Setelah pertemuan pertama dengan delegasi Kekaisaran telah selesai, Aria langsung pergi dari ruang audensi ke ruang kerja miliknya, ditemani juga oleh kedua NPC-nya serta Isaias yang mengikuti Aria dari belakang.Sesampainya di ruang kerja miliknya, Aria segera duduk dan kemudian mengerjakan berkas-berkas serta dokumen penting yang menumpuk di atas mejanya itu. Sedangkan, orang-orang yang mengikutinya mencari tempat yang nyaman untuk mereka bisa menemani Aria yang sedang bekerja.Pharash yang melihat dengan kagum tuannya yang sedang bekerja itu, kemudian menghampiri dengan senyuman yang tidak berubah. Setelah tepat berada di sampingnya, Pharash lalu membungkuk, bergaya seperti pelayan, dan menawarkan sesuatu untuk tuannya."Apakah anda menginginkan sesuatu, Tuanku?" ucap Pharash dengan sopan. "Aku bisa memberitahu seorang pelayan untuk datang kemari dan membawakan beberapa minuman untuk anda nikmati." lanjutnya sambil melirik ke arah Aria yang masih sibuk dengan tangannya sambil mend
‘Jika kalian adalah prajurit terbaik dan merupakan orang yang penting bagi kaisar serta kekaisaran, seharusnya kalian dapat menjaga surat ini dengan baik, bukan?’ Di setiap menit perjalanannya, kata-kata itu terus muncul di dalam pikiran Legruie yang sedang mengendarai kuda menuju kekaisaran. Mereka bertiga pulang menuju arah utara jauh untuk bisa kembali bersama dengan orang yang mereka sumpah untuk mereka lindungi selamanya. Ibukota Kekaisaran Holy Havellz, di sanalah mereka pulang untuk bertemu kaisar mereka. Tapi Legruie yang terus mengingat perkataan raja baru Kerajaan Ordioth itu tiap menitnya sudah dipastikan, selama perjalanan pulang wajahnya terus cemberut dan tidak menunjukkan adanya perubahan ke arah yang positif. Keningnya terus menerus mengkerut, dan aura ketidaksenangannya terus menerus keluar hingga membuat kedua temannya yang ikut bersamanya tidak merasa nyaman. “Bukankah ini sudah waktunya untukmu berhenti memikirkan hal itu?” Vanessa Kylnton yang sudah tidak bisa
Di salah satu kamar di dalam Istana Agung Kekaisaran Holy Havellz, seorang gadis yang sedang memakai pakaian santai, lebih tepatnya piyama, sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran sedang sambil bersenandung gembira. “Fufu~ fu~” Gadis yang identitasnya sebenarnya adalah seorang yang mempunyai gelar kaisar di sebuah negara yang sangat besar, bersenandung dengan nada yang imut dengan ekspresi seakan tidak sabar menunggu sesuatu. Dia adalah kaisar pertama Kekaisaran Holy Havellz: Cassia Fossberg. Kakinya ia gerakan ke atas ke bawah permukaan kasur yang membuat suara benturan khas di sana. Dia tidak peduli dengan penampilannya yang saat ini terlihat sangat biasa saja, dan tidak mencermikan gelar kaisar yang ia miliki. Karena sudah larut malam, Cassia tidak perlu mengkhawatirkan apapun tentang dirinya yang sedang memakai piyama merah muda imutnya. “Bukankah ini waktu yang tepat untuk menghubunginya?” Cassia bergumam kepada dirinya karena dia sudah menunggu waktu yang bagus
“Kerja bagus kalian bertiga. Aku ucapkan selamat datang kembali ke Kekaisaran dari tugas yang aku berikan kepada kalian.” Di atas kursi tahtanya, Cassia memberikan selamat kepada Legruie dan kedua paladin lain yang ikut dalam perjalanan bilateral antara kekaisaran dan juga kerajaan. “Ucapan Anda terlalu baik untuk kami.” Legruie sebagai pemimpin kelompoknya, sambil berjongkok dan menundukkan kepalanya, ia menjawab perkataan dari kaisarnya itu dengan bahagia di dalam hatinya. “Bagaimana kabar kalian selama di kerajaan? Aku harap kalian baik-baik saja.” Diberi perhatian yang lebih oleh sosok kaisar yang ia cintai, hati Legruie menjadi lebih bahagia. Namun ia tetap harus menjaga wibawanya di depan sosok yang ia cintai dan kagumi itu. “ Ya, kami dapat menjaga diri kami dengan baik.” “Aku sangat bersyukur tentang hal itu.” Sayangnya, Legruie dan kedua paladin di belakangnya masih menunduk, karena saat mengatakan itu, Cassia sedang tersenyum lembut kepada mereka bertiga. Jika mereka mel
"Sudah cukup lama, ya. Apakah itu 3 bulan?" "Aku kira seperti itu. Terima kasih telah menuruti semua keegoisanku." Seluruh badan mereka yang kaku akhirnya bisa dilembutkan. Di ruangan ini akhirnya mereka bisa bersantai setelah memasang tata krama formalitas yang palsu. Terlebih, di ruangan yang sekarang, mereka mendapatkan lebih banyak privasi untuk bisa bebas berbicara."Tidak masalah. Akan sangat bermasalah jika apa yang kamu tulis itu sungguhan dan benar terjadi. Itu bukan sekadar gertakan saja, apakah aku benar?" Aria tertawa kecil mendengar jawaban Cassia. "Entahlah. Tapi aku rasa aku bisa mengetahui seberapa serius kekaisaran dengan hal itu." Karena memang faktanya permainan politik di benua ini bukan gertakan saja. Jika pergerakan kekaisaran tidak dapat memuaskan hati Aria, walau ia sangat berharap hubungan kedua negara dapat terjalin dengan baik, dengan berat hati ia akan tetap meruntuhkannya bila kekaisaran tidak menganggapnya dengan serius. Untungnya, hal itu tidak terja
Satu minggu setelah kemenangan di Kerajaan Ordioth, Aria dan Florithe kembali lagi ke dalam Death Forest. Tempat mereka tinggal, di sebuah bangunan berbentuk kuil Yunani kuno yang didominasi oleh warna putih dan pilar-pilar yang kokoh. Kepulangan mereka sudah direncanakan sejak sebelum mereka pergi ke kerajaan Ordioth, tapi waktunya terundur karena beberapa hal. Selain itu, destinasi kepulangan mereka juga bertambah. "Sudah lama tidak bertemu, Tuan Aria. Baiklah, mari kita berangkat. Keretanya sudah siap." Aria dan Florithe akan pergi ke ibukota Brimmid, Arrnasche. Mereka yang pulang ke wilayah Count Reginald disambut hangat oleh Reginald sendiri.Tujuannya untuk menambah rasa pertemanan juga menguatkan hubungan yang dibangun. Karena saat ini Aria masih juga menjadi tuan tanah di daerah Ssuane."Oh, Count Reginald. Apakah kau yang menyiapkan ini sendiri?" "Benar. Bagaimanapun, kau adalah tamu spesial. Jika hanya meminjamkan keretaku bukanlah sebuah masalah." Count Reginald meminj
Kereta Aria sampai pada siang hari. Kereta itu berhenti di sebuah mansion mewah yang sangat luas. Terdapat satu orang yang berjaga di depan mansion tersebut. Orang itu bukalah pelayan, melainkan orang berbadan besar dan pakaian mewah ala bangsawan yang Aria kenali. Itu adalah Ghilmar. Aria dan Florithe disambut langsung oleh Ghilmar saat mereka berdua turun dari kereta yang dipinjamkan oleh Count Reginlad di Rumberg. "Aria! Selamat datang di kediamanku! Aku sudah menunggumu sejak lama." Ghilmar yang sudah menunggu kedatangan Aria sejak lama, tidak bisa menahan rasa ingin bertemu dengan Aria dan langsung mendekati mereka berdua.Tentunya sebagai orang yang mengetahui etika, Aria akan selalu memberikan salam hangat walau mereka berdua sudah saling kenal. "Selamat siang, Tuan Ghilmar. Aku juga sudah lama menantikan hal ini." Setelah saling menyapa dan juga berpelukan, Ghilmar lalu menanyakan keadaan Aria yang susah menempuh perjalanan jauh. "Bagaimana dengan perjalananmu?" Namun sep
"Daripada membicarakan hal yang berat, aku ingin memberitahumu bahwa Tuan Putri Sylvia sedang tidak berada di sini. Tuan Putri sedang berada di istana sekarang." Mencoba memperbaiki suasana, Ghilmar lalu mengucapkan topik lain untuk dibicarakan.Rasa sedikit kecewa hadir di dalam hati Aria karena tidak bisa langsung bertemu dengan Putri Sylvia. Walau dia mungkin sudah menebak bahwa itu bisa terjadi kapan saja mengingat Sylvia adalah seorang Putri. "Oh, itu sangat disayangkan. Aku ingin berbicara panjang lebar dengannya. Tapi sepertinya aku tidak punya pilihan lain." Ghilmar tertawa dengan keras mencoba tidak membuat Aria sedih. Lalu kemudian dia mengarahkan Aria dan Florithe ke sebuah ruangan yang cukup besar. "Aku tahu kau sedang kelelahan, tapi melemaskan tubuh dengan sebuah teh bukan hal yang buruk, bukan?" Ghilmar melirik ke salah satu pelayan yang dari awal Aria sampai selalu mengikuti Ghilmar di belakang. "Siapkan teh dan juga beberapa makanan manis untuk tamu berharga kita."