Di altar Surga Hunyuan, kelompok penyusup dari Klan Iblis melanjutkan ritual mereka dengan penuh semangat. Mereka telah mengumpulkan semua aura leluhur yang diperlukan, dan proses untuk membangkitkan lentera Iblis telah mencapai puncaknya. Sinar gelap dan energi yang mengerikan mulai menyebar dari altar ke seluruh arena. Sebuah cahaya hitam pekat menyala dari bawah altar, dan dari dalam kegelapan itu, lentera Iblis yang megah perlahan muncul. Cahaya merah darah dari lentera menyebar ke seluruh area, mengubah atmosfer menjadi suram dan menakutkan. Begitu lentera Iblis aktif, aura iblis menyebar ke seluruh penjuru Surga Hunyuan, memancarkan gelombang energi yang sangat kuat. Peserta dan penjaga yang sebelumnya terlibat dalam pertarungan mengalami tekanan luar biasa dari kekuatan iblis ini. Mereka terjatuh ke tanah, kehilangan kesadaran akibat dorongan energi yang menekan dan menindas. Di tengah kekacauan, Gu Lang berdiri tegak meski tampak kelelahan dan terluka. Berbeda dengan peser
Dengan kekuatan iblis yang mengalir deras dari Gu Lang, Black Shadow mulai menunjukkan ambisinya yang sesungguhnya. Sosok gelap ini merasakan potensi besar dari aura iblis yang melingkupi Gu Lang, dan bertekad untuk memanfaatkan situasi ini untuk memperluas kekuasaannya. Dia memerintahkan Gu Lang untuk menyerap kekuatan dari para peserta yang tersisa, menginginkan sumber daya untuk memperkuat dirinya lebih jauh.Di bawah pengaruh Black Shadow, tubuh Gu Lang bergerak dengan sendirinya. Dengan aura iblis yang memancar semakin hebat, dia mulai menarik kekuatan dari peserta lain secara paksa. Gelombang energi hitam merembet keluar dari tubuhnya, menghisap aura para peserta yang tertekan dan tak berdaya. Momen-momen menegangkan ini mengguncang arena Surga Hunyuan, membuat semua peserta yang tersisa merasakan kekuatan mengerikan yang hampir menghancurkan mereka.Namun, di dalam kegelapan yang melingkupi kesadarannya, Gu Lang yang tersisa berjuang keras untuk melawan pengaruh Black Shadow.
Setelah pengumuman pemenang selesai, suasana di arena utama kembali dipenuhi dengan kehangatan dan kekaguman. Gu Lang, yang kini menjadi sorotan utama, berdiri di podium dengan Bing Yan di sampingnya. Para tetua sekte dan peserta yang selamat memperhatikan dengan penuh perhatian, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketua Sekte Burung Surgawi, yang memimpin acara, melangkah maju dengan ekspresi bangga. "Selain penghargaan untuk juara pertama dan kedua, kami ingin memberikan penghargaan istimewa kepada seseorang yang telah menunjukkan keberanian dan kekuatan luar biasa dalam menghadapi ancaman yang sangat besar." Ketua Sekte Burung Surgawi melanjutkan, "Gu Lang dari Sekte Kalajengking Hitam, tidak hanya telah memenangkan pertandingan ini, tetapi juga berhasil membasmi ancaman dari Klan Iblis yang mengganggu Surga Hunyuan. Karena itu, kami ingin memberikan penghargaan khusus sebagai tanda penghormatan kami." Seorang pelayan sekte membawa sebuah kotak hiasan yang
Gu Lang dan Bing Yan menyelesaikan hari pertama mereka di Sekte Yan dengan rasa kagum dan semangat. Setelah berkenalan dengan fasilitas dan para anggota sekte, Gu Lang merasa semakin terdorong untuk memulai pencarian pribadinya. Ia tidak hanya ingin membuktikan kemampuannya di Dunia Atas, tetapi juga mencari informasi tentang ayahnya, Gu Xing Yan.Keesokan harinya, Gu Lang memulai pencariannya dengan meminta bantuan dari berbagai sumber yang ada di Sekte Yan. Ia mengunjungi perpustakaan sekte yang megah, yang dipenuhi dengan gulungan kuno dan buku-buku yang menjelaskan sejarah dan informasi penting mengenai Dunia Atas.Gu Lang menghabiskan waktu berjam-jam mencari informasi yang relevan. Ia mempelajari catatan sejarah dan dokumen kuno tentang entitas penting dan peristiwa besar di Dunia Atas, berharap menemukan sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya. Namun, informasi tentang individu biasa seperti ayahnya tidak mudah ditemukan di perpustakaan ini.Setelah beberapa hari pencarian di p
Gu Lang mengisolasi dirinya di ruang latihan miliknya di Sekte Yan, sebuah tempat dirancang khusus untuk latihan intensif dengan fasilitas canggih. Ia memulai latihan dengan meditasi mendalam, duduk dalam posisi lotus, fokus pada pernapasan dan aliran energi di dalam tubuhnya. Ia kemudian mengalirkan energi Spiritual Qi ke meridian-nya dengan teknik kultivasi yang telah dipelajari dari Sekte Yan.Selanjutnya, Gu Lang mengerahkan upayanya untuk menguasai jurus-jurus baru yang telah dipelajari. Ia berlatih pukulan dan tendangan dengan kekuatan penuh, menggunakan teknik seperti Pukulan 9 Matahari, Langkah Awan, dan Pedang Dewa Pembantaian. Gerakannya semakin cepat dan akurat, menghasilkan ledakan energi yang menggema di dalam ruangan.Untuk menghadapi tantangan di dunia atas, Gu Lang menyadari pentingnya memahami perbedaan tingkatan kekuatan kultivator di dunia ini. Tingkatan kekuatan di dunia atas berbeda dari yang ada di dunia bawah, terdiri dari:Kultivator Fase Awal: Tingkat paling d
Di dalam Gedung Misi Sekte Yan, suasana tampak sibuk dengan para kultivator yang mengakses papan misi dan berdiskusi dengan sesama anggota sekte. Gu Lang dan ketiga temannya, yang telah menjadi akrab selama waktu mereka di sekte, memasuki ruang utama Gedung Misi. Ruangan tersebut dipenuhi dengan berbagai pengumuman misi yang tergantung di dinding, dan meja-meja di sekelilingnya dipenuhi dengan kultivator yang sedang mencari misi untuk diambil.Gu Lang memimpin kelompoknya menuju meja pendaftaran misi, di mana seorang petugas misi sedang duduk di belakang meja. Petugas tersebut, seorang pria berusia sekitar lima puluh tahun dengan aura tenang, memandang mereka dengan minat. Gu Lang memperlihatkan beberapa formulir yang telah diisi dan memulai percakapan.“Selamat pagi, kami ingin mengambil misi yang tertera di papan,” kata Gu Lang dengan suara tegas. “Kami tertarik pada misi menuju Xuanzhong.”Petugas itu memeriksa formulir dan kemudian melihat daftar misi yang tersedia. “Misi ke Xuanz
Setelah menghadapi berbagai tantangan selama perjalanan, Gu Lang dan dua temannya, Wang Jun dan dua teman lainnya, akhirnya tiba di Xuanzhong. Kota ini terkenal dengan arsitekturnya yang megah dan suasana yang sibuk. Mereka langsung menuju Paviliun Baibao, tempat yang dikenal sebagai pusat informasi.Wang Jun, salah satu teman Gu Lang yang merupakan anak dari pemilik Paviliun Baibao di kota Xuanzhong, memandu mereka ke dalam gedung besar yang dipenuhi rak-rak berisi gulungan dan buku. Di meja-meja, orang-orang sibuk berdiskusi sambil mencari informasi."Selamat datang di Paviliun Baibao," kata Wang Jun sambil memperkenalkan Gu Lang dan teman-temannya. "Kita bisa mencari informasi yang kita butuhkan di sini."Gu Lang menjelaskan pencariannya dan menggambarkan ayahnya. Wang Jun mendengarkan dengan penuh perhatian. "Ada sebuah acara penting yang diadakan di kompleks istana beberapa bulan lalu," katanya. "Tamu pada acara itu tampaknya mirip dengan deskripsi tentang ayah Anda."Wang Jun ke
Gu Lang, yang tidak bisa lagi menahan kemarahan dan kesedihannya melihat penderitaan ayah dan ibunya, akhirnya muncul dari tempat persembunyiannya. Dia melangkah maju dengan penuh tekad, melintasi kerumunan yang memandangnya dengan keheranan. Suara gemuruh mulai menyebar di antara orang-orang yang hadir saat mereka menyadari sosok yang mencolok sedang mendekat.Gu Xing Yan, yang sedang berlutut dan merasa tertekan, mendongak dengan mata terbelalak saat melihat sosok yang sangat dikenalnya—putranya, Gu Lang, muncul di depan umum. Wajah Gu Xing Yan berubah dari penuh kesedihan menjadi ekspresi terkejut yang mendalam. Hatinya bergetar karena campuran rasa lega dan keterkejutan."Gu Lang...?" desah Gu Xing Yan dengan suara penuh keheranan dan harapan. Matanya tidak percaya bahwa putranya, yang dia kira telah hilang atau bahkan mati, berdiri di hadapannya sekarang. "Kamu... kamu di sini?"Gu Lang, dengan sikap penuh keberanian dan kemarahan, melangkah mendekat. "Ayah," katanya dengan nada