Accueil / Pendekar / Giok Langit / Bab 6 : Pertempuran di Desa Qinglan

Share

Bab 6 : Pertempuran di Desa Qinglan

Auteur: Adidan Ari
last update Dernière mise à jour: 2024-12-30 18:39:25

Desa Qinglang jadi gempar karena terkejut dengan kedatangan perwira Kai yang terlalu tiba-tiba. Dua puluh orang berpakaian prajurit lengkap dengan menunggang kuda-kuda gagah, itulah pasukan pimpinan Perwira Kai yang dibawa ke desa Qinglan.

Keadaan semakin gempar ketika perwira itu melukai seorang perempuan yang mereka semua tahu sebagai istri dari Lu Taihiap (Pendekar Lu). Beberapa pemuda mencoba untuk membela Mei Mei, tapi mereka hanya mendapat pukulan yang lebih keras dari bawahan perwira Kai.

Kini, keadaan kembali gempar karena kedatangan Yang Feng yang mengirimkan suara berisi tenaga dalam, membuat suaranya jadi lebih keras beberapa kali lipat.

“Siapa di sini yang dipanggil Perwira Kai?”

Ayam-ayam berkokok dan lari ketakutan. Babi, sapi, kambing, serta hewan-hewan ternak lain merunduk dengan ngeri setelah datang bentakan yang seolah turun dari langit. Tak lama kemudian terdengar ringkik kuda dari salah satu sisi desa, Yang Feng segera menoleh ke sumber suara untuk menemukan sekumpulan kuda sedang tertambat di pohon-pohon sana.

Kiranya itu adalah warung makan yang tak begitu besar tempat rombongan perwira Kai berhenti di sana. kedua puluh prajurit keluar dari tempat itu dipimpin oleh perwira Kai sendiri.

“Akulah orangnya,” jawab perwira Kai dengan pengerahan tenaga dalam pula untuk menunjukkan kemampuannya.

Yang Feng berjalan cepat menghampiri rombongan itu, sama sekali tak ada sikap takut pada setiap langkahnya. Long Wei dan Lu Kwan mengikuti.

Begitu dua kelompok saling berhadapan, orang-orang yang menonton segera tahu kalau sebentar lagi pasti akan terjadi hal buruk. Mereka tergopoh-gopoh masuk rumah untuk bersembunyi atau menjauh sejauh mungkin.

“Kalian para tentara kekaisaran yang seharusnya melindungi rakyat kecil, kenapa justru menindas kami?” ujar Yang Feng yang mukanya sudah memerah karena marah.

Perwira Kai menjawab dengan sikap seorang perwira, kepala sedikit mendongak. “Siapa yang kaumaksud?”

“Wanita yang sudah kausiksa dengan kejam tadi, itu adalah istri sahabatku!”

“Wanita tadi?” Kening perwira Kai mengerut, kemudian pandangannya jatuh kepada Lu Kwan dan menunjuknya. “Aku tahu dia itu istrinya.”

Yang Feng terbelalak dan menatap keduanya bergantian. Namun, ia segera menepis rasa kagetnya untuk kembali mengirim bentakan. “Kalau sudah tahu kenapa kau nekat? Apa kau tak tahu siapa dia? Dia adalah Lu Taihiap, pendekar budiman yang sudah memenggal kepala banyak orang jahat. Andai dunia tahu istrinya diperlakukan tidak adil, yakinlah tubuhmu akan diremukkan oleh para pendekar gagah yang membelanya.”

Akan tetapi, perwira Kai sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Sama sekali.

“Aku sudah membawanya, seperti perjanjian.”

Yang Feng dan Long Wei menoleh ke arah Lu Kwan yang mengatakan itu. Wajah mereka diliputi kebingungan yang tak bisa disembunyikan.

“Apa maksudnya?” Long Wei yang sejak tadi diam kini bersuara.

Wajah Lu Kwan tiba-tiba berubah keras. “Dia adalah Yang Feng, salah satu pemilik Giok Langit.”

“Keparat!” Yang Feng membentak. “Apa maksudmu, bocah?”

Terdengar suara-suara senjata dicabut dari tempatnya disusul teriakan membahana. “Tangkap mereka!” dan pedang perwira Kai membelah angin, menciptakan suara desing tajam menusuk telinga.

Yang Feng yang jadi sasaran memundurkan badan sampai punggungnya hampir menyentuh tanah, kemudian ia menendang lengan perwira Kai yang memegang pedang berbarengan tubuhnya melayang di udara.

“Lawan mereka Wei Ji,” serunya. “Lawan, lawan! Pertahankan nyawamu!”

Long Wei merunduk untuk menghindari serangan golok yang mengarah leher disusul tubuhnya yang bergulingan karena tusukan pedang dari prajurit lain. Begitu bangkit, ia melihat dua orang itu sangat bernafsu untuk merobek perutnya. Tentu saja Long Wei tak bisa membiarkannya begitu saja, dia mencabut pedang pendek dan menebas.

Suara nyaring pertemuan dua senjata terjadi selama beberapa saat sebelum salah satu prajurit berteriak kesakitan karena pedang Long Wei berhasil melukai lehernya.

Di sisi lain, Yang Feng harus menghadapi serbuan empat orang sekaligus yang tak segan-segan mengayun senjata mengarah titik vital.

“Turuti perintah perwiramu, tolol!” ia mengemplang kepala seorang prajurit sampai bergulingan. “Dia menyuruh untuk menangkapku, bukan memenggalku—pergi kau!” dia menangkis serangan golok lain dengan tangan kosong. Golok itu patah seketika.

Sedangkan prajurit yang tersisa masih tak bergerak dan hanya berdiri mengamati.

Lu Kwan tampak saling berbisik dengan perwira Kai. Wajah Lu Kwan diliputi ketakutan sampai tampak pucat, sedangkan perwira Kai kelihatan senang karena terus menyeringai.

“Lu Kwan, apa yang kaulakukan?” Yang Feng menghindar dengan cara melompat tinggi. “Apa mereka mengancammu? Jujurlah!”

Long Wei berhasil menundukkan satu prajurit, sedangkan prajurit yang tersisa ini sungguh lihai. Kemampuannya jauh lebih tinggi dibandingkan prajurit yang tadi ia gores batang lehernya. Long Wei menduga prajurit ini lebih senior dari yang tadi.

Ketika pedang si prajurit terayun, Long Wei melihat lowongan di tulang rusuk sebelah kanan. Dia tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Long Wei maju satu langkah lebih dekat dan menyusulkan tendangan kaki kanan secepat kilat. Seperti dugaan, prajurit itu menebas kaki kanannya. Namun, Long Wei menyeringai karena serangan itu hanyalah tipuan, sedangkan serangan yang mengandung tenaga sepenuhnya adalah pukulan tangan kiri mengarah tulang rusuk.

Kraaakk

“Aaaarrrgghhh!” Prajurit itu memekik kesakitan.

Long Wei menekan leher lawan sampai sebatas pinggang, lalu sraaattt, putuslah kepala itu.

Melihat kematian kawannya, tiga prajurit lain menerjang Long Wei yang tampak semakin girang.

“Datanglah! Akan kuputus kepala kalian seperti miliknya!” Ia menyongsong lawan-lawannya.

Percakapan rahasia antara Lu Kwan dan perwira Kai tampaknya sudah usai. Perwira itu tersenyum makin lebar. “Pendekar Tapak Baja Yang Feng, kusarankan agar kau menyerah dan memberikan Giok Langit itu padaku. Kaisar sangat membutuhkannya.”

Yang Feng menggertakkan gigi. “Aku bersumpah akan melindunginya dengan nyawaku! Lebih baik mati daripada melihat kaisar lalim itu menyentuh giok ini!”

“Kau yang memaksa!” perwira Kai masih menyeringai. “Bunuh saja mereka!” dan sisa-sisa prajurit yang tadi tidak menyerbu kini ikut menyerang.

“Ah, bajingan! Akan kuingat ini, Lu Taihiap!” Yang Feng memelototi Lu Kwan yang membuang muka. “Akan kuingat! Wei Ji, kita mundur.”

Sebenarnya, Yang Feng bisa saja keluar dari pertempuran ini setelah menghabisi mereka semua. Dia adalah pendekar besar dari timur yang berjuluk Tapak Baja, tidak mungkin pengeroyokan dua puluh prajurit ditambah satu perwira itu mampu merepotkannya.

Akan tetapi, kakek ini tak mau ambil risiko. Di sana ada Long Wei yang harus ia lindungi, sedangkan pembawa Giok Langit adalah Long Wei pula. Jika dia terus mengamuk, akan sulit bertarung sambil melindungi Long Wei. Karena itulah Yang Feng memilih mundur.

Perwira Kai tidak berniat membiarkan mereka pergi dengan mudah. Dia langsung naik kuda dan menghalangi jalan kabur Yang Feng. Kakek itu menggeram marah lalu mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya sehingga ia melayang bagai burung raksasa.

“Minggir!” sambil membentak, ia melakukan gerakan pukulan tapak mengarah muka perwira Kai.

Karena jarak mereka terlalu dekat, ditambah kelihaian perwira Kai jauh di bawah Yang Feng, dia terlambat untuk bereaksi. Pedangnya sudah menebas hendak menahan serangan, tapi tapak itu datang terlalu cepat. Akibatnya serangan Yang Feng masih berhasil menghantam dadanya.

Perwira itu memekik kesakitan lalu jatuh dari kuda.

Usaha perwira Kai tidaklah sia-sia karena kini Yang Feng dan Long Wei sudah terkepung lagi. Ketika Yang Feng memutuskan hendak mengerahkan ilmu silat tingkat tingginya untuk mempercepat pertarungan, tiba-tiba terdengar lengking tinggi yang amat nyaring.

“Cang Er ….” Long Wei bergumam tanpa sadar saat wanita cantik berambut hitam panjang itu menebas tubuh dua prajurit dari belakang.

“Kakek Yang, kakak Long, cepat!”

Sejenak Yang Feng melongo, merasa sedikit curiga kalau gadis itu membantu ayahnya yang berkhianat. Akan tetapi ia melihat Long Wei sudah berlari lebih dulu maka tak ada pilihan selain ikut.

“Cepat pergi keluar dari desa. Aku akan menahan tentara-tentara ini,” kata Cang Er tanpa memandang mereka berdua.

“Jangan bodoh, anak baik. Kau akan menghadapi serbuan prajurit-prajurit itu?”

Dari samping mukanya, Long Wei dapat melihat Cang Er tersenyum tipis. “Ini penebusan untuk pengkhianatan ayahku.” Dia lalu memandang sedih ayahnya yang melihat dari jauh dengan mata terbelalak. “Dia berhutang penjelasan padaku. Sekarang cepat pergi.” Cang Er telah memutar pedangnya karena prajurit-prajurit itu sudah menyerbu dengan ganas.

Yang Feng dan Long Wei saling pandang sejenak. “Giok Langit harganya lebih dari apa pun,” ucap Yang Feng. “Pergilah, aku akan membantu Cang Er.”

“Tapi ….”

“Cepatlah, aku bisa atasi mereka!”

Setelah ragu sejenak, Long Wei tidak ada pilihan lain selain pergi dari sini. Dia adalah pemegang Giok Langit, ia sadar itu dan dia harus melindunginya.

“Aku akan kembali,” katanya singkat sebelum pergi menuju gerbang desa Qinglan.

Yang Feng mampu bernapas lega melihat pemuda itu menurutinya. Ia lantas berbalik untuk menghadapi serbuan para prajurit sekaligus membantu Cang Er.

“Jangan nekat, Er Ji!” Lu Kwan melompat tinggi, sungguh luar biasa ilmu meringankan tubuhnya.

Dia mengayunkan golok untuk menangkis serangan prajurit yang tadi menekan anaknya, bunga api berpijar.

Cang Er mundur dengan waspada, menentang pandang ayahnya tanpa rasa takut. “Kenapa ayah mengkhianati mereka?”

“Kita tak akan bisa melawan kekaisaran dan keluarga kita diancam, kau tahu itu.”

“Begitukah sikap Lu Taihiap?” Cang Er meraung murka. “Lalu kenapa? Seorang pendekar besar harus takut mati?”

“Cang Er!” Lu Kwan membentak penuh kemarahan. “Turuti kata ayahmu, jangan menyerang!”

“Aku menuruti pesanmu.” Cang Er menggigit bibir, menahan setitik air mata yang hampir turun. “Demi kebenaran, aku tak takut mati. Itulah sifat pendekar!” dan Cang Er berbalik menyerang ayahnya.

Lu Kwan merasa sedih sekali karena diserang oleh putri satu-satunya seperti itu. “Kau tak tahu mana benar mana salah,” desisnya. “Ini kulakukan demi kau dan ibumu!” Lu Kwan menebas, sangat kuat sampai membuat tangan Cang Er gemetar.

Yang Feng yang tadi sibuk menghadapi pengeroyokan prajurit lain, melihat hal itu, cepat melesat ke depan Cang Er menjadi penghalang antara Lu Kwan dan anaknya.

“Urusanmu denganku,” desisnya tajam menatap Lu Kwan. “Cang Er, kauhadapi mereka. Kebanyakan sudah terluka, itu tak akan terlalu sulit untukmu.” Walau sedikit khawatir karena ia mampu melihat ilmu Cang Er berlum terlalu matang, tapi apa boleh buat.

Bilah golok hampir menyentuh punggung Yang Feng, tapi pemegangnya langsung meregang nyawa setelah mendapat tusukan dari Cang Er. Gadis itu segera mengamuk menghadapi terjangan sisa prajurit.

“Kau terluka, aku sudah tahu sejak awal,” ucap Lu Kwan yang tidak membuat Yang Feng terkejut. “Kekuatanmu menurun jauh sekali. Kau tak akan bisa melawanku saat ini.”

“Ini bukan soal menang kalah.” Yang Feng bersiap dengan kuda-kuda. “Ini tentang pengkhianatan dan kehormatan seorang pendekar.”

Lu Kwan nampak murung. “Kau harus memaafkanku.” Ia bersiap pula. “Aku akan membunuhmu, kakek Yang.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Giok Langit   Bab 7 : Akhir Menyedihkan

    Gerbang desa sudah tampak di depan sana, tinggal beberapa langkah lagi. Akan tetapi, sepintas pemikiran menghantam kepalanya sampai membuat kening Long Wei mengkerut. Baru teringat olehnya selama pertempuran tadi sama sekali tak tampak batang hidung perwira Kai.“Ke mana dia?” Pemuda itu menghentikan larinya di depan sebuah rumah, membuat penghuninya makin ketakutan dan cepat-cepat bersembunyi.Matanya menyapu segenap penjuru untuk mencari keberadaan perwira Kai kalau-kalau orang itu justru diam-diam mengikutinya. Long Wei mencabut pedang pendek dan bersiap dengan kuda-kuda.Sepintas pemikiran kembali menghantam kepalanya tak lama kemudian. “Jangan-jangan ….” Long Wei langsung berlari menuju rumah Lu Kwan. ***Menggunakan golok besarnya, Lu Kwan menebas kepala Yang Feng sekuat tenaga. Sungguh golok itu tak bisa dianggap main-main karena senjata itulah yang mengangkat Lu Kwan menjadi pendekar tersohor berjuluk Lu Taihiap.Y

    Dernière mise à jour : 2025-01-01
  • Giok Langit   Bab 8 : Keputusan Cang Er

    Walau sedang dalam keadaan terluka yang cukup parah, tapi Yang Feng tetaplah seorang pendekar besar yang berjuluk Tapak Baja. Kepekaannya terhadap sekitar telah tinggi sekali sehingga tebasan pedang Cang Er mampu ia rasakan dengan jelas.Pedang itu berhenti dan bergetar saat tangan Yang Feng menahannya menggunakan dua jari tangan. Cang Er berseru kaget dan mencoba menarik pedangnya, tapi tak berhasil.Sedangkan Yang Feng hanya tersenyum lembut, sama sekali tidak menunjukkan ekspresi marah. “Maafkan aku, nak … ini salahku yang tak bisa melindungi kalian.”Cang Er mematung selama beberapa saat sebelum jatuh berlutut sambil menutup muka dengan dua tangan. Pundaknya bergetar hebat diiringi isak tangis memilukan. Hati Yang Feng sakit sekali mendengarnya.Long Wei menghela napas lega saat melihat Yang Feng baik-baik saja. Ia menghampiri mereka.“Kau tak apa, kek?” tanyanya.Yang Feng menggeleng. “Luka dalamku bertambah, ini sungguh tidak baik. Setelah ini kita akan mampir ke rumah Setan Sak

    Dernière mise à jour : 2025-01-01
  • Giok Langit   Bab 9 : Murid

    Yang Feng tidak langsung mengajari sesuatu kepada Long Wei karena dia ingin mengetahui kesetiaan dan kepatuhan pemuda itu. Walau waktu yang berlalu belum begitu lama, tapi Long Wei telah membuktikan bahwa ia berani mempertaruhkan nyawa dengan menghadapi serbuan para prajurit perwira Kai.Di sisi lain, keributan itu juga memaksa Yang Feng untuk menurunkan ilmu lebih cepat dari yang sudah ia rencanakan. Maka dari itulah perjalanan menuju tempat Setan Sakti sangat lama karena mereka harus sering berhenti di tengah jalan agar Yang Feng dapat mengajarkan sesuatu kepada Long Wei.“Yang kulihat, kau sama sekali tidak mengeluarkan tenaga dalam,” komentarnya di pagi kelabu pada hari kedua perjalanan mereka menuju kediaman Setan Sakti. “Kau tidak mengeluarkan tenaga dalam,” ulangnya.Long Wei yang tadi baru saja disuruh memukul telapak tangan Yang Feng itu mengerutkan kening. “Tapi begitulah yang ayahku ajarkan.”Yang Feng menggeleng. “Itu bukan tenaga dalam tapi hanya tenaga luar saja. Kau mam

    Dernière mise à jour : 2025-01-05
  • Giok Langit   Bab 10 : Penolong

    Nama asli dari kakek berjuluk Pertapa Putih itu adalah Cao Yin. Hanya beberapa orang yang mengetahui nama asli Pertapa Putih, kebanyakan dari mereka adalah tokoh-tokoh besar dunia persilatan, salah satunya adalah Setan Sakti.Di sisi lain, Cao Yin tidak mengetahui siapa nama asli Setan Sakti karena orang itu memang aneh luar biasa. Dia mengaku telah lupa dengan nama sendiri dan selalu menggunakan julukan Setan Sakti ketika memperkenalkan diri, maka dari itu entah kapan terakhir kali nama aslinya terdengar di dunia.“Jangan berlagak jadi pahlawan kau, Cao Yin,” ketus Setan Sakti sambil terus menumbuk. “Kau bisa menyembuhkan suami wanita itu kalau kalian membunuhku?”Cao Yin buru-buru menangkupkan kedua tangan dan menunduk untuk memberi hormat. Sambil tertawa ia berkata. “Hahaha, sungguh dunia ini sempit sekali. Orang yang kukira perampok nakal ternyata adalah dewa obat paling hebat di dunia. Bagaimana kabarmu, Setan Sakti? Dan kenapa kau ada di sini?”“Kalau aku sedang tidak baik, past

    Dernière mise à jour : 2025-01-18
  • Giok Langit   Bab 11 : Bertemu Setan Sakti

    Menurut keterangan dari tuan Xi Yan—lelaki yang ditolongnya—, orang yang saat sini sedang mengepung mereka adalah murid-murid dari perkumpulan Ular Iblis. Tampak simbol ular berwarna putih dan bertanduk di punggung masing-masing orang, awalnya Cang Er tak tahu tanda apa itu sebelum diberi tahu.Putri mereka yang masih berumur lima tahun menangis keras melihat kekacauan ini, tapi Xi Yan segera menarik istri dan anaknya untuk bersembunyi. Kini hanya tinggal Cang Er yang berdiri gagah menghadapi tujuh orang berwajah kasar dari perkumpulan Ular Iblis.“Kau cari mati, Nona,” kata sosok tinggi besar dan gundul. Dia membawa senjata berupa rantai panjang yang ujungnya dipasangi bola berduri, kelihatan berat sekali. “Kami datang hanya mengincar orang marga Xi itu. Kenapa kau ikut campur?”“Kalian berharap aku akan membiarkan kejahatan lewat di depan hidungku begitu saja? Jangan mimpi!” bentak Cang Er. “Sekarang akulah lawan kalian.”Mata lelaki botak tadi berkedut. “Kalau kau memaksa.” Lalu ta

    Dernière mise à jour : 2025-01-22
  • Giok Langit   Bab 12 : Setan Sakti

    Tentu saja para pengunjung jadi ribut karenanya. Baru kali ini mereka melihat pemilik warung yang bertubuh sebesar gajah mampu dilemparkan orang, apalagi yang melemparnya adalah seorang kakek bongkok.Mulailah rasa takut menyebar kepada setiap orang, hinggap dan mengeram di hati siapa saja yang melihat. Mereka mulai bertanya-tanya, siapa kakek bongkok ini? Apakah seorang penjahat sakti yang baru turun gunung? Ataukah hanya orang gila yang sedang iseng saja?Rasa takut itu berhasil dibuyarkan oleh Yang Feng yang tertawa tergelak. “Kau msasih saja suka cari keributan, ingat umurmu.”Sejenak, Setan Sakti memandang marah kepada si pemilik warung, tapi tatapannya langsung cerah begitu melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. “Oh, kau rupanya. Dari mana saja?” Seolah melupakan kejadian tadi, dia melangkahi pemilik warung dan menepuk-nepuk pundak Yang Feng. Wajahnya langsung mengerut. “Kau tidak sehat.”Yang Feng menjura hormat. “Aku sedang merantau seperti biasa.”“Merantau?” Setan

    Dernière mise à jour : 2025-01-23
  • Giok Langit   Bab 13 : Dua Minggu

    Long Wei sungguh tak menyangka jalan hidupnya akan berbelok sejauh ini. Dia dulu berpikir akan menjadi bajak laut sampai mati, mewarisi kelompok Hantu Samudera menggantikan ayahnya dan menjadi raja bajak laut yang ditakuti.Namun, kini dia justru dipercaya oleh dua tokoh sakti yang namanya sangat besar. Dalam sakunya pun, Long Wei membawa benda berharga paling dicari di seluruh dunia persilatan. Sungguh, beberapa kali Long Wei berpikir kalau semua itu hanya mimpi, tapi nyatanya tidak.Tentu saja dia amat girang dan berterima kasih mendengar Setan Sakti akan menurunkan ilmu padanya. Dengan demikian, otomatis ia akan jadi tambah kuat dan kesempatan untuk membalas dendam makin besar.Seperti yang dijanjikan, sore hari itu juga setelah Setan Sakti selesai mengobati Yang Feng, dia langsung menjelaskan teori dari ilmu silat yang hendak ia turunkan.“Namanya adalah Silat Sakti Im-Yang. Di mana Im adalah tenaga dingin dan Yang adalah tenaga panas. Seingatku, tak ada satu manusia pun di bumi in

    Dernière mise à jour : 2025-01-25
  • Giok Langit   Bab 14 : Perjodohan

    Bahkan Xi Yan sekeluarga pun merasa terkejut sekali dengan perkataan Cao Yin. Mereka sama sekali tak menyangka bahwa kakek tersebut akan mengatakan hal tentang perjodohan secara terang-terangan.Melihat kebingungan di wajah Cang Er pula, Cao Yin kembali tertawa. “Hahaha, kau pasti bingung. Baiklah, akan kujelaskan sambil jalan. Kalian hendak menuju ke barat?” tanyanya pada keluarga Xi Yan.Xi Yan hanya mengangguk membenarkan.“Baiklah, berarti kita sekarang satu arah. Lebih baik kita pergi bersama. Kurang lebih sepuluh li dari sini akan ada kota kecil dan kita bisa beli kuda di sana.”“Oh, itu kota yang akan kami tuju, Tuan.”“Bagus, kebetulan yang berlipat ganda.”Maka pergilah orang-orang ini meninggalkan tempat tersebut. Cao Yin yang memimpin jalan di depan sambil Cang Er berjalan di sebelahnya. Dua orang ini segera tenggelam dalam pembicaraan mengenai perjodohan yang masih belum terang.Liang Kun sengaja menjauhkan diri dari mereka berdua karena merasa jengah sekali.“Ayahmu itu,

    Dernière mise à jour : 2025-01-26

Latest chapter

  • Giok Langit   Bab : 60 - Keretakan

    Ruangan luas dengan segala perabotan mewah itu membuat siapa saja yang melangkah masuk merasa dirinya kecil bagai debu terbawa angin. Jauh di depan sana, puluhan langkah dari pintu masuk yang besar dan berat, terdapat kursi megah nan agung. Sebuah kursi yang jika siapa pun melihat dalam sekali pandang akan langsung tahu kalau yang pantas menghuni kursi itu pastilah orang penting.Kursi besar itu letaknya sedikit naik dari batu pualam di ruang tersebut, ada beberapa undak tangga yang harus dilewati sebelum mencapai tubuh kursi. Di sebelah kanan dan kiri tangga terdapat pilar besar warna merah dengan hiasan patung naga yang melingkarinya, seolah naga-naga itu menjadi penjaga bagi kursi besar tersebut. Lalu di depan pilar, ada meja kecil tinggi yang di atasnya terdapat hilo berukir indah yang menguarkan bau harum semerbak.Di depan tangga itu banyak meja-meja kecil yang saling berhadapan. Satu deretan meja yang lurus dengan pilar sebelah kiri, satu lagi deretan yang lurus dengan pilar se

  • Giok Langit   Bab : 59 - Tumbang

    Entah dibawa lari ke mana, yang jelas Xu Qinghe merasa tubuhnya bagai terbang menunggang angin. Bahkan untuk berteriak pun dia kesusahan, sehingga hanya mampu diam dan pasrah saat Setan Sakti membawanya dalam kecepatan gila.Di sebuah hutan yang ia rasa letaknya cukup jauh dari tempat Long Wei tadi, tiba-tiba Setan Sakti berhenti berlari. “Sudah aman,” katanya yang tak dimengerti Xu Qinghe.Perlahan Setan Sakti menurunkan tubuh itu. “Nah, kau sudah aman,” katanya lagi. “Kau bisa tenang.”Walau itu Xu Qinghe yang memiliki kepandaian tinggi, tapi dibawa dengan cara dan kecepatan seperti itu membuatnya agak pening juga. Akan tetapi hanya sebentar sebelum kepalanya ringan kembali dan keningnya berkerut.“Aman? Apa maksud Anda? Aman dari siapa?”Setan Sakti menatapnya sedikit tidak percaya, kemudian perlahan-lahan matanya menyipit. “Kau tidak tahu tentang Long Wei? Atau dia yang tak pernah menceritakannya?”Rasa heran Xu Qinghe semakin hebat. “Memangnya ada apa dengan dia? Yang kutahu dia

  • Giok Langit   Bab 58 : Pengurungan

    Xu Qinghe masih menundukkan muka dengan takut-takut. Sesekali ia melirik Long Wei yang ada di sebelahnya, tapi ketika dia melirik Setan Sakti tentu langsung dialihkannya lagi.Kakek itu sendiri tak mau melepas pandangan dari diri Xu Qinghe, entah apa maksudnya.Long Wei berdeham tiga kali untuk mencairkan suasana dan berkata. “Jadi, kau sudah sembuh total.”Kepala Xu Qinghe benar-benar terangkat sekarang, memandang Long Wei. “Benarkah? Aku memang sudah tak merasa sakit lagi di kaki.”“Tapi bekasnya masih ada,” potong Setan Sakti.Spontan Xu Qinghe melirik kakinya, tampak di sana sebuah area hitam di kaki sebelah kanannya. Warna kehitaman yang ada di sekeliling luka gigitan ular. Xu Qinghe tersenyum pahit, sebagai seorang wanita sedikit banyak dia juga mementingkan penampilan dan kondisi kakinya saat ini memang sangat mengganggu.“Warna hitam itu bukan berarti masih ada racun yang tertinggal, tapi karena dagingmu sudah membusuk.” Kakek itu melanjutkan.Xu Qinghe tersentak. “Busuk?”Set

  • Giok Langit   Bab 57 : Obat

    Dengan panik, Long Wei terus mengguncang tubuh itu. Xu Qinghe terus bungkam dengan apa pun yang Long Wei lakukan. Pemuda itu sudah menggoyang-goyangkan pundak, menampar pipi, menggoncang lagi, tapi ia sama sekali tak mau membuka mata.Kemudian Long Wei mengamati luka Xu Qinghe di kaki sebelah kanan. Celananya sudah robek sedikit terkena gigitan ular. Dia melihat kaki gadis itu berlumuran darah merah gelap yang terus mengucur. Makin banyak mengucur, warnanya berubah semakin hitam. Luka itu berupa dua lubang hitam.“Sial!” Memeras segala ingatannya, Long Wei mencoba memaksa darah itu keluar menggunakan tenaga dalam. Cara ini pernah diajarkan Yang Feng beberapa tahun lalu, tapi tidak sering dan karena itu ada bagian-bagian yang Long Wei agak terlupa.Ia menotok jalan-jalan darah di sekitar luka sampai darah yang mengucur itu melambat, kemudian menggunakan tangan kanan ia mengurut kaki di sekitar luka sambil mengerahkan tenaga dalam perlahan. Lambat laun, darah hitam pun keluar. Long Wei

  • Giok Langit   Bab 56 : Hidup dan Mati

    Bagi seorang ahli silat tingkat tinggi, yang menyerang lebih dulu justru akan membuka satu lowongan dan itu berbahaya sekali karena dapat dimanfaatkan oleh musuh. Begitu pula yang ada dalam pikiran mereka berdua.Sudah kurang lebih sepeminuman teh mereka hanya berdiri saling diam dan saling pandang dengan kuda-kuda siap tempur. Tak ada yang berniat memberi serangan lebih dulu karena di kepala masing-masing sudah memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi jika salah langkah. Dari semua kemungkinan, tak ada yang tidak berbahaya.Tangan Maut yang jauh lebih kosen pun agaknya waspada mengingat guru Long Wei. Demikian pula Long Wei yang tak mau sembrono menghadapi tokoh tua berpengalaman ini.Setelah dua peminuman teh berlalu, Tangan Maut tertawa mengejek dan berkata. “Apakah si tua Yang Feng hanya mengajarimu cara berdiri?”“Ya,” balas Long Wei tanpa ragu. “Guru mengajariku cara berdiri yang benar dengan dua kaki.”Merah muka kakek itu mendapat balasan yang tak terduga ini. Mema

  • Giok Langit   Bab 55 : tangan Maut

    “Lompat!” Tiba-tiba Xu Qinghe berseru.Tubuh gadis itu melayang ke salah satu pohon sembari menyambit dua senjata rahasia berupa pisau tipis terbakar. Dua kepala ular yang ada di pohon itu langsung berlubang dan mereka tumbang seketika dalam keadaan tak bernyawa.Long Wei tahu gadis itu memilih melompat karena di atas pohon jumlah ular yang ada lebih sedikit. Apalagi dengan kepandaian mereka, mereka bisa pergi dengan cara berlompatan dari pohon ke pohon. Namun sebelum ia sendiri melompat mengikuti apa yang Xu Qinghe lakukan, selusin ular sudah mematuknya.Tongkat Long Wei bergerak cepat menyabet ke kanan dan kiri, menciptakan gulungan sinar kuning gelap yang langsung menewaskan banyak ekor ular.Dari atas Xu Qinghe melihat kesusahan pemuda itu dan tanpa ragu lagi ia menyambit enam senjata rahasia pisau terbakar.Ketika pisau-pisau itu menancap tanah, api segera menyebar membakar rerumputan dan daun-daun kering.“Gila kau!” Long Wei melambung tinggi lantas bergelantungan di salah satu d

  • Giok Langit   Bab 54 : Ular

    “Maaf selalu merepotkanmu.”“Bagus kalau kau sadar.”Xu Qinghe berhenti mendadak dan menatap Long Wei dengan tatapan tajam. “Kau bahkan tak coba menyangkal?”“Bohong itu kurang baik,” kata pemuda itu, “maksudku, jujur lebih baik.”Ia memalingkan wajah dengan muka gemas, membanting kaki kanannya sekali lalu berjalan pergi dengan langkah dihentak-hentakkan.Long Wei menatap punggung gadis itu. Perasaan geli timbul dan membuatnya menahan tawa. Memang Xu Qinghe adalah gadis yang angkuh luar biasa, walau memang diimbangi dengan kepandaian tinggi. Namun setelah kejadian malam itu, Long Wei merasakan perubahan besar dalam sikapnya. Keangkuhannya berkurang jauh dan keberaniannya meningkat pesat. Tak hanya sekali ia menggelengkan kepala karena kagum.Beberapa hari lalu, mereka mendengar kabar kalau di jalur ini siapa pun yang lewat akan terkena penyakit lalu meninggal. Awalnya mereka tak percaya dan memutuskan untuk lewat sini dalam upaya membuktikan hal tersebut.Betapa kaget hati mereka keti

  • Giok Langit   Bab 53 : Surat [Season 2]

    Tak ada pilihan lain bagi Liang Kun untuk membawa pulang tubuh Cang Er selain menggendongnya. Ini bukan pekerjaan sulit, tapi selama perjalanan itu dia tak pernah berhenti merasa cemas.Sampai di markas Gagak Putih, ia disambut dengan seruan-seruan kaget sekaligus heran. Liang Kun menjawab seadanya kalau saat ini Cang Er sedang terluka. Dia buru-buru membawa gadis itu ke kamarnya.Setelah membaringkan tubuh Cang Er ke kasur, datang seorang pelayan wanita yang biasanya mengurus keperluan Cang Er. Wajahnya tampak cemas.“Apa yang terjadi?”“Dia terluka, kena racun,” jawab Liang Kun sambil memperlihatkan luka di pundak Cang Er sebelum menutupnya lagi. “Tapi sekarang seharusnya sudah aman. Di mana guru besar?”“Saat ini sedang kedatangan tamu.”Liang Kun mengangguk-angguk. Tangannya lantas bergerak merogoh saku untuk mengeluarkan tiga bungkusan pemberian Ming Zhao Yu. “Tolong taburkan sedikit masing-masing ketiga obat ini ke lukanya di pagi hari sebelum matahari muncul. Dengan begitu dia

  • Giok Langit   Bab 52 : Dupa

    Kurang lebih sepuluh li kemudian, Liang Kun dan Cang Er akhirnya melihat cahaya matahari yang mulai mengintip dari ujung timur. Saat itu giliran Cang Er yang naik kuda, mereka berdua menatap pemandangan itu dengan penuh takjub.Semalaman penuh keduanya terus melaju dengan mengandalkan cahaya bulan yang cukup terang. Karena jalan lebar sehingga tak terlalu sulit bagi mereka. Semalaman juga mereka hampir tak pernah bicara satu sama lain kecuali saat bergantian untuk naik kuda yang tinggal satu. Milik Cang Er yang kakinya patah tak bisa lagi diselamatkan. Mereka menemukannya di bawah turunan dalam keadaan sekarat hampir kehabisan darah.Sampai pagi ini, kecanggungan masih menyelimuti mereka. Tentu saja, perihal malam itu tak bisa dilupakan dengan mudah. Hampir saja Cang Er dijadikan permainan banyak lelaki sekaligus, yang lebih memalukan adalah dia sendiri tidak melakukan perlawanan.“Aku janji berita ini tidak akan terdengar sampai ke telinga guru,” kata Liang Kun tiba-tiba.Tanpa menol

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status