Bong Quan pun mengangguk patuh kemudian duduk bersila dan membaca buku pemberian Gu Lang, sambil menunggu Gu Lang selesai dengan urusannya.Gu Lang melesat secepat kilat menggunakan langkah awan, membuat kedua penjaga gerbang itu kebingungan karena merasakan adanya hembusan angin namun hanya sekelebat saja, tapi mereka juga tak melihat adanya sesuatu yang mencurigakan sehingga mereka pun memilih untuk tidak memperdulikannya.Di dalam kediaman Xiao San..."Kak, apa Gu Lang benar-benar akan kembali dengan selamat?" tanya Bingyan pada Mu Yue.Sejak kepergian Gu Lang, mereka memang tinggal di tempat Xiao San, bersama dengan tetua Agung untuk menjaga Xiao San seperti permintaan Gu Lang sebelum dia pergi."Tenanglah. Bocah itu sangat kuat, jauh lebih kuat dari yang kita duga. Jadi kau tak perlu mencemaskannya, Bingyan." Mu Yue mengelus pelan puncak kepala sang adik untuk menenangkannya, meskipun dia tak tau kenapa adiknya yang biasanya cuek dan tak pernah perduli pada orang-orang disekitarn
"Ssst..." Gu Lang menunjuk ke arah jendela, dimana dia merasakan adanya aura beberapa orang yang tadi mereka temui di lantai bawah.Mereka bertiga pun saling melempar pandang, kemudian mengangguk bersamaan dan berpura-pura pingsan demi mengelabuhi orang-orang itu.Dan benar saja, beberapa saat kemudian beberapa orang yang tadinya berada di atas atap, kini tengah mengintip ke dalam ruangan demi memastikan kondisi ketiga target mereka di dalam sana.satu dari tiga orang-orang itu pun memberikan kode, dan mereka semua segera menerobos masuk ke dalam kamar.Pemimpin komplotan itu tertawa senang, "Sudah lama sekali kita tak mendapatkan mangsa empuk seperti ini. Cepat ambil semua barang berharga mereka. Jangan lupakan cincin penyimpanan tuan muda bodoh itu juga, pasti isinya adalah benda-benda berharga.""Baik!"Saat salah seorang dari mereka baru saja mendekat dan menyentuh jari Gu Lang, dimana cincin penyimpanan itu tersemat, justru tiba-tiba terjatuh ke lantai dengan keras."Hey, kau kena
Gu Lang teringat dengan penjelasan yang pernah Gu Lang asli baca, tentang berbagai tubuh suci yang ditakuti oleh banyak orang, tapi juga menjadi incaran banyak pihak karena dianggap sebagai sebuah ancaman.Di sebuah tempat yang sangat jauh dari tempat Gu Lang berada..."Sang phoenix suci sudah muncul." Seorang pria paruh baya tampak mwnyunggingkan senyum manis diwajahnya, "Cari snag Phoenix suci, sebelum mereka lebih dulu menemukannya!" titahnya dengan bersemangat, pada para bawahannya.Bagimana tidak... sudah beratus-ratus tahun lamanya sang phoenix suci tak kunjung bangkit, bahkam setelah segala usaha yang mereka lakukan. Padahal keturunan keluarganya beberapa generasi sudah cukup banyak, tapi tak ada satupun dari mereka yang merupakan wadah bagi phoenix suci.Tapi kini tiba-tiba saja aura sang phoenix suci muncul, tapi ditempat yang sangat jauh daru tempat mereka."Maaf ketua, tapi siapa yang menjadi wadah bagi sang Phoenix suci? Bukankah ketua tak memiliki anak selain kesepuluh tua
Tangan Gu Lang terkepal erat, giginya bergemertak menahan amarah. "Kalajengking hitam? Mungkinkah ini hanya sebuah kebetulan?" gumamnya lirih. Bong Quan menggeleng pelan, "Tidak. Dia bilang monster kalajengking hitam itu dikendalikan oleh seseorang," ucapnya, "Sekarang, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Apa yang akan kita lakukan?" Gu Lang berpikir sejenak. Dia tau, kemampuannya saat ini masih jauh dari kata cukup untuk berhadapan langsung dengan orang-orang itu. Jangankan dirinya, bahkan monster sekuat naga bumi saja sampai sekarat dibuatnya. Meski monster naga bumi itu di serang saat ia dalam kondisi terluka, dia tetaplah monster naga bumi dengan kekuatan yang jauh berada di atasnya. Jadi musuh yang akan dia hadapai, pastilah lebih kuat darinya. "Meningkatkan kekuatan secepat mungkin!" "Meningkatkan kekuatan dengan cepat? Kau membuatnya terdengar sangat mudah," ujar Bing Yan yang mengira Gu Lang tengah membercandainya. Gu Lang menatap ke arah induk naga bumi dan
Air dingin menghantam wajahnya, membuatnya kesulitan bernapas. Tak behenti sampai di situ, tiba-tiba saja seekor makhluk berbisa muncul dari lumpur di dasar sungai. Dia menyemburkan racun dan mencoba menyerangnya. Gu Lang menggunakan jurus Pukulan 9 Matahari, mengerahkan energi dari seluruh tubuhnya ke dalam satu pukulan kuat yang menembus lumpur dan membuat makhluk-makhluk itu terlempar ke samping. Dengan refleks tajam, ia menghindari racun yang menyembur, dan memanfaatkan teknik Langkah Awan untuk bergerak lincah di bawah air. Meski sedikit sulit menggunakan langkah awan di air, namun itu masih berguna. Setiap gerakan yang diambilnya menghindari serangan makhluk tersebut dan memastikan posisinya tetap aman. Akhirnya, Gu Lang menemukan cincin yang hilang dan berenang kembali ke permukaan. Namun wanita itu telah menghilang dalam kabut hitam. Belum sempat Gu Lang selesai dengan kebingungannya, suara yang sangat ia kenal pun terdengar, “Ujian pertama selesai.” Seolah tak meng
Gu Lang melancarkan serangan yang sangat kuat dan cepat untuk membelah makhluk tersebut menjadi fragmen-fragmen kecil. Setelah itu, ia menggunakan Pukulan 9 Matahari untuk menghancurkan bagian-bagian dari makhluk yang masih bergerak. Makhluk itu berusaha melawan dengan energi gelapnya, menciptakan gelombang serangan yang kuat. Gu Lang bergerak lincah dengan Langkah Awan, menghindari serangan-serangan mematikan dan tetap fokus pada tujuan akhirnya—mengalahkan makhluk tersebut. Setelah pertarungan yang sangat melelahkan, Gu Lang berhasil menghancurkan makhluk itu sepenuhnya, dan ruangan menjadi tenang. Dengan keberhasilan mengalahkan makhluk terakhir, altar di tengah ruangan terbuka, mengungkapkan sebuah kotak yang bersinar dengan kekuatan mistis. Gu Lang mendekati kotak itu dengan hati-hati dan menggunakan kunci yang telah didapatkannya untuk membukanya. Begitu kotak terbuka, sebuah cahaya terang menyinari ruangan, dan Gu Lang merasakan energi yang kuat mengalir ke dalam dirinya.
Gu Lang duduk di depan altar, membuka buku besar dengan hati-hati. Halaman-halaman buku itu berisi tulisan-tulisan kuno dan diagram-diagram rumit yang membuatnya terpesona sekaligus tertekan. Setiap simbol dan notasi tampak seperti teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan. “Bagaimana cara aku memulai?” gumam Gu Lang dengan suara penuh keputusasaan. Ia memandang halaman pertama, yang dipenuhi dengan skrip yang tampak seperti huruf-huruf yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. “Mungkin ini adalah kunci untuk memahami teknik yang lebih dalam… tapi, apa artinya semua ini?” Dengan penuh tekad, Gu Lang mulai mempelajari simbol-simbol di halaman pertama. Ia mencatat setiap pola, mencoba mencari hubungan antara simbol-simbol tersebut. Setiap kali ia merasa dekat untuk memahami satu elemen, ia menghadapi hambatan baru—terjemahan yang membingungkan atau diagram yang tidak sesuai dengan harapannya. Jam demi jam berlalu dengan intensitas yang mendalam. Ruangan menjadi semakin gelap dengan mat
Dengan array tingkat 1 yang berhasil dibuat, Gu Lang merasa keyakinannya kembali pulih. Ia memandang array yang bersinar dengan penuh rasa bangga dan antusiasme. Setiap simbol di dalam array memancarkan energi yang lembut namun kuat, dan Gu Lang bisa merasakan kekuatan mistis yang terakumulasi di dalamnya. "Sekarang, mari kita coba!" Gu Lang memutuskan untuk menguji kekuatan array yang baru saja ia buat. Dengan penuh konsentrasi, ia menempatkan energi ke dalam array menggunakan teknik yang telah dipelajarinya. Ia mengarahkan kuas usangnya dengan gerakan hati-hati, menyalurkan energi ke setiap simbol yang ada. Seiring dengan aliran energi yang mengisi array, ruangan di sekitar Gu Lang mulai bergetar dengan lembut. Cahaya dari array semakin intens, dan suara berdesir yang berasal dari energi yang aktif mengisi udara. Gu Lang memperhatikan dengan penuh perhatian saat array mulai memancarkan gelombang energi yang terarah, mengarahkan energi ke titik-titik yang telah ditentukan. “Ku