Sambil tersenyum lebar dan melihat ke arah bawah, Aria menyapa mereka dengan gembira. "Senang bertemu kalian kembali." "Kami yang seharusnya merasa seperti itu. Senang bertemu dengan anda kembali, Raja Ordioth, Aria." Menanggapi dengan sopan, Legruie dan rekan-rekannya bersamaan menunjukkan etiket bangsawan yang elegan.Lima hari setelah pertemuan mereka yang pertama, Aria memanggil kembali Three God Paladins, delegasi resmi kekaisaran yang membawa pesan langsung dari pemimpin mereka, kaisar kekaisaran Holy Havellz. Segera ingin menyudahi adegan itu, Aria kemudian bertanya kepada mereka. "Bagaimana hari kalian di Kerajaan? Apakah kalian menikmatinya?" "Saya tidak tahu harus berkata apa, tapi ... " Legruie berhenti sebentar dan memikirkan sesuatu. "Memang benar selama lima hari terakhir, kami bertiga merasakan perbedaan yang cukup kuat." ujarnya.Legruie kembali menjadi orang yang memimpin percakapan untuk kelancaran negoisasi antara Kekaisaran juga Keraja
*** Setelah ketiga paladin itu benar-benar jauh dari ruangan pertemuan, Isaias mendekati Aria. "Apa yang kau rencanakan?" Isaias mengatakannya dengan nada yang sangat penasaran. Menurut pikirannya, rajanya itu sedang membuat sebuah rencana. Isaias mencoba untuk membongkar rencana itu dari semua petunjuk yang ada, namun semuanya nihil. Isaias tidak menemukan apapun. Maka dari itu cara tercepatnya adalah dengan menanyakan langsung kepada sumbernya."Tidak ada." Tapi apa yang didapatkannya adalah jawaban yang dingin. Aria menjawabnya dengan acuh tak acuh. Mencoba untuk tidak menggubris pertanyaan Isaias.Sebagai seorang perdana menteri yang langsung mengurus rakyat, Isaias merasa bahwa dirinya perlu untuk mengetahui segala sesuatu tentang rencana rajanya. Dengan sifatnya yang tidak mudah menyerah juga, Isaias mencoba mendesak Aria sekali lagi."Umurku memang tidak lagi muda, tapi pikiranku masih tetap tajam." ucap Isaias dengan nada yang lebih menek
Hanya mengandalkan cahaya lilin dari ornamen keagamaan. Tujuh orang sedang duduk bersama di ruangan yang minim cahaya. Dinding ruangan itu dihiasi oleh patung dan kaca bergambar yang memantulkan warna biru. Ketujuh orang tersebut duduk di meja bundar yang sama. Mereka sama-sama memakai pakaian gereja namun dengan gaya mereka berbeda masing-masing. Hal itu ditujukan untuk mempresentasikan identitas mereka masing-masing yang menganut salah satu dari sifat dewa mereka sendiri. "Salam sejahtera semuanya. Sebelum memulai, aku ingin kita untuk mengucapkan rasa syukur kepada dewa kita. Agar berkah Dewa Enytch selalu menghampiri kita semua. Sekarang, rekatkan telapak tangan kalian dan mulailah berdoa." Salah satu dari mereka yang kelihatannya sebagai pemimpin rapat menginstruksikan kepada sesamanya untuk berdoa mengucap syukur kepada dewa mereka. Seluruhnya yang ada di ruangan itu mengikuti perkataan pria tersebut. Mereka merekatkan kedua tangan mereka masing-masing kemudian menutup mata d
"Raja baru itu sepertinya memiliki bakat dalam memerintah. Jika memang seperti itu, ada kemungkinan pendistribusian informasi tentang teokrasi yang selama ini kita tahan ke seluruh benua menjadi tidak berguna. Maka bisa dipastikan Ordioth akan mendapatkan informasi tentang keadaan teokrasi." Yang menjawab pertanyaan itu bukanlah paus iman, melainkan paus Superioritas. Diberi jawaban oleh rekannya, Paus Iman tersenyum dan melanjutkan, "Apa yang dikatakan itu benar. Informasi adalah sesuatu yang berharga bagi sebuah negara. Teokrasi tidak mendapatkan hal sulit selama ini karena terbatasnya informasi teokrasi yang tersebar luas di luar sana. Ini akan sangat menguntungkan, walaupun kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, teokrasi masih bisa tetap bertahan dengan sumber daya yang ada. Namun jika ada informasi tentang teokrasi yang keluar dan itu adalah sesuatu yang negatif, bisa dipastikan teokrasi dalam keadaan yang darurat." Seluruh Paus di sana hanya bisa mengang
Istana Agung, Kekaisaran Holy Havellz. Dua orang yang ditemani oleh dua orang prajurit istana kekaisaran sedang berjalan di sebuah lorong yang besar. Lorong itu dihiasi oleh sinar putih matahari yang masuk melalui kaca yang besar yang dipasang di setiap sisi lorong. Selain kaca, dinding lorong juga dihiasi oleh pilar yang menyatu dengan ukiran yang megah. Mereka berdua berjalan lurus melewati semua kemegahan itu dengan badan tegap dan sangat berwibawa. Itu dikarenakan mereka adalah tamu yang diundang langsung oleh Kaisar Kekaisaran Holy Havellz.Setelah berjalan di lorong yang besar itu dengan waktu yang tidak lama, prajurit yang mengantar mereka berhenti di depan sebuah pintu ganda dengan material kayu yang besar. Pintu ruangan itu diukir dengan lambang kekaisaran. Pintu tersebut begitu besar sampai siapapun yang berada di depannya akan dapat melihat dengan jelas setiap detail dari ukiran di pintu tersebut tak terkecuali Aria. Namun, dia hanya bisa menikmati momen itu sebentar s
Kedua wajah mereka sangat mirip dan keduanya sangat cantik. Mungkin karena hal itu juga banyak orang yang tertarik dengan Kekaisaran. Atau mungkin merekalah yang menjadi daya tarik Kekaisaran itu sendiri. Aria pikir hal itu sudah wajar bahwa banyak penguasa atau pemimpin yang mengincar Kekaisaran. Selain mendapatkan tanah dan kekuatan yang besar, mereka juga bisa mendapatkan mawar yang cantik, yang tentunya hal itu bisa membuat nama mereka begitu terkenal di seluruh benua, bahkan dunia.Menanggapi hal itu, Cassia sebagai kaisar pertama membalasnya dengan senyum yang terlihat sangat polos dan terkesan lembut. "Banyak yang menanyakan hal tersebut kepada kami. Seluruh delegasi maupun wakil resmi yang datang Kekaisaran juga menanyakan hal yang sama." ucapnya dengan santai seolah-olah itu adalah hal yang biasa. "Itu benar. Kami hanya berbeda satu tahun, dan sebagai yang tertua, aku harus mengambil jabatan sebagai kaisar pertama." Kembali Aria hanya bisa merasa kagum melihat dua wanita can
Setelah pertemuan pertama dengan delegasi Kekaisaran telah selesai, Aria langsung pergi dari ruang audensi ke ruang kerja miliknya, ditemani juga oleh kedua NPC-nya serta Isaias yang mengikuti Aria dari belakang.Sesampainya di ruang kerja miliknya, Aria segera duduk dan kemudian mengerjakan berkas-berkas serta dokumen penting yang menumpuk di atas mejanya itu. Sedangkan, orang-orang yang mengikutinya mencari tempat yang nyaman untuk mereka bisa menemani Aria yang sedang bekerja.Pharash yang melihat dengan kagum tuannya yang sedang bekerja itu, kemudian menghampiri dengan senyuman yang tidak berubah. Setelah tepat berada di sampingnya, Pharash lalu membungkuk, bergaya seperti pelayan, dan menawarkan sesuatu untuk tuannya."Apakah anda menginginkan sesuatu, Tuanku?" ucap Pharash dengan sopan. "Aku bisa memberitahu seorang pelayan untuk datang kemari dan membawakan beberapa minuman untuk anda nikmati." lanjutnya sambil melirik ke arah Aria yang masih sibuk dengan tangannya sambil mend
‘Jika kalian adalah prajurit terbaik dan merupakan orang yang penting bagi kaisar serta kekaisaran, seharusnya kalian dapat menjaga surat ini dengan baik, bukan?’ Di setiap menit perjalanannya, kata-kata itu terus muncul di dalam pikiran Legruie yang sedang mengendarai kuda menuju kekaisaran. Mereka bertiga pulang menuju arah utara jauh untuk bisa kembali bersama dengan orang yang mereka sumpah untuk mereka lindungi selamanya. Ibukota Kekaisaran Holy Havellz, di sanalah mereka pulang untuk bertemu kaisar mereka. Tapi Legruie yang terus mengingat perkataan raja baru Kerajaan Ordioth itu tiap menitnya sudah dipastikan, selama perjalanan pulang wajahnya terus cemberut dan tidak menunjukkan adanya perubahan ke arah yang positif. Keningnya terus menerus mengkerut, dan aura ketidaksenangannya terus menerus keluar hingga membuat kedua temannya yang ikut bersamanya tidak merasa nyaman. “Bukankah ini sudah waktunya untukmu berhenti memikirkan hal itu?” Vanessa Kylnton yang sudah tidak bisa