“Pak, aku turun dulu. Nanti pulangnya naik taksi saja.”“Oke, selamat mengerjakan ujian, ya?” lontar Attar sambil menyunggungkan senyuman tipis.Ayra membalas dengan anggukan serta senyuman simpul. Kemudian membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan itu.Saat tiba di depan pintu gerbang, Ayra melihat Reti. Gadis di depannya itu terlihat begitu pucat hingga mengenakan jaket untuk menutupi tubuhnya yang mungkin terasa dingin. Ayra mengamati Reti dari keseluruhan tubuh gadis itu. Reti lebih banyak menekuk kedua tangan di depan perut. Seolah sedang melindungi bayi mungilnya di dalam sana. Atau justru takut ketahuan dirinya tengah mengandung meskipun perut itu masih datar.Reti berjalan menunduk. Ia melewati Ayra tanpa sadar. Kemudian Ayra berjalan di belakang Reti dengan tenang.Satu pesan di dalam hidup Ayra adalah, tidak perlu ikut-ikutan dalam pergaulan teman yang kurang sehat. Biarkan mereka menjauh, yang penting diri ini selamat. Daripada tetap berteman, tetapi ujung-ujungnya ma
“Pak Attar tumben pulang malam banget?” Ayra menyambut kepulangan Attar yang lebih malam bahkan sampai Mbok Inah sudah pulang dari sana. Gadis itu baru saja menapakkan kaki di lantai satu.Attar berjalan dengan lemah ke arah Ayra dan langsung memeluk gadis itu dengan erat. “Aku habis kena mental,” cetus Attar.Ayra membalas pelukan Attar. Ia mengusap punggung lelaki itu dengan lembut. “Kena mental gimana, Pak?”“Aku tadi ke rumah orang tuanya Sania buat meminta maaf karena kejadian pernikahan yang batal. Mereka benar-benar marah dan mengusirku. Aku merasa bersalah. Aku merasa diriku manusia paling jahat. Maaf kalau kamu ikut kecewa dengan caraku itu,” ungkap Attar dengan perasaan sedih melanda hatinya.“Pak Attar sudah melakukan yang terbaik.”“Aku melakukan ini semua demi kamu, Ay.”“Aku tahu.”Keduanya terdiam sejenak. Ayra semakin merasa kalau Attar memang sungguh mencintainya. Ia merasa bersalah karena sempat salah paham saat Sania mengatakan kalau wanita itu hamil anaknya Attar.
Saat berada di dalam kelas, Ayra mengedarkan pandangan ke belakang. Mencari keberadaan Rendra. Ayra mendapati pria itu tengah menidurkan kepala di atas meja dengan tengan menekuk sebagai bantalan.Padahal bel masuk sudah berbunyi dan sebentar lagi pengawas pasti akan datang. Bisa-bisanya Rendra tidur?Ayra masa bodo. Itu bukan urusannya, bukan? Hanya saja ia merasa aneh. Apakah Rendra dan Reti habis berbuat sesuatu? Kalau benar, selama ini ucapan Rendra hanya bualan semata? Katanya, Rendra tidak mencintai Reti?Kepala Ayra menepis dugaan-dugaan yang tidak bermanfaat baginya. Lebih baik, ia berdoa untuk diri sendiri yang hendak melaksanakan ujian kelulusan.Ujian hari berikutnya siap dimulai. Pengawas datang dan memimpin doa. Kemudian membagikan soal ke seluruh peserta ujian. Mereka duduk dengan tenang, kecuali Rendra yang baru saja terbangun dari tidurnya. Mata lelaki itu merah dan wajahnya sedikit pucat.“Kamu kurang tidur?” tanya seorang pengawas ujian membuat beberapa murid lain me
Ayra tengah memasak untuk makan malam. Ia telah menyudahi kegiatan belajarnya karena merasa pening jika terus-menerus berkutat dengan buku. Lagipula hasilnya sama saja. Mau belajar atau tidak, besok pagi merupakan mata pelajaran yang paling tidak ia suka. Jadi, baginya tidak masalah jika esok Ayra tidak bisa mengerjakan ataupun nilainya jelek.Gadis berpostur sedang itu berdiri di depan kompor untuk mencicipi makanan yang sudah jadi. Memastikan apakah rasanya sudah pas atau belum. Ayra merasa hasil masakannya semakin ke sini semakin enak.“Mau juga dong, suapin.” Attar tiba-tiba berdiri di sebelah Ayra dan mengagetkan gadis itu. Lelaki yang baru saja selesai mandi dan masih bau sabun itu membuka mulut lebar. Berharap Ayra menyuapinya hasil masakan di depan mereka untuk merasakan rasanya.Ayra tersenyum dan ia menuruti kemauan Attar. Ia mengambil sepucuk sendok makan kuah makanan lalu ia dinginkan dengan cara dikibas menggunakan tanganya. Kemudian disuapkan ke mulut Attar.Ayra sunggu
Sepanjang mengerjakan soal ujian di hari terakhir, Ayra merasa tidak tenang. Ia terus kepikiran tentang Attar. Semua tentang lelaki itu memenuhi isi kepalanya. Dugaan-dugaan tidak enak selalu bersarang dan mengganggu tiada henti. Ayra memutuskan untuk menyudahi soal ujiannya pertama kali. Ia langsung keluar dari kelas karena sudah selesai mengerjakan meskipun ia menjawabnya dengan asal. Ayra tidak peduli lagi. Attar yang sudah membuatnya seperti itu.Gadis itu memesan mobil grab lagi untuk mengantarkannya pulang. Ayra benar-benar tidak menyangka dengan sikap Attar yang ternyata diam-diam suka menghilang. Atau jangan-jangan lelaki itu sengaja pergi dan kabur demi perempuan lain? Seperti halnya saat Attar kabur dari pernikahannya Sania lalu pergi untuknya?Apakah selama ini Attar memiliki perempuan lain di belakang Ayra? Kalau sampai hal itu terjadi, maka Ayra tidak akan segan membakar rumah Attar.Berkali-kali mata Ayra memandang layar ponsel. Ia baru sadar kalau selama ini ponselnya
Ayra masih menatap mata Attar dengan tatapan terkejut. Kedua matanya membola dan sesekali kelopak matanya mengerjap cepat. Perasaan gugup bercampur debaran kuat tengah menguasai tubuhnya.Attar terus menyorotkan netra legamnya ke manik mata gadis di depannya. “Kalau makan tuh yang benar. Mau aku bersihin pakai mulut?” tuturnya sambil melihati bibir Ayra yang selalu mengundangnya untuk melahap.Selama beberapa detik mereka saling bertatapan, akhirnya tangan Attar mengusap bibir Ayra yang terdapat beberapa butiran kue. “Lain kali kalau makan itu pelan-pelan. Kamu itu cewek, bukan tarzan,” ucapnya dengan lembut.Attar tidak ingin memanfaatkan keadaan. Ini adalah ulang tahun Ayra. Ia ingin memperlakukan Ayra layaknya wanita yang ia cintai dan sayangi. Ia memperlakukan Ayra dengan lembut.Setelah itu, Attar menjauh selama beberapa inci agar dapat berbincang dengan normal. “Ay, besok pagi ikut aku mengurus surat-surat pernikahan. Kita akan secepatnya menikah,” lontar lelaki di sebelah Ayra.
Sebelum Reti pulang dari sekolah untuk mengerjakan soal terakhir ujian, ibunya Reti memasuki kamar sang anak. Wanita itu penasaran dengan perubahan sikap Reti yang mengharuskannya untuk mencari tahu.Saat berada di dalam kamar anaknya, ia mengedarkan pandangan untuk mencari tahu apakah ada sesuatu yang aneh? Padahal kondisi Reti sedang tampak sakit, tetapi sikapnya justru menghindari dirinya. Biasanya anak tersebut akan bermanja padanya.Wanita itu membuka laci meja dan semuanya ia teliti di sekitar meja belajar dan lemari pakaian milik Reti. Namun tidak ada keanehan yang ia dapat. Ibunya Reti berjalan ke tempat sampah yang ada di pojokan kamar. Kemudian melihat isinya.Dari sekian isi tempat sampah, ada satu benda yang membuat wanita paruh baya itu seketika mematung. Tanpa diambil saja, ia paham dan tahu semuanya yang Reti sembunyikan darinya. Apalagi ciri-ciri Reti sangat menggambarkan dugaannya.Test pack. Benda kecil itu akhirnya diambil oleh ibunya Reti. Kemudian, ia mengamati ga
“Ayra, kamu di mana?” Attar masuk ke kamar Ayra sekaligus mengecek kamar mandi. Namun ternyata gadis itu tidak ada di sana. Attar pun turun menuju dapur. Berharap Ayra sedang memasak. “Ay? Kamu di mana?” Nahas, Attar masih tidak menemukan keberadaan Ayra. Lelaki itu pun memutuskan untuk menghubungi gadis yang ia cari melalui sambungan telepon. Dua kali memanggil, tidak ada jawaban dari Ayra padahal hari sudah malam. Attar menjadi panik. Tidak ada orang rumah yang dapat ia tanyai. Mbok Inah jelas sudah pulang dari rumah itu. Attar mengecek meja makan masih kosong. Semula, ia berharap kalau Ayra telah memasak untuknya supaya ia langsung bisa melahap makan malam. Kalau saja tahu keadaan seperti itu, maka Attar memilih untuk membeli makan di luar. Sekarang ia sudah merasa sangat lapar dan harus segera makan. Daripada menunggu hal yang tidak pasti, Attar memesan makanan melalui grab food. Belum sempat menekan menu order, suara pintu terbuka membuat Attar berjalan menuju ruang tamu. At