Dengan semua ketegangan yang terjadi di Sekte Kalajengking Hitam, Gu Lang merasa perlu untuk memperdalam pengetahuannya tentang keberadaan ayahnya, Gu Xing Yan, yang hilang. Menyadari pentingnya pencarian ini, Gu Lang tahu bahwa dia harus bergerak dengan sangat hati-hati untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan. Di perpustakaan sekte, Gu Lang menggunakan teknik penyamaran untuk menghindari perhatian. Dia meneliti gulungan dan teks kuno, berusaha menemukan petunjuk tentang ayahnya. Namun, pencariannya tampak sia-sia—tidak ada informasi tentang Gu Xing Yan di dalam arsip sekte. Dokumentasi sejarah sekte tidak mencatat apa pun tentang Gu Xing Yan atau peranannya dalam insiden yang melibatkan sekte. Dengan frustrasi, Gu Lang memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut di tempat lain. Malam berikutnya, Gu Lang menyelinap ke ruang bawah tanah markas sekte, tempat di mana dia menemukan pintu tersembunyi yang mengarah ke sebuah ruangan rahasia. Di dalam ruangan tersebut, Gu
Di dataran luas yang menghadap ke pegunungan, lima tetua dari sekte-sekte besar berkumpul di sebuah lingkaran magis. Mereka mempersiapkan pembukaan Portal Surga, gerbang yang akan menghubungkan dunia biasa dengan arena pertandingan legendaris yang dikenal sebagai Surga Hunyuan. Di antara mereka, perwakilan dari lima sekte besar berkumpul. Sekte Naga Biru: Sekte terkuat di dunia, dikenal karena kekuatan tempur dan teknik bertarung mereka yang sangat canggih. Mereka memiliki kekuatan magis dan fisik yang tidak tertandingi. Sekte Burung Surgawi: Sekte kedua terkuat, ahli dalam teknik terbang dan serangan dari udara. Mereka menguasai elemen angin dan teknik bertarung yang cepat dan sulit diprediksi. Sekte Kalajengking Hitam: Terkenal dengan keahlian mereka dalam teknik racun dan pembunuhan diam-diam. Mereka unggul dalam seni pembunuhan dan teknik menyusup yang mematikan. Sekte Dewa Obat: Mengkhususkan diri dalam alkimia dan pengobatan. Mereka dikenal karena kemampuan mereka membuat p
Di hutan lebat Surga Hunyuan, sebuah kelompok besar penyusup bergerak dengan hati-hati, menutupi identitas mereka dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuh mereka. Jumlah mereka lebih dari sepuluh, dan meskipun tidak ada yang tahu siapa mereka, tujuan mereka sangat jelas: mencuri sebanyak mungkin aura leluhur dari pertandingan.Sementara itu, di arena pertandingan, peserta mengalami gangguan besar. Aura leluhur yang biasanya melimpah tiba-tiba menjadi sangat tidak stabil. Beberapa peserta terjebak dalam jebakan mematikan atau diserang oleh makhluk-makhluk misterius. Suara benturan dan teriakan menggema saat mereka berjuang melawan ancaman yang datang dari segala arah.Di tengah hutan, seorang peserta, Lin Mei, berusaha mengumpulkan aura leluhur di sebuah area yang tampaknya aman. Tiba-tiba, sekelompok penyusup muncul dari kegelapan, menyerang Lin Mei dan beberapa peserta lain secara brutal."Jangan biarkan mereka mendapatkan aura leluhur ini!" teriak salah satu penyusup dengan su
**Bagian XIX: Pengorbanan Liu Chen****Kehancuran Kelompok Liu Chen**Dalam hutan Surga Hunyuan yang gelap, kekacauan memuncak. Liu Chen kini adalah satu-satunya anggota kelompoknya yang tersisa. Para penyusup yang misterius, dengan jumlah yang tak terhitung, terus menerus menyerang dan mengganggu. Pengikut Liu Chen, yang sebelumnya berjuang mati-matian, kini terpaksa menjadi korban. Dengan wajah yang tampak penuh kecemasan dan kepanikan, Liu Chen berusaha melawan penyusup yang mengelilinginya. Dia merasa bahwa waktu semakin sempit dan tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri. "Kita harus bertahan! Jangan biarkan mereka menang!" teriak Liu Chen, berusaha memberikan semangat pada pengikutnya yang tersisa.**Pengorbanan dan Strategi**Liu Chen, dalam desperation-nya, memutuskan untuk menggunakan strategi yang sangat berisiko. Dia memerintahkan beberapa pengikutnya yang tersisa untuk membentuk barikade dengan menggunakan tubuh mereka sebagai tameng, sementara dia sendiri melarikan diri
Ketika para peserta berkumpul di sekitar altar, para tetua dari kelima sekte yang mengawasi pertandingan dari tempat tinggi di arena pertandingan mulai merasakan adanya gangguan. Energi yang memancar dari altar telah menjadi semakin kuat, dan ketidakteraturan dalam pertandingan mulai mengganggu perhatian mereka. Di antara para tetua, Ketua Sekte Naga Biru, seorang pria tua dengan aura mengesankan dan wajah serius, memandang ke arah altar dengan penuh perhatian. "Ada sesuatu yang tidak beres," kata Ketua Sekte Naga Biru kepada tetua lainnya. "Energi yang terpancar dari altar ini tidak biasa dan tampaknya melampaui batasan yang diizinkan." Ketua Sekte Naga Biru mengeluarkan Giok Komunikasi yang bersinar dengan cahaya biru. Giok ini adalah alat komunikasi yang memungkinkan penggunanya membuat proyeksi dirinya di tempat yang dia ingankan, dan berbicara. Beberapa saat kemudian, tampak seorang penyusup yang mengenakan jubah hitam, yang jelas merupakan salah satu dari klan iblis, muncu
Ketika Gu Lang menyaksikan lentera Iblis yang memancarkan cahaya merah menakutkan dari bawah altar, bisikan Luo Luo kembali bergema di pikirannya. “Gu Lang, lentera Iblis adalah artefak yang sangat kuat dan berbahaya. Itu dapat menyerap energi dan bahkan mempengaruhi pikiran. Jika dibiarkan, bisa menghancurkan seluruh area dan membunuh banyak orang. Kamu harus berhati-hati.”Gu Lang, yang sebelumnya hanya penasaran dengan apa yang terjadi, kini merasa ngeri dengan informasi tersebut. “Aku harus segera bertindak. Jika tidak, banyak nyawa akan melayang.”Para peserta yang memiliki kekuatan terkuat, termasuk beberapa anggota sekte terkemuka dan ahli formasi, maju dengan tekad untuk menghentikan ritual. Mereka mengarahkan energi mereka ke altar dan mencoba berbagai teknik untuk memblokir atau menghancurkan lentera Iblis.Salah satu ahli formasi, seorang pria bertubuh kekar bernama Liu Zhen, maju dengan penuh keberanian. Ia membentuk formasi pelindung di sekitar altar, mencoba menghalangi
Di tengah-tengah pertempuran yang berkecamuk, sebuah kilatan cahaya yang mempesona muncul dari tubuh Bing Yan. Dalam kesulitan dan kekacauan yang melanda Surga Hunyuan, kekuatan tersembunyi dari gadis itu mulai bangkit. Bing Yan, yang sebelumnya tampak lemah dan tersisih, tiba-tiba dikelilingi oleh aura api yang bersinar terang.Dari dalam tubuh Bing Yan, muncul sosok phoenix suci yang megah. Burung mitos itu melayang di udara dengan sayap berapi dan mata yang berkilauan seperti bintang. Suara teriakan phoenix itu menggemparkan seluruh arena, membawa semangat baru ke dalam pertempuran.“Ini... Phoenix Suci!” teriak salah satu penjaga sekte dengan penuh kekaguman. “Tidak pernah aku melihat kekuatan seperti ini sebelumnya!”Dengan kebangkitan Phoenix Suci, kekuatan Bing Yan melonjak secara dramatis. Cahaya api dari phoenix menyelimuti tubuhnya, dan energi yang sebelumnya terpendam dalam dirinya kini terbangkitkan sepenuhnya. Bing Yan, yang kini memiliki kekuatan luar biasa, melawan para
Elder Wu Han dan para tetua sekte Burung Surgawi berdiskusi intensif mengenai penemuan identitas Bing Yan. Dalam rapat yang penuh ketegangan, mereka menyusun rencana untuk menangani situasi ini dan memanfaatkan informasi yang baru saja diperoleh.“Bing Yan harus dibawa ke sini segera,” ujar Elder Wu Han. “Kita tidak bisa membiarkan situasi ini berlarut-larut. Keluarga kerajaan harus dihubungi untuk memastikan identitasnya dan menentukan langkah selanjutnya.”Ketua Sekte Naga Biru, dengan nada serius, menambahkan, “Namun, kita harus berhati-hati. Jika Bing Yan ternyata benar-benar anggota keluarga kerajaan, maka hal ini akan memengaruhi banyak pihak, termasuk sekte-sekte besar lainnya. Kita perlu memastikan bahwa langkah kita tidak memicu konflik lebih lanjut.”Sementara itu, di dalam Surga Hunyuan, pertarungan berlanjut dengan intensitas yang semakin meningkat. Para peserta yang tersisa berjuang keras melawan para penyusup klan iblis yang masih aktif. Gu Lang dan Bing Yan terus bekerj
Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala
Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil
Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras
Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na
Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu
Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip
Setelah memastikan orang tuanya menetap dengan baik di desa kecil itu, Gu Lang kembali ke Sekte Yan untuk berpamitan dengan teman-temannya. Momen itu terasa emosional baginya, karena dia tahu perjalanan selanjutnya tidak akan mudah, dan mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum dia bisa kembali.Di kamar Gu Lang, teman-teman Gu Lang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal. Wang Jun, berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan serius. “Gu Lang, aku tidak percaya kamu benar-benar akan pergi. Kami semua akan merindukanmu.”“Ya, aku juga akan merindukan kalian,” jawab Gu Lang, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tapi ini adalah jalanku. Aku harus menemukan cara untuk melindungi kita semua dari ancaman yang mungkin datang.”Tuan Muda Feng, salah satu teman Gu Lang lainnya, menepuk bahunya. “Kami tahu kamu kuat, Gu Lang. Jangan ragu untuk kembali jika kamu butuh bantuan. Kami akan selalu ada di sini.”“Terima kasih, teman-teman. Aku akan ingat itu,” Gu Lang tersenyum, meskipun hatiny
Kabar tentang kehancuran klan Shu menyebar dengan cepat di seluruh kota Xuanzhong, mengguncang komunitas dan menggantikan suasana tenang dengan ketegangan yang mendalam. Warga kota berkumpul di pasar, di tepi jalan, dan di kedai minuman, membicarakan insiden yang tidak terbayangkan itu. Mereka berbisik dengan penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, saling bertukar informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah kamu sudah mendengar? Klan Shu musnah dalam semalam!” seru seorang pedagang, suaranya bergetar dengan ketegangan. “Semua anggota klan, termasuk tuan muda Shu Baicao, ditemukan tewas di kediaman mereka!” Seorang wanita yang sedang membeli sayur terkejut dan menjawab, “Bagaimana bisa itu terjadi? Klan Shu adalah salah satu klan terkuat di kota ini! Siapa yang berani melakukannya?” “Tidak ada yang tahu, tetapi ada desas-desus bahwa itu adalah tindakan balas dendam,” kata seorang pria berusia paruh baya. “Klan Shu telah banyak musuh, terutama setelah konflik dengan klan lain
Keluarga Shu IPada malam itu, kediaman Keluarga Shu masih sangat tenang bahkan penjaga di sekitar gapura terlihat menikmati minuman sambil tertawa dan memainkan permainan kartu.Namun pada detik-detik berikutnya, udara dingin seperti menyapu wilayah itu membuat bulu kuduk berdiri."Apa kalian merasa ada yang aneh?" tanya seorang penjaga.Sejenak permainan kartu berhenti karena pertanyaan tersebut. Sayangnya yang lain menganggap hal ini wajar dan malah menertawakannya."Tidak ada yang aneh. Kau pasti sedang mencari alasan karena akan kalah dalam permainan." Tawa mereka menggema. Penjaga yang merasakan prasangka buruk pun hanya mencebikkan bibir kemudian memperbaiki posisi duduknya."Sekarang giliranku, kan? Aku akan ...."Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, satu energi kekuatan melesat dari kegelapan menghancurkan meja permainan mereka. mereBang!Seketika semua kartu terbang berhamburan. Meja terbalik dan lima penjaga yang sedang bermain jatuh tersungkur."Kurang ajar! Siapa yang