"Menghadap raja baru Kerajaan Ordioth. Tiga orang Paladin delegasi Kekaisaran Holy Havellz, datang menemui anda." Di ruangan audiensi kerajaan yang terdapat banyak patung prajurit di ruangan yang megah, 3 orang sedang berjalan di atas sebuah karpet merah besar. Mereka disinari oleh cahaya lampu juga sinar matahari yang masuk melalui jendela yang besar. Ketiga orang tersebut sedang menatap lurus menghadap ke kursi tahta yang terbuat dari emas dengan ukiran-ukiran yang rumit. Mereka memakai pakaian pendeta berwarna putih dan terkesan sederhana. Tetapi mereka bertiga adalah delegai Kekaisaran yang mempunyai julukan Three God Paladins. Tapi Raja Aria duduk di sana, di kursi empuk dengan emas dan ukiran yang rumit tersenyum sambil menyilangkan kakinya."Senang bertemu dengan anda, Raja baru Kerajaan Ordioth, Raja Aria." Yang berbicara adalah orang yang berdiri di paling depan. Dia adalah seorang laki-laki dengan rambut pirang, wajahnya cukup tampan dengan memakai baju pendeta yang cuku
Rasa percaya diri Isaias terhadap Kekaisaran sungguh lemah. Isaias takut dengan kekuatan Kekaisaran yang begitu kuat, bahkan jika dirinya mengerhakan seluruh pasukannya, kerajaan akan masih tetap hancur. Itu adalah sebuah fakta. Memang benar kekaisaran adalah negara yang kokoh dan kuat. Negara terbesar kedua juga tidak berani macam-macam dengan kekuatan Kekaisaran. Lalu apa yang diinginkan oleh kekaisaran saat ini? Kekaisaran adalah negara yang kuat, mereka pastinya akan mencurigai negara besar, terutama yang berbatasan langsung dengan mereka. Dengan junlah tentara yang banyak, Ordioth tentu menjadi ancaman. Maka dari itu pergesekan diantara dua negara ini selalu ada. Jika mereka berniat melemahkan Ordioth dari dalam kemudian mengambil wilayah Ordioth juga tidak akan berakhir dengan mulus. "Tidak berhubungan satu sama lain adalah jalan terbaik bagi benua ini. Sebagai pemegang kekuasan terbesar, tentunya aku meyakini kaisar kalian mengetahui itu."Nyatanya, karena tidak ada yang me
Sambil tersenyum lebar dan melihat ke arah bawah, Aria menyapa mereka dengan gembira. "Senang bertemu kalian kembali." "Kami yang seharusnya merasa seperti itu. Senang bertemu dengan anda kembali, Raja Ordioth, Aria." Menanggapi dengan sopan, Legruie dan rekan-rekannya bersamaan menunjukkan etiket bangsawan yang elegan.Lima hari setelah pertemuan mereka yang pertama, Aria memanggil kembali Three God Paladins, delegasi resmi kekaisaran yang membawa pesan langsung dari pemimpin mereka, kaisar kekaisaran Holy Havellz. Segera ingin menyudahi adegan itu, Aria kemudian bertanya kepada mereka. "Bagaimana hari kalian di Kerajaan? Apakah kalian menikmatinya?" "Saya tidak tahu harus berkata apa, tapi ... " Legruie berhenti sebentar dan memikirkan sesuatu. "Memang benar selama lima hari terakhir, kami bertiga merasakan perbedaan yang cukup kuat." ujarnya.Legruie kembali menjadi orang yang memimpin percakapan untuk kelancaran negoisasi antara Kekaisaran juga Keraja
*** Setelah ketiga paladin itu benar-benar jauh dari ruangan pertemuan, Isaias mendekati Aria. "Apa yang kau rencanakan?" Isaias mengatakannya dengan nada yang sangat penasaran. Menurut pikirannya, rajanya itu sedang membuat sebuah rencana. Isaias mencoba untuk membongkar rencana itu dari semua petunjuk yang ada, namun semuanya nihil. Isaias tidak menemukan apapun. Maka dari itu cara tercepatnya adalah dengan menanyakan langsung kepada sumbernya."Tidak ada." Tapi apa yang didapatkannya adalah jawaban yang dingin. Aria menjawabnya dengan acuh tak acuh. Mencoba untuk tidak menggubris pertanyaan Isaias.Sebagai seorang perdana menteri yang langsung mengurus rakyat, Isaias merasa bahwa dirinya perlu untuk mengetahui segala sesuatu tentang rencana rajanya. Dengan sifatnya yang tidak mudah menyerah juga, Isaias mencoba mendesak Aria sekali lagi."Umurku memang tidak lagi muda, tapi pikiranku masih tetap tajam." ucap Isaias dengan nada yang lebih menek
Hanya mengandalkan cahaya lilin dari ornamen keagamaan. Tujuh orang sedang duduk bersama di ruangan yang minim cahaya. Dinding ruangan itu dihiasi oleh patung dan kaca bergambar yang memantulkan warna biru. Ketujuh orang tersebut duduk di meja bundar yang sama. Mereka sama-sama memakai pakaian gereja namun dengan gaya mereka berbeda masing-masing. Hal itu ditujukan untuk mempresentasikan identitas mereka masing-masing yang menganut salah satu dari sifat dewa mereka sendiri. "Salam sejahtera semuanya. Sebelum memulai, aku ingin kita untuk mengucapkan rasa syukur kepada dewa kita. Agar berkah Dewa Enytch selalu menghampiri kita semua. Sekarang, rekatkan telapak tangan kalian dan mulailah berdoa." Salah satu dari mereka yang kelihatannya sebagai pemimpin rapat menginstruksikan kepada sesamanya untuk berdoa mengucap syukur kepada dewa mereka. Seluruhnya yang ada di ruangan itu mengikuti perkataan pria tersebut. Mereka merekatkan kedua tangan mereka masing-masing kemudian menutup mata d
"Raja baru itu sepertinya memiliki bakat dalam memerintah. Jika memang seperti itu, ada kemungkinan pendistribusian informasi tentang teokrasi yang selama ini kita tahan ke seluruh benua menjadi tidak berguna. Maka bisa dipastikan Ordioth akan mendapatkan informasi tentang keadaan teokrasi." Yang menjawab pertanyaan itu bukanlah paus iman, melainkan paus Superioritas. Diberi jawaban oleh rekannya, Paus Iman tersenyum dan melanjutkan, "Apa yang dikatakan itu benar. Informasi adalah sesuatu yang berharga bagi sebuah negara. Teokrasi tidak mendapatkan hal sulit selama ini karena terbatasnya informasi teokrasi yang tersebar luas di luar sana. Ini akan sangat menguntungkan, walaupun kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, teokrasi masih bisa tetap bertahan dengan sumber daya yang ada. Namun jika ada informasi tentang teokrasi yang keluar dan itu adalah sesuatu yang negatif, bisa dipastikan teokrasi dalam keadaan yang darurat." Seluruh Paus di sana hanya bisa mengang
Istana Agung, Kekaisaran Holy Havellz. Dua orang yang ditemani oleh dua orang prajurit istana kekaisaran sedang berjalan di sebuah lorong yang besar. Lorong itu dihiasi oleh sinar putih matahari yang masuk melalui kaca yang besar yang dipasang di setiap sisi lorong. Selain kaca, dinding lorong juga dihiasi oleh pilar yang menyatu dengan ukiran yang megah. Mereka berdua berjalan lurus melewati semua kemegahan itu dengan badan tegap dan sangat berwibawa. Itu dikarenakan mereka adalah tamu yang diundang langsung oleh Kaisar Kekaisaran Holy Havellz.Setelah berjalan di lorong yang besar itu dengan waktu yang tidak lama, prajurit yang mengantar mereka berhenti di depan sebuah pintu ganda dengan material kayu yang besar. Pintu ruangan itu diukir dengan lambang kekaisaran. Pintu tersebut begitu besar sampai siapapun yang berada di depannya akan dapat melihat dengan jelas setiap detail dari ukiran di pintu tersebut tak terkecuali Aria. Namun, dia hanya bisa menikmati momen itu sebentar s
Kedua wajah mereka sangat mirip dan keduanya sangat cantik. Mungkin karena hal itu juga banyak orang yang tertarik dengan Kekaisaran. Atau mungkin merekalah yang menjadi daya tarik Kekaisaran itu sendiri. Aria pikir hal itu sudah wajar bahwa banyak penguasa atau pemimpin yang mengincar Kekaisaran. Selain mendapatkan tanah dan kekuatan yang besar, mereka juga bisa mendapatkan mawar yang cantik, yang tentunya hal itu bisa membuat nama mereka begitu terkenal di seluruh benua, bahkan dunia.Menanggapi hal itu, Cassia sebagai kaisar pertama membalasnya dengan senyum yang terlihat sangat polos dan terkesan lembut. "Banyak yang menanyakan hal tersebut kepada kami. Seluruh delegasi maupun wakil resmi yang datang Kekaisaran juga menanyakan hal yang sama." ucapnya dengan santai seolah-olah itu adalah hal yang biasa. "Itu benar. Kami hanya berbeda satu tahun, dan sebagai yang tertua, aku harus mengambil jabatan sebagai kaisar pertama." Kembali Aria hanya bisa merasa kagum melihat dua wanita can
Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat
Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua
Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat
Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel
Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"
Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik
Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be
Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M
"Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal