Gu Lang teringat dengan penjelasan yang pernah Gu Lang asli baca, tentang berbagai tubuh suci yang ditakuti oleh banyak orang, tapi juga menjadi incaran banyak pihak karena dianggap sebagai sebuah ancaman.Di sebuah tempat yang sangat jauh dari tempat Gu Lang berada..."Sang phoenix suci sudah muncul." Seorang pria paruh baya tampak mwnyunggingkan senyum manis diwajahnya, "Cari snag Phoenix suci, sebelum mereka lebih dulu menemukannya!" titahnya dengan bersemangat, pada para bawahannya.Bagimana tidak... sudah beratus-ratus tahun lamanya sang phoenix suci tak kunjung bangkit, bahkam setelah segala usaha yang mereka lakukan. Padahal keturunan keluarganya beberapa generasi sudah cukup banyak, tapi tak ada satupun dari mereka yang merupakan wadah bagi phoenix suci.Tapi kini tiba-tiba saja aura sang phoenix suci muncul, tapi ditempat yang sangat jauh daru tempat mereka."Maaf ketua, tapi siapa yang menjadi wadah bagi sang Phoenix suci? Bukankah ketua tak memiliki anak selain kesepuluh tua
Tangan Gu Lang terkepal erat, giginya bergemertak menahan amarah. "Kalajengking hitam? Mungkinkah ini hanya sebuah kebetulan?" gumamnya lirih. Bong Quan menggeleng pelan, "Tidak. Dia bilang monster kalajengking hitam itu dikendalikan oleh seseorang," ucapnya, "Sekarang, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Apa yang akan kita lakukan?" Gu Lang berpikir sejenak. Dia tau, kemampuannya saat ini masih jauh dari kata cukup untuk berhadapan langsung dengan orang-orang itu. Jangankan dirinya, bahkan monster sekuat naga bumi saja sampai sekarat dibuatnya. Meski monster naga bumi itu di serang saat ia dalam kondisi terluka, dia tetaplah monster naga bumi dengan kekuatan yang jauh berada di atasnya. Jadi musuh yang akan dia hadapai, pastilah lebih kuat darinya. "Meningkatkan kekuatan secepat mungkin!" "Meningkatkan kekuatan dengan cepat? Kau membuatnya terdengar sangat mudah," ujar Bing Yan yang mengira Gu Lang tengah membercandainya. Gu Lang menatap ke arah induk naga bumi dan
Air dingin menghantam wajahnya, membuatnya kesulitan bernapas. Tak behenti sampai di situ, tiba-tiba saja seekor makhluk berbisa muncul dari lumpur di dasar sungai. Dia menyemburkan racun dan mencoba menyerangnya. Gu Lang menggunakan jurus Pukulan 9 Matahari, mengerahkan energi dari seluruh tubuhnya ke dalam satu pukulan kuat yang menembus lumpur dan membuat makhluk-makhluk itu terlempar ke samping. Dengan refleks tajam, ia menghindari racun yang menyembur, dan memanfaatkan teknik Langkah Awan untuk bergerak lincah di bawah air. Meski sedikit sulit menggunakan langkah awan di air, namun itu masih berguna. Setiap gerakan yang diambilnya menghindari serangan makhluk tersebut dan memastikan posisinya tetap aman. Akhirnya, Gu Lang menemukan cincin yang hilang dan berenang kembali ke permukaan. Namun wanita itu telah menghilang dalam kabut hitam. Belum sempat Gu Lang selesai dengan kebingungannya, suara yang sangat ia kenal pun terdengar, “Ujian pertama selesai.” Seolah tak meng
Gu Lang melancarkan serangan yang sangat kuat dan cepat untuk membelah makhluk tersebut menjadi fragmen-fragmen kecil. Setelah itu, ia menggunakan Pukulan 9 Matahari untuk menghancurkan bagian-bagian dari makhluk yang masih bergerak. Makhluk itu berusaha melawan dengan energi gelapnya, menciptakan gelombang serangan yang kuat. Gu Lang bergerak lincah dengan Langkah Awan, menghindari serangan-serangan mematikan dan tetap fokus pada tujuan akhirnya—mengalahkan makhluk tersebut. Setelah pertarungan yang sangat melelahkan, Gu Lang berhasil menghancurkan makhluk itu sepenuhnya, dan ruangan menjadi tenang. Dengan keberhasilan mengalahkan makhluk terakhir, altar di tengah ruangan terbuka, mengungkapkan sebuah kotak yang bersinar dengan kekuatan mistis. Gu Lang mendekati kotak itu dengan hati-hati dan menggunakan kunci yang telah didapatkannya untuk membukanya. Begitu kotak terbuka, sebuah cahaya terang menyinari ruangan, dan Gu Lang merasakan energi yang kuat mengalir ke dalam dirinya.
Gu Lang duduk di depan altar, membuka buku besar dengan hati-hati. Halaman-halaman buku itu berisi tulisan-tulisan kuno dan diagram-diagram rumit yang membuatnya terpesona sekaligus tertekan. Setiap simbol dan notasi tampak seperti teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan. “Bagaimana cara aku memulai?” gumam Gu Lang dengan suara penuh keputusasaan. Ia memandang halaman pertama, yang dipenuhi dengan skrip yang tampak seperti huruf-huruf yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. “Mungkin ini adalah kunci untuk memahami teknik yang lebih dalam… tapi, apa artinya semua ini?” Dengan penuh tekad, Gu Lang mulai mempelajari simbol-simbol di halaman pertama. Ia mencatat setiap pola, mencoba mencari hubungan antara simbol-simbol tersebut. Setiap kali ia merasa dekat untuk memahami satu elemen, ia menghadapi hambatan baru—terjemahan yang membingungkan atau diagram yang tidak sesuai dengan harapannya. Jam demi jam berlalu dengan intensitas yang mendalam. Ruangan menjadi semakin gelap dengan mat
Dengan array tingkat 1 yang berhasil dibuat, Gu Lang merasa keyakinannya kembali pulih. Ia memandang array yang bersinar dengan penuh rasa bangga dan antusiasme. Setiap simbol di dalam array memancarkan energi yang lembut namun kuat, dan Gu Lang bisa merasakan kekuatan mistis yang terakumulasi di dalamnya. "Sekarang, mari kita coba!" Gu Lang memutuskan untuk menguji kekuatan array yang baru saja ia buat. Dengan penuh konsentrasi, ia menempatkan energi ke dalam array menggunakan teknik yang telah dipelajarinya. Ia mengarahkan kuas usangnya dengan gerakan hati-hati, menyalurkan energi ke setiap simbol yang ada. Seiring dengan aliran energi yang mengisi array, ruangan di sekitar Gu Lang mulai bergetar dengan lembut. Cahaya dari array semakin intens, dan suara berdesir yang berasal dari energi yang aktif mengisi udara. Gu Lang memperhatikan dengan penuh perhatian saat array mulai memancarkan gelombang energi yang terarah, mengarahkan energi ke titik-titik yang telah ditentukan. “Ku
Gu Lang dan Bing Yan melanjutkan perjalanan mereka dari terowongan beracun dengan langkah yang lebih berhati-hati. Suasana di sekitar mereka semakin gelap dan mencekam, dan medan yang mereka lewati menjadi semakin sulit. Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah lembah yang curam, di mana sebuah jembatan tua yang tampak hampir runtuh membentang di atas jurang yang dalam. Jembatan itu terbuat dari papan-papan kayu yang telah usang dan retak, dengan beberapa bagian yang tampaknya hampir tidak menempel pada penyanggaannya. Gu Lang dan Bing Yan berdiri di tepi jembatan, menilai situasi dengan hati-hati. “Jembatan ini tampaknya sangat tidak aman,” kata Bing Yan sembari memandang jembatan tua di hadapannya itu dengan ragu. “Bagaimana kita bisa melewati ini?” Gu Lang memeriksa jembatan dengan seksama. “Kita harus hati-hati. Jembatan ini mungkin rapuh, tapi kita harus mencoba untuk melintasinya. Aku akan memperkuatnya sementara kau melewatinya lebih dulu.” Saat Gu Lang me
Setelah melewati reruntuhan batu, Gu Lang dan Bing Yan melanjutkan perjalanan mereka melalui hutan yang semakin rapat. Malam semakin larut, dan suasana semakin suram. Mereka akhirnya sampai di depan sebuah kuil kuno yang tersembunyi di balik tirai hutan lebat. Kuil itu tampak sangat tua dan tertutup lumut, dengan patung-patung dewa yang tampaknya menatap dengan tatapan dingin dari pintunya yang tertutup rapat. “Ini tampaknya tempat yang sangat tua dan misterius,” kata Bing Yan, mengamati kuil dengan penuh rasa ingin tahu. “Apa yang kita cari di sini?” “Entah,” jawab Gu Lang sambil memandang kuil. “Tapi kita harus memeriksa lebih jauh. Ada sesuatu yang penting di dalam kuil ini.” Saat mereka melangkah masuk ke dalam kuil, suasana di dalamnya terasa sangat gelap dan lembap. Ruangan dalam kuil dipenuhi dengan patung-patung dan simbol-simbol kuno, sementara dindingnya dipenuhi dengan tulisan-tulisan misterius. Gu Lang dan Bing Yan baru saja mulai mengeksplorasi ketika mereka mend
Di tengah reruntuhan dan kepanikan yang menyelimuti Sekte Gelap, Gu Lang berdiri dengan tegas, mengawasi sisa-sisa kekuatan yang dulunya mengancam dunia. Dengan Pedang Dewa yang bersinar di tangannya, dia merasakan kekuatan yang begitu besar mengalir dalam dirinya, kekuatan yang ingin dia gunakan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah dan memperbaiki. Gu Lang menatap anggota Sekte Gelap yang tersisa—beberapa tergeletak lemas di tanah, sementara yang lain hanya bisa menatap dengan ketakutan. “Dengarkan aku!” suaranya menggema dengan wibawa. “Kalian telah berada di jalan yang salah, terjebak dalam kegelapan yang tidak akan membawa kalian ke mana-mana. Namun, hari ini adalah kesempatan kedua untuk memilih jalan yang benar!” Kata-katanya menembus hati mereka. Banyak dari mereka yang, meski terlahir dalam Sekte Gelap, selalu merindukan keadilan dan kebenaran. Satu per satu, mereka mulai bangkit, meski ragu, namun terdorong oleh keyakinan Gu Lang. Mereka ingin memperbaiki kesala
Pertempuran berlangsung sengit ketika tiba-tiba suasana berubah. Suara langkah berat bergema, menggetarkan tanah, dan mengalihkan perhatian Gu Lang dan Qian Yu. Di tengah kerumunan musuh, seorang pria tinggi muncul, mengenakan jubah hitam yang berkilauan, menandakan bahwa dia adalah pemimpin Sekte Gelap. Aura kekuatan yang menakutkan memancar dari dirinya, mengubah suasana menjadi mencekam. “Cukup!” teriak pemimpin Sekte Gelap, suaranya dalam dan penuh kekuasaan. “Kalian berani melawan Sekte Gelap? Aku tidak akan membiarkan kalian hidup!” Gu Lang dan Qian Yu saling berpandangan, mengerti bahwa situasi kini semakin berbahaya. Mereka bisa merasakan tekanan luar biasa yang berasal dari sosok itu. “Siapa kau?” tanya Gu Lang dengan berani, berusaha menjaga ketenangan meski jantungnya berdebar kencang. “Aku adalah Zhen Tian, Ketua Sekte Gelap,” jawab pria itu, menatap Gu Lang dengan mata tajam. “Dan aku di sini untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku. Pedang Dewa itu mil
Gu Lang berdiri tegak di hadapan Pedang Dewa yang bersinar, merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. Luo Luo dan Qian Yu memperhatikannya dengan penuh harapan, mengetahui bahwa momen ini adalah titik balik dalam perjalanan Gu Lang. Dengan tekad yang menggebu, Gu Lang menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Sinar pedang memancarkan cahaya yang semakin terang, seakan merespons kehadiran Gu Lang. Dia bisa merasakan aura pedang yang mengalir ke dalam dirinya, menghubungkan jiwanya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dalam pikirannya, dia mengingat semua latihan yang telah dilaluinya, setiap pelajaran yang diterimanya, dan semua pengorbanan yang telah dia buat untuk mencapai titik ini. "Ini adalah kesempatan untuk menyatukan kekuatanku dengan Pedang Dewa," bisiknya dalam hati. “Aku tidak akan membiarkan ini menjadi sia-sia.” Saat dia meraih gagang pedang, Gu Lang merasakan getaran yang kuat. Energi Pedang Dewa mulai mengalir ke dalam jiwanya, dan dalam sekejap, dia meras
Beberapa bulan setelah Gu Lang dan Qian Yu melanjutkan pelatihan mereka, situasi di luar lembah yang tenang itu mulai berubah. Sekte Gelap, yang sebelumnya tidak mengetahui lokasi Gu Lang, kini berhasil menemukan jejaknya. Mereka yakin bahwa Gu Lang memiliki "benda" yang sangat mereka inginkan — suatu artefak legendaris yang diyakini bisa memberikan kekuatan luar biasa kepada siapa pun yang mengendalikannya.Di sebuah markas rahasia yang terpencil, para pemimpin Sekte Gelap berkumpul. Wajah mereka serius, dengan aura gelap dan menakutkan yang menyelimuti ruangan. Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan dingin, berbicara dengan suara yang rendah namun berwibawa.“Gu Lang telah menjadi ancaman bagi kita dan dia memiliki benda yang kita cari. Kita tidak bisa membiarkannya terus hidup. Kita harus segera bertindak,” katanya. “Kekuatan yang dimilikinya, jika dikombinasikan dengan artefak itu, dapat membawa kehancuran bagi Sekte Gelap jika dia dibiarkan bebas.”“Na
Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dipenuhi berbagai rencana dan harapan. Qian Yu bertekad untuk mempersiapkan Gu Lang dengan segala pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki.“Mari kita mulai pelatihanmu,” kata Qian Yu, memimpin jalan keluar dari Menara Langit. “Setiap langkah yang kita ambil dari sini akan membentuk masa depanmu.”Gu Lang mengangguk, merasa semangatnya terbangkit. Mereka pergi ke area latihan yang luas, di mana cahaya matahari menembus celah-celah pohon, menciptakan suasana yang tenang namun penuh potensi.Qian Yu mulai menjelaskan teknik-teknik dasar yang akan membantu Gu Lang memahami kekuatan alkemis dan keterampilan bertarungnya. “Kamu perlu memahami bahwa kekuatanmu bukan hanya terletak pada seberapa kuat kamu bisa menyerang, tetapi juga seberapa bijak kamu menggunakannya. Kita akan memadukan kekuatan alkimia dan seni bela diri.”Selama beberapa minggu ke depan, Gu
Maaf atas kesalahpahaman itu! Mari kita coba lagi: Begitu Qian Yu membuka matanya, senyumnya merekah saat melihat sosok Luo Luo yang berdiri di hadapannya. “Luo Luo!” serunya, penuh kegembiraan. “Kau masih ingat padaku?” Luo Luo tersenyum lebar, matanya berkilau ceria. “Tentu saja, Paman Qian Yu. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita bertemu.” Ia melangkah maju dan memeluk Qian Yu dengan hangat. Qian Yu merasakan kehangatan persahabatan yang telah terjalin. “Aku tidak menyangka bisa melihatmu lagi di tempat yang begitu indah ini. Ini semua berkat Gu Lang, bukan?” Luo Luo memimpin Gu Lang dan Qian Yu melalui lorong-lorong Menara Langit yang megah. Mereka melewati banyak ruangan yang dipenuhi dengan artefak kuno dan catatan sejarah sekte suci. Namun, kali ini, Luo Luo membawa mereka ke arah yang belum pernah dijelajahi oleh Gu Lang sebelumnya.Setelah pertemuan yang mengharukan dengan Tuan Tua, Gu Lang dan Qian Yu meninggalkan ruangan di Menara Langit dengan pikiran yang dip
Setelah memastikan orang tuanya menetap dengan baik di desa kecil itu, Gu Lang kembali ke Sekte Yan untuk berpamitan dengan teman-temannya. Momen itu terasa emosional baginya, karena dia tahu perjalanan selanjutnya tidak akan mudah, dan mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum dia bisa kembali.Di kamar Gu Lang, teman-teman Gu Lang berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal. Wang Jun, berdiri di tengah kerumunan dengan tatapan serius. “Gu Lang, aku tidak percaya kamu benar-benar akan pergi. Kami semua akan merindukanmu.”“Ya, aku juga akan merindukan kalian,” jawab Gu Lang, mencoba menyembunyikan perasaannya. “Tapi ini adalah jalanku. Aku harus menemukan cara untuk melindungi kita semua dari ancaman yang mungkin datang.”Tuan Muda Feng, salah satu teman Gu Lang lainnya, menepuk bahunya. “Kami tahu kamu kuat, Gu Lang. Jangan ragu untuk kembali jika kamu butuh bantuan. Kami akan selalu ada di sini.”“Terima kasih, teman-teman. Aku akan ingat itu,” Gu Lang tersenyum, meskipun hatiny
Kabar tentang kehancuran klan Shu menyebar dengan cepat di seluruh kota Xuanzhong, mengguncang komunitas dan menggantikan suasana tenang dengan ketegangan yang mendalam. Warga kota berkumpul di pasar, di tepi jalan, dan di kedai minuman, membicarakan insiden yang tidak terbayangkan itu. Mereka berbisik dengan penuh rasa ingin tahu dan ketakutan, saling bertukar informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Apakah kamu sudah mendengar? Klan Shu musnah dalam semalam!” seru seorang pedagang, suaranya bergetar dengan ketegangan. “Semua anggota klan, termasuk tuan muda Shu Baicao, ditemukan tewas di kediaman mereka!” Seorang wanita yang sedang membeli sayur terkejut dan menjawab, “Bagaimana bisa itu terjadi? Klan Shu adalah salah satu klan terkuat di kota ini! Siapa yang berani melakukannya?” “Tidak ada yang tahu, tetapi ada desas-desus bahwa itu adalah tindakan balas dendam,” kata seorang pria berusia paruh baya. “Klan Shu telah banyak musuh, terutama setelah konflik dengan klan lain
Keluarga Shu IPada malam itu, kediaman Keluarga Shu masih sangat tenang bahkan penjaga di sekitar gapura terlihat menikmati minuman sambil tertawa dan memainkan permainan kartu.Namun pada detik-detik berikutnya, udara dingin seperti menyapu wilayah itu membuat bulu kuduk berdiri."Apa kalian merasa ada yang aneh?" tanya seorang penjaga.Sejenak permainan kartu berhenti karena pertanyaan tersebut. Sayangnya yang lain menganggap hal ini wajar dan malah menertawakannya."Tidak ada yang aneh. Kau pasti sedang mencari alasan karena akan kalah dalam permainan." Tawa mereka menggema. Penjaga yang merasakan prasangka buruk pun hanya mencebikkan bibir kemudian memperbaiki posisi duduknya."Sekarang giliranku, kan? Aku akan ...."Sebelum dapat menyelesaikan kalimatnya, satu energi kekuatan melesat dari kegelapan menghancurkan meja permainan mereka. mereBang!Seketika semua kartu terbang berhamburan. Meja terbalik dan lima penjaga yang sedang bermain jatuh tersungkur."Kurang ajar! Siapa yang