama, Mika siap dihukum." Kepulangan Mika yang mendadak membuatku termenung. Ada apa gerangan? "Apa yang Mika lakukan?" Aku bertanya. Gagal membunuh musuh bukan masalah selagi mereka selamat. Anak-anak harus tetap hidup dan menjalaninya dengan bahagia tanpa gangguan dari Pemburu Iblis. "Mika yang salah." Gadis itu menunduk, tampak menahan tangis. "Mika membiarkan Rama masuk ke tas dan menengok dunia luar." Ah, Rama. Anak itu cerdas tapi cukup bandel. Sudah berapa kali dia mencoba kabur dari sini hanya sekadar menjawab rasa penasarannya. Tiada hari tanpa laporan Rama mencoba kabur dan tidak kusangka Mika, sebagai kakaknya, bersedia membawa adiknya ke dunia luar yang penuh bahaya. Tidak seperti kakaknya yang lain, Mika justru membiarkan adiknya dalam bahaya. Tentu saja jadi masalah. Bagaimana kalau nanti anak lain mau ikut? Bakal banyak kendala, terutama anak iblis sangat khas baunya, seperti bau yang biasa dikeluarkan hewan ternak, jelas mudah diketahui. Iblis tidak b
« Mika »Ada pemburu, ada iblis. Dunia perlahan dikuasai iblis. Iblis membutuhkan daging, tapi tiada makhluk bersedia menyerahkan diri. Ketika fajar tiba, di situlah calon mangsa merasa aman. Iblis hanya akan berkeliaran di malam hari. Memangsa siapa saja yang berdiri di depan mata. Di saat iblis berburu, merekalah yang akan diburu. Iblis akan memburu pemburu. Pemburu akan membasmi iblis. Ada iblis, ada pemburu. Jika iblis bertemu pemburu, tidak selamanya mereka akan saling memburu. Jika pemburu melihat iblis, tidak selamanya akan membunuh. Para iblis akan mencari segala cara untuk mengakhiri gangguan ini. Sementara para pemburu iblis, menyebut diri mereka diberkati rembulan. Sehingga di malam hari pun tidak kenal lelah mengejar iblis. "Kesatria Rembulan" nama lain mereka. Percaya bahwa mereka utusan sang Rembulan. Mereka yang berjaga di kala purnama menyinari kelamnya malam. Hingga fajar menyising, menyisakan hari untuk besok. Ada pemburu, ada iblis. Mereka tidak te
Aku dan Raka terlahir kembar. Kami dibesarkan di Panti Graves sejak berusia empat tahun. Sama seperti anak panti lainnya, kami memiliki nama kecil di sana yang hanya terdiri dari satu nama. Namaku Mika, tapi di dunia luar namaku akan berganti sesuai pemberian Bapak. Bapak adalah teman baik Mama yang membantu mengurus panti sejak lama, entah berapa tahun. Yang pasti, keduanya saling percaya dan menjaga. Begitu aku keluar, aku merasa beruntung langsung bisa melihatnya tanpa mencemaskan keberadaan Pemburu Iblis. Bapak yang tahu rute yang aman, sehingga kalau ada dia, sudah dipastikan tidak ada gangguan. Di bawah naungan pohon, kulihat dia sedang menungguku. Wajahnya tampak jelas ketika disinari rembulan. Sambil mengenakan pakaian hangatnya yang biasa dia pakai saat menyusuri hutan. Begitu mendekat, tinggiku sudah hampir sebatas wajahnya. Dulu, aku bahkan tidak bisa meraih tangannya. Dialah Bapak, orang pertama yang kami kenal di panti Graves. Berbeda dengan Mama, Bapak cukup jarang
Bapak bekerja sebagai pembuat minuman di kota ini. Tidak bisa dipungkiri, tempatnya bekerja selalu ramai sehingga kualitasnya tidak perlu ditanya. Tapi, ironisnya dia tidak suka minum melainkan yang aman. Aku dan Raka, di hari pertama, hanya berdiri diam sambil memandangi Bapak membuat minum untuk para pelanggannya. Sebenarnya, tujuan kami hanya satu, tapi tidak satu pun dari kami yang berani berucap. Ini salah Raka yang tidak membangunkanku beberapa jam lalu, harusnya kami sudah keluar dari sini sejak pagi supaya bisa bicara empat mata dengan Bapak. Bapak tidak membangunkan, karena dia tidak tahu kehendak kami. Mungkin dikira masih ingin berlibur di rumahnya. Di antara pelanggannya, kami berdua yang paling pucat. Untung tidak ada suara yang menyeru hal itu. Mentari belum begitu rendah sehingga masih aman bagi kami untuk berjalan keluar selagi menunggu malam menjemput. Kurang lebih seperti Mama, Bapak tidur hanya beberapa jam saat kami beraktifitas dan kadang tidur di waktu yang
"Mika!" Terdengar seruan Bapak. "Bantu aku membersihkan ini!" Aku hendak menyela kalau itu bisa jadi tugas Raka, namun kulihat saudaraku sedang sibuk menyapu lantai. Mau tidak mau, aku turuti kehendaknya. Selagi mencuci piring, kuperhatikan Bapak yang sibuk dengan gelas dan minuman. Melihat tangannya yang agak kekar membuktikan bagaimana dia berhasil membunuh gadis itu hanya dengan sekali langkah. Ya, sekali. Tepat ketika mengucapkan "dengan senang hati" dia melesat dan berhasil menikam gadis itu hingga roboh. Aku tidak percaya, dia dengan mudah membunuh seseorang yang dianggap sebagai penyelamat bagi sebagian orang. Namun, tentu wajar bagiku jika Bapak memilih menghabisinya. Dia barangkali takut kalau kami bakal diserang ketika mulai berbaur dengan masyarakat akibat satu saksi. Begitu selesai menghabisi gadis itu, Bapak menyeret mayatnya. Di balik kain pelindung, kulihat dia melempar mayat gadis itu ke jurang layakny
« ??? » "Tolong! Iblis!" Jeritan seorang wanita menggemparkan seisi desa lantaran saudaranya telah berubah menjadi iblis setelah berburu. Seorang pria dengan tatapan liar dengan taring tajam siap memangsa. Cakarnya hendak mencengkeram leher wanita yang berlari di depannya. "Akh!" Wanita itu tumbang. Iblis telah mengisap darahnya. Geligi itu perlahan menggerogoti seluruh bahu wanita malang itu. Mangsanya menjerit dengan sia-sia. Perlahan, suaranya semakin serak hingga akhirnya hening. Wanita itu tewas dengan mata terbalak merasakan dirinya dimangsa hidup-hidup. Syaaat! Iblis telah tumbang. Sebuah tombak menancap di kepalanya. Sosok wanita berdiri memandangi tragedi di depannya. Dia terlambat. Wanita itu menatap korban dengan tatapan prihatin. Namun, segera setelahnya, dia tancapkan pedang ke kening sang mayat hingga remuk kepalanya demi mencegah perubahan. "Pemburu
Pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kerajaan yang berdiri kokoh di atas langit. Di negeri yang indah itu, hiduplah sang Putri dan Pangeran. Mereka ditakdirkan untuk menjaga kerajaan bersama.Di sisi mereka berdiri para pelindung, mereka itu para Penjaga–Guardian. Bersama mereka memerintah kerajaan itu.Seseorang pernah meramalkan, jika keberuntungan akan memihak mereka. Kalau suatu saat negeri itu akan berjaya.Namun, takdir berkata lain. Seseorang telah merusak kebahagiaan mereka.Runtuhlah negeri itu, menyisakan jiwa-jiwa yang tidak tenang. Mereka menuntut balas dendam.Jiwa-jiwa itu dilahirkan kembali. Namun, tidak semua lahir kembali membawa kisah yang telah lampau.Di antara kisah yang terkikis oleh zaman, tersimpan serangkaian kisah yang akan mengungkap segalanya.Dan kisah itu adalah ...Guardians of Shan 4 :Nawala