Hanya mengandalkan cahaya lilin dari ornamen keagamaan. Tujuh orang sedang duduk bersama di ruangan yang minim cahaya. Dinding ruangan itu dihiasi oleh patung dan kaca bergambar yang memantulkan warna biru. Ketujuh orang tersebut duduk di meja bundar yang sama. Mereka sama-sama memakai pakaian gereja namun dengan gaya mereka berbeda masing-masing. Hal itu ditujukan untuk mempresentasikan identitas mereka masing-masing yang menganut salah satu dari sifat dewa mereka sendiri. "Salam sejahtera semuanya. Sebelum memulai, aku ingin kita untuk mengucapkan rasa syukur kepada dewa kita. Agar berkah Dewa Enytch selalu menghampiri kita semua. Sekarang, rekatkan telapak tangan kalian dan mulailah berdoa." Salah satu dari mereka yang kelihatannya sebagai pemimpin rapat menginstruksikan kepada sesamanya untuk berdoa mengucap syukur kepada dewa mereka. Seluruhnya yang ada di ruangan itu mengikuti perkataan pria tersebut. Mereka merekatkan kedua tangan mereka masing-masing kemudian menutup mata d
"Raja baru itu sepertinya memiliki bakat dalam memerintah. Jika memang seperti itu, ada kemungkinan pendistribusian informasi tentang teokrasi yang selama ini kita tahan ke seluruh benua menjadi tidak berguna. Maka bisa dipastikan Ordioth akan mendapatkan informasi tentang keadaan teokrasi." Yang menjawab pertanyaan itu bukanlah paus iman, melainkan paus Superioritas. Diberi jawaban oleh rekannya, Paus Iman tersenyum dan melanjutkan, "Apa yang dikatakan itu benar. Informasi adalah sesuatu yang berharga bagi sebuah negara. Teokrasi tidak mendapatkan hal sulit selama ini karena terbatasnya informasi teokrasi yang tersebar luas di luar sana. Ini akan sangat menguntungkan, walaupun kita tidak memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan lain, teokrasi masih bisa tetap bertahan dengan sumber daya yang ada. Namun jika ada informasi tentang teokrasi yang keluar dan itu adalah sesuatu yang negatif, bisa dipastikan teokrasi dalam keadaan yang darurat." Seluruh Paus di sana hanya bisa mengang
Istana Agung, Kekaisaran Holy Havellz. Dua orang yang ditemani oleh dua orang prajurit istana kekaisaran sedang berjalan di sebuah lorong yang besar. Lorong itu dihiasi oleh sinar putih matahari yang masuk melalui kaca yang besar yang dipasang di setiap sisi lorong. Selain kaca, dinding lorong juga dihiasi oleh pilar yang menyatu dengan ukiran yang megah. Mereka berdua berjalan lurus melewati semua kemegahan itu dengan badan tegap dan sangat berwibawa. Itu dikarenakan mereka adalah tamu yang diundang langsung oleh Kaisar Kekaisaran Holy Havellz.Setelah berjalan di lorong yang besar itu dengan waktu yang tidak lama, prajurit yang mengantar mereka berhenti di depan sebuah pintu ganda dengan material kayu yang besar. Pintu ruangan itu diukir dengan lambang kekaisaran. Pintu tersebut begitu besar sampai siapapun yang berada di depannya akan dapat melihat dengan jelas setiap detail dari ukiran di pintu tersebut tak terkecuali Aria. Namun, dia hanya bisa menikmati momen itu sebentar s
Kedua wajah mereka sangat mirip dan keduanya sangat cantik. Mungkin karena hal itu juga banyak orang yang tertarik dengan Kekaisaran. Atau mungkin merekalah yang menjadi daya tarik Kekaisaran itu sendiri. Aria pikir hal itu sudah wajar bahwa banyak penguasa atau pemimpin yang mengincar Kekaisaran. Selain mendapatkan tanah dan kekuatan yang besar, mereka juga bisa mendapatkan mawar yang cantik, yang tentunya hal itu bisa membuat nama mereka begitu terkenal di seluruh benua, bahkan dunia.Menanggapi hal itu, Cassia sebagai kaisar pertama membalasnya dengan senyum yang terlihat sangat polos dan terkesan lembut. "Banyak yang menanyakan hal tersebut kepada kami. Seluruh delegasi maupun wakil resmi yang datang Kekaisaran juga menanyakan hal yang sama." ucapnya dengan santai seolah-olah itu adalah hal yang biasa. "Itu benar. Kami hanya berbeda satu tahun, dan sebagai yang tertua, aku harus mengambil jabatan sebagai kaisar pertama." Kembali Aria hanya bisa merasa kagum melihat dua wanita can
Setelah pertemuan pertama dengan delegasi Kekaisaran telah selesai, Aria langsung pergi dari ruang audensi ke ruang kerja miliknya, ditemani juga oleh kedua NPC-nya serta Isaias yang mengikuti Aria dari belakang.Sesampainya di ruang kerja miliknya, Aria segera duduk dan kemudian mengerjakan berkas-berkas serta dokumen penting yang menumpuk di atas mejanya itu. Sedangkan, orang-orang yang mengikutinya mencari tempat yang nyaman untuk mereka bisa menemani Aria yang sedang bekerja.Pharash yang melihat dengan kagum tuannya yang sedang bekerja itu, kemudian menghampiri dengan senyuman yang tidak berubah. Setelah tepat berada di sampingnya, Pharash lalu membungkuk, bergaya seperti pelayan, dan menawarkan sesuatu untuk tuannya."Apakah anda menginginkan sesuatu, Tuanku?" ucap Pharash dengan sopan. "Aku bisa memberitahu seorang pelayan untuk datang kemari dan membawakan beberapa minuman untuk anda nikmati." lanjutnya sambil melirik ke arah Aria yang masih sibuk dengan tangannya sambil mend
‘Jika kalian adalah prajurit terbaik dan merupakan orang yang penting bagi kaisar serta kekaisaran, seharusnya kalian dapat menjaga surat ini dengan baik, bukan?’ Di setiap menit perjalanannya, kata-kata itu terus muncul di dalam pikiran Legruie yang sedang mengendarai kuda menuju kekaisaran. Mereka bertiga pulang menuju arah utara jauh untuk bisa kembali bersama dengan orang yang mereka sumpah untuk mereka lindungi selamanya. Ibukota Kekaisaran Holy Havellz, di sanalah mereka pulang untuk bertemu kaisar mereka. Tapi Legruie yang terus mengingat perkataan raja baru Kerajaan Ordioth itu tiap menitnya sudah dipastikan, selama perjalanan pulang wajahnya terus cemberut dan tidak menunjukkan adanya perubahan ke arah yang positif. Keningnya terus menerus mengkerut, dan aura ketidaksenangannya terus menerus keluar hingga membuat kedua temannya yang ikut bersamanya tidak merasa nyaman. “Bukankah ini sudah waktunya untukmu berhenti memikirkan hal itu?” Vanessa Kylnton yang sudah tidak bisa
Di salah satu kamar di dalam Istana Agung Kekaisaran Holy Havellz, seorang gadis yang sedang memakai pakaian santai, lebih tepatnya piyama, sedang merebahkan tubuhnya di atas ranjang berukuran sedang sambil bersenandung gembira. “Fufu~ fu~” Gadis yang identitasnya sebenarnya adalah seorang yang mempunyai gelar kaisar di sebuah negara yang sangat besar, bersenandung dengan nada yang imut dengan ekspresi seakan tidak sabar menunggu sesuatu. Dia adalah kaisar pertama Kekaisaran Holy Havellz: Cassia Fossberg. Kakinya ia gerakan ke atas ke bawah permukaan kasur yang membuat suara benturan khas di sana. Dia tidak peduli dengan penampilannya yang saat ini terlihat sangat biasa saja, dan tidak mencermikan gelar kaisar yang ia miliki. Karena sudah larut malam, Cassia tidak perlu mengkhawatirkan apapun tentang dirinya yang sedang memakai piyama merah muda imutnya. “Bukankah ini waktu yang tepat untuk menghubunginya?” Cassia bergumam kepada dirinya karena dia sudah menunggu waktu yang bagus
“Kerja bagus kalian bertiga. Aku ucapkan selamat datang kembali ke Kekaisaran dari tugas yang aku berikan kepada kalian.” Di atas kursi tahtanya, Cassia memberikan selamat kepada Legruie dan kedua paladin lain yang ikut dalam perjalanan bilateral antara kekaisaran dan juga kerajaan. “Ucapan Anda terlalu baik untuk kami.” Legruie sebagai pemimpin kelompoknya, sambil berjongkok dan menundukkan kepalanya, ia menjawab perkataan dari kaisarnya itu dengan bahagia di dalam hatinya. “Bagaimana kabar kalian selama di kerajaan? Aku harap kalian baik-baik saja.” Diberi perhatian yang lebih oleh sosok kaisar yang ia cintai, hati Legruie menjadi lebih bahagia. Namun ia tetap harus menjaga wibawanya di depan sosok yang ia cintai dan kagumi itu. “ Ya, kami dapat menjaga diri kami dengan baik.” “Aku sangat bersyukur tentang hal itu.” Sayangnya, Legruie dan kedua paladin di belakangnya masih menunduk, karena saat mengatakan itu, Cassia sedang tersenyum lembut kepada mereka bertiga. Jika mereka mel