Home / Pendekar / Giok Langit / Bab 10 : Penolong

Share

Bab 10 : Penolong

Author: Adidan Ari
last update Last Updated: 2025-01-18 16:03:19

Nama asli dari kakek berjuluk Pertapa Putih itu adalah Cao Yin. Hanya beberapa orang yang mengetahui nama asli Pertapa Putih, kebanyakan dari mereka adalah tokoh-tokoh besar dunia persilatan, salah satunya adalah Setan Sakti.

Di sisi lain, Cao Yin tidak mengetahui siapa nama asli Setan Sakti karena orang itu memang aneh luar biasa. Dia mengaku telah lupa dengan nama sendiri dan selalu menggunakan julukan Setan Sakti ketika memperkenalkan diri, maka dari itu entah kapan terakhir kali nama aslinya terdengar di dunia.

“Jangan berlagak jadi pahlawan kau, Cao Yin,” ketus Setan Sakti sambil terus menumbuk. “Kau bisa menyembuhkan suami wanita itu kalau kalian membunuhku?”

Cao Yin buru-buru menangkupkan kedua tangan dan menunduk untuk memberi hormat. Sambil tertawa ia berkata. “Hahaha, sungguh dunia ini sempit sekali. Orang yang kukira perampok nakal ternyata adalah dewa obat paling hebat di dunia. Bagaimana kabarmu, Setan Sakti? Dan kenapa kau ada di sini?”

“Kalau aku sedang tidak baik, past
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Giok Langit   Bab 11 : Bertemu Setan Sakti

    Menurut keterangan dari tuan Xi Yan—lelaki yang ditolongnya—, orang yang saat sini sedang mengepung mereka adalah murid-murid dari perkumpulan Ular Iblis. Tampak simbol ular berwarna putih dan bertanduk di punggung masing-masing orang, awalnya Cang Er tak tahu tanda apa itu sebelum diberi tahu.Putri mereka yang masih berumur lima tahun menangis keras melihat kekacauan ini, tapi Xi Yan segera menarik istri dan anaknya untuk bersembunyi. Kini hanya tinggal Cang Er yang berdiri gagah menghadapi tujuh orang berwajah kasar dari perkumpulan Ular Iblis.“Kau cari mati, Nona,” kata sosok tinggi besar dan gundul. Dia membawa senjata berupa rantai panjang yang ujungnya dipasangi bola berduri, kelihatan berat sekali. “Kami datang hanya mengincar orang marga Xi itu. Kenapa kau ikut campur?”“Kalian berharap aku akan membiarkan kejahatan lewat di depan hidungku begitu saja? Jangan mimpi!” bentak Cang Er. “Sekarang akulah lawan kalian.”Mata lelaki botak tadi berkedut. “Kalau kau memaksa.” Lalu ta

    Last Updated : 2025-01-22
  • Giok Langit   Bab 12 : Setan Sakti

    Tentu saja para pengunjung jadi ribut karenanya. Baru kali ini mereka melihat pemilik warung yang bertubuh sebesar gajah mampu dilemparkan orang, apalagi yang melemparnya adalah seorang kakek bongkok.Mulailah rasa takut menyebar kepada setiap orang, hinggap dan mengeram di hati siapa saja yang melihat. Mereka mulai bertanya-tanya, siapa kakek bongkok ini? Apakah seorang penjahat sakti yang baru turun gunung? Ataukah hanya orang gila yang sedang iseng saja?Rasa takut itu berhasil dibuyarkan oleh Yang Feng yang tertawa tergelak. “Kau msasih saja suka cari keributan, ingat umurmu.”Sejenak, Setan Sakti memandang marah kepada si pemilik warung, tapi tatapannya langsung cerah begitu melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. “Oh, kau rupanya. Dari mana saja?” Seolah melupakan kejadian tadi, dia melangkahi pemilik warung dan menepuk-nepuk pundak Yang Feng. Wajahnya langsung mengerut. “Kau tidak sehat.”Yang Feng menjura hormat. “Aku sedang merantau seperti biasa.”“Merantau?” Setan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Giok Langit   Bab 13 : Dua Minggu

    Long Wei sungguh tak menyangka jalan hidupnya akan berbelok sejauh ini. Dia dulu berpikir akan menjadi bajak laut sampai mati, mewarisi kelompok Hantu Samudera menggantikan ayahnya dan menjadi raja bajak laut yang ditakuti.Namun, kini dia justru dipercaya oleh dua tokoh sakti yang namanya sangat besar. Dalam sakunya pun, Long Wei membawa benda berharga paling dicari di seluruh dunia persilatan. Sungguh, beberapa kali Long Wei berpikir kalau semua itu hanya mimpi, tapi nyatanya tidak.Tentu saja dia amat girang dan berterima kasih mendengar Setan Sakti akan menurunkan ilmu padanya. Dengan demikian, otomatis ia akan jadi tambah kuat dan kesempatan untuk membalas dendam makin besar.Seperti yang dijanjikan, sore hari itu juga setelah Setan Sakti selesai mengobati Yang Feng, dia langsung menjelaskan teori dari ilmu silat yang hendak ia turunkan.“Namanya adalah Silat Sakti Im-Yang. Di mana Im adalah tenaga dingin dan Yang adalah tenaga panas. Seingatku, tak ada satu manusia pun di bumi in

    Last Updated : 2025-01-25
  • Giok Langit   Bab 14 : Perjodohan

    Bahkan Xi Yan sekeluarga pun merasa terkejut sekali dengan perkataan Cao Yin. Mereka sama sekali tak menyangka bahwa kakek tersebut akan mengatakan hal tentang perjodohan secara terang-terangan.Melihat kebingungan di wajah Cang Er pula, Cao Yin kembali tertawa. “Hahaha, kau pasti bingung. Baiklah, akan kujelaskan sambil jalan. Kalian hendak menuju ke barat?” tanyanya pada keluarga Xi Yan.Xi Yan hanya mengangguk membenarkan.“Baiklah, berarti kita sekarang satu arah. Lebih baik kita pergi bersama. Kurang lebih sepuluh li dari sini akan ada kota kecil dan kita bisa beli kuda di sana.”“Oh, itu kota yang akan kami tuju, Tuan.”“Bagus, kebetulan yang berlipat ganda.”Maka pergilah orang-orang ini meninggalkan tempat tersebut. Cao Yin yang memimpin jalan di depan sambil Cang Er berjalan di sebelahnya. Dua orang ini segera tenggelam dalam pembicaraan mengenai perjodohan yang masih belum terang.Liang Kun sengaja menjauhkan diri dari mereka berdua karena merasa jengah sekali.“Ayahmu itu,

    Last Updated : 2025-01-26
  • Giok Langit   Bab 15 : Desa Mingxia

    “Kenapa Giok Langit jadi bahan rebutan? Mereka tak berguna kalau tidak bersatu kedelapan-delapannya.”Yang Feng mengedikkan bahu. “Singkatnya begini. Kalau aku berhasil mengumpulkan kedelapan-delapannya, maka naga yang akan turun menjadi milikku.”“Sumpah naga kepada kaisar.” Long Wei merasa bingung karena itu berbeda dari cerita yang ia dengar.“Mungkin siapa pun yang memanggilnya akan mendapat naga,” ungkap Yang Feng. “Tapi naga sudah bersumpah, sekali bersumpah akan tetap dipegangnya terus. Mungkin karena kesaktian naga membuat kedelapan giok tak pernah dapat disatukan sebelum menemukan pewaris kaisar yang pantas.”“Jadi semua ini juga masuk ke dalam permainan sang naga?” Tiba-tiba Long Wei merasakan kemarahan. “Kita dipermainkan!”“Kau salah ... kau salah ....” Dengan lagak seorang bijak, Yang Feng mengibas-ngibaskan tangan kanannya. “Begini cara berpikirnya. Bagaimana kalau kedelapan Giok Langit jatuh ke tangan orang jahat dan sang naga dimanfaatkan untuk berbuat semena-mena?”“K

    Last Updated : 2025-01-28
  • Giok Langit   Bab 16 : Si Maut Kembar

    Gerakan Yang Feng cepat sekali. Baru saja keluar dari pintu rumah, Long Wei hanya mampu melihat bayangan putih yang melesat semakin jauh. Diam-diam dia mengeluh dalam hati karena sampai saat ini belum mampu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Walau begitu, gerakan Long Wei sudah sangat cepat dibanding gerakan orang biasa karena pemuda ini tidak sadar bahwa latihan-latihannya dalam ilmu Silat Sakti Im-Yang juga ikut andil dalam hal melatih kecepatan.Mata Long Wei yang tajam terus mengikuti bayangan putih Yang Feng sampai mereka tiba di sebuah rumah besar yang keadaannya terang sekali. Obor-obor di pasang pada setiap sisi tembok rumah, begitu pula di dalam rumah pun keadaan amat terang. Dari jauh, suara-suara gaduh itu semakin jelas terdengar saat mereka kian mendekat.“Tahan senjata!” Long Wei yang masih belum masuk ke halaman mendengar seruan Yang Feng.Seruan ini disusul suara berkelontangnya beberapa logam dan teriakan-teriakan kaget. Ketika Long Wei melompat masuk ke halaman, ia m

    Last Updated : 2025-01-30
  • Giok Langit   Bab 17 : Wejangan Yang Feng

    Long Wei sudah mengitari seluruh rumah pondok itu untuk tidak menemukan apa-apa. Keadaan pondok nyaris tak ada yang berubah kecuali lantai depan yang bersimbah darah dan goresan-goresan di beberapa sisi sebagai tanda kalau beberapa waktu lalu ada pertempuran berlangsung.Api unggung di depan sudah hitam dan berasap tipis, mungkin sudah dimatikan saat malam tadi.Yang Feng yang memeriksa mayat Beng Sui memperkirakan matinya belum begitu lama.“Tidak ada dua batang dupa yang lalu,” katanya dengan sedikit murung karena suling pusaka Setan Sakti sudah lenyap.Long Wei melebarkan mata. “Sungguh?”Kakek itu mengangguk.“Itu artinya baru saja terjadi dan si pembunuh belum pergi terlalu jauh.” Long Wei mengamati mayat keduanya yang menggeletak kaku di halaman pondok. Tampak sepasang mata Beng Sui yang terbelalak lebar. “Kira-kira apa yang pembunuh itu dapat setelah membunuh mereka?”“Sepertinya aku bisa menebak,” ujar Yang Feng serius. “Aku belum menceritakan kejadian sepuluh tahun lalu ketik

    Last Updated : 2025-02-01
  • Giok Langit   Bab 18 : Mengasingkan Diri

    “Jadi dia juga pernah menjadi pemilik Giok Langit?” Long Wei setengah tidak percaya saat mengatakannya.“Dia pemilik Giok Langit bentuk kalung, warisan dari gurunya yang menurunkan ilmu pengobatan sakti itu. Namun ketika bentrok dengan Si Maut Kembar, selain pusaka yang tercuri, juga Giok Langit miliknya.”Kini semua jadi masuk akal, batin Long Wei. Wajar saja bila Setan Sakti amat percaya padanya sampai menurunkan satu ilmu hebat, ternyata dulu dia juga pewaris Giok Langit.Yang Feng mengembuskan napas panjang. “Sejak saat itulah sikapnya jadi agak gila seperti. Dia merasa malu karena tak sanggup melindungi pemberian gurunya yaitu pusaka dan Giok Langit. Kemudian dia pergi entah ke mana, ketika aku bertemu lagi dia sudah berjuluk Setan Sakti dan menjadi orang seperti yang kaulihat.”Long Wei berhenti sejenak. Pikirannya mencerna semua yang dikatakan Yang Feng barusan. Sungguh ini merupakan pengalaman yang amat luar biasa. Baru saja dia tertimpa mala petaka yaitu hancurnya kelompok ba

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Giok Langit   Bab 49 : Perburuan

    Orang yang kurus tadi tertawa terbahak-bahak. “Lihat, kan? Sebentar lagi kita bisa pergi dari sini dan jadi kaya raya.”Kekehan si tinggi besar bersenjata golok terdengar memuakkan telinga. “Kita harus bisa menangkap Dewi Teratai Merah.”Pria kurus itu mengangguk-angguk membenarkan. Ia kembali memandang ke arah Cang Er dan Liang Kun. “Jadi, siapa anak muda ini?”Liang Kun melintangkan pedang di depan dada dan spontan maju selangkah di hadapan Cang Er. “Aku Liang Kun, kakak seperguruannya.”“Pasti lebih kuat,” komentar si tinggi besar.“Kalian siapa dan mau apa? Lalu apa maksudnya Dewi Teratai Merah?” Liang Kun memandang tajam penuh kecurigaan.“Hahaha, bahkan kakak seperguruannya sendiri tidak tahu kalau adiknya sudah terkenal di kalangan kita!” si kurus berkata kepada si besar.“Benar-benar menggelikan.” Si tinggi besar tertawa sampai perutnya bergerak naik turun.Cang Er merapatkan tubuh ke belakang Liang Kun. “Kakak, aku sama sekali tidak mengenal mereka dan tidak tahu apa maksud d

  • Giok Langit   Bab 48 : Perasaan

    Setelah pergi cukup jauh dari Danau Yueya, mereka berdua memperlambat laju kuda masing-masing. Jalanan memang lebar, tapi mereka memilih untuk tidak terlalu buru-buru untuk menikmati keadaan alam sekitar sekaligus beristirahat dari lelahnya tugas yang baru saja dijalankan.“Cang Er, apakah kau yakin baik-baik saja,” tanya Liang Kun yang sudah menjajari kuda Cang Er.Gadis itu tersentak dari lamunannya. Memang tadi dia sedang melamun tentang segala kejadian di Desa Cin Wu baru-baru ini. “Kenapa?”“Wajahmu selalu tampak murung.”Kembali Cang Er menunduk dan merenungkan semuanya. “Sebenarnya, ada satu hal yang sedang kupikirkan dan kusesali.”“Apakah yang kauceritakan kepada Gak Tai Ciangkun tadi itu bohong?” tanya Liang Kun penuh selidik.Gadis itu cepat-cepat menggeleng. “Tidak sama sekali. Semua itu benar. Hanya saja ada beberapa bagian yang aku rahasiakan.”Liang Kun mengembuskan napas panjang. “Sudah kuduga,” ucapnya yakin. “Aku memang merasa ada yang janggal dengan dirimu sejak tad

  • Giok Langit   Bab 47 : Jenderal Gak

    Perjalanan ke barat kali ini sedikit jauh. Menaiki kuda tunggangannya, ia menyusuri jalan-jalan setapak sempit sepanjang hutan untuk sampai ke tempat tujuan. Tentu saja, dalam hutan-hutan yang lebat ini terdapat banyak para bandit beserta segala macam orang jahat. Di tengah jalan ini Cang Er banyak bertarung untuk menumpas mereka. Kadang ada yang dibunuh, kadang ada yang dibiarkan lolos dengan membuat mereka setengah cacat atau sumpah paksaan.Setelah beberapa hari ke arah barat, Cang Er sedikit membelok. Kini ia menuju barat daya. Tujuannya adalah Danau Yueya yang terkenal dengan keindahan sekaligus keunikan tempat tersebut. Pasalnya, danau itu memiliki ciri khas tersendiri dalam bentuknya yang melengkung seperti bulan sabit raksasa. Jika dipandang dari bukit terdekat ketika sore hari, maka airnya akan berwarna merah terang. Ketika dipandang saat malam hari, maka Danau Yueya memantulkan gambar bintang dan bulan dari langit.Tiga hari berikutnya, Cang Er tiba di danau tersebut saat so

  • Giok Langit   Bab 46 : Api

    Gerakan Long Wei lebih cepat. Dia menangkis tusukan itu dengan cara menekan pedang ke bawah. Sebelum Zhen Yu mampu berekasi, Xu Qinghe melancarkan serangan berupa bacokan yang langsung ditangkis oleh pemuda itu dengan tangan kiri. Suara beradu dua logam terdengar, ternyata tangan kiri Zhen Yu juga dilapisi sarung tangan besi.Long Wei tak bisa membantu lebih jauh lagi karena ia merasakan bahaya dari belakang. Begitu berbalik, ternyata sudah ada lima orang yang menyerang. Begitu pula dengan Ceng Tok, ia sudah sibuk menghadapi mengeroyokan para Singa Emas.Xu Qinghe berteriak keras, menyerang dengan dua kali tebasan ke leher dan dada. Zhen Yu mampu menangkis sekaligus menghindar. Pemuda itu melakukan serangan balik berupa tusukan tangan kiri yang seolah bisa mengambil jantung Xu Qinghe jika tangan itu berhasil menembus dada.Trang ....“Kau kurang kuat!” seru Zhen Yu.Trang ... Trang ....“Kau masih takut!”Trang ... Sraat ....Darah keluar dari luka gores di pipi Zhen Yu.“Kau lengah!”

  • Giok Langit   Bab 45 : Hujan

    Tiba-tiba hujan turun deras. Tanah yang tadi kering kini benar-benar basah dalam waktu amat singkat. Genangan air tercipta di sudut-sudut yang biasanya tak terlalu diperhatikan, atau bahkan di kumpulan rumput taman atau halaman depan.Long Wei memandangi beberapa genangan kecil yang ada di sekelilingnya dan dia bertanya-tanya dalam hati. Setelah lewat malam ini, apakah genangan air itu masih keruh karena tercampur tanah? Atakaukah akan berubah warna? Merah, mungkin?Suitan nyaring terdengar. Long Wei tahu itu suara Ceng Tok yang bersuit dari atas gerbang depan. Suitan tanda bahaya yang seolah menarik siapa saja dari pelukan mimpi indah. Berturut-turut pintu kamar terbuka lebar, semuanya berlari keluar.Terjangan air hujan besar-besar tak mereka pedulikan. Mereka semua tahu ini pasti ada hubungannya dengan pertempuran di kaki bukit beberapa hari lalu. Mereka semua siap mempertaruhkan nyawa.“Singa Emas datang menyerang!” teriak Ceng Tok dan tahu-tahu di tembok tinggi yang mengelilingi

  • Giok Langit   Bab 44 : Orang Kepercayaan

    Dia merasa bingung sendiri, kenapa tadi ia begitu teropsesi dengan Giok Langit sampai mengabaikan Xu Liangchen. Dia terlalu fokus kepada Lin Dong untuk mengejar Han Rui yang telah membawa cincin itu. Dia terlalu fokus pada Giok Langit.Long Wei memandang Xu Qinghe yang memangku kepala ayahnya sambil mengucurkan air mata. Dua Raja Singa yang tersisa memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri. Long Wei sama sekali tak menghiraukan mereka.Dia lebih memikirkan dirinya sendiri.Apa yang terjadi padaku? batinnya. Perasaan apa itu tadi?Jerit Xu Qinghe yang semakin keras mengalihkan perhatian pemuda itu. Ia cepat mendekat untuk melihat luka-luka yang diderita Xu Liangchen. Beberapa saat kemudian, Long Wei menggelengkan kepalanya lemah. Racun itu sudah menyebar terlalu jauh. Mungkin hanya Setan Sakti yang mampu menangani ini.Agaknya Xu Liangchen tadi terlalu gegabah sehingga terlalu banyak menangkis serangan para musuh sehingga racun itu berhasil masuk.“Aku tahu aku tak akan selamat,

  • Giok Langit   Bab 43 : Perebutan Giok

    Xu Qinghe menangkis dan terpental, jatuh bergulingan. Pedang beronce merahnya terlempar jauh setelah menerima hantaman pedang milik Han Rui. Wanita dengan jubah serba merah itu lantas menerjang lagi, menusuk dada.“Setan betina!” pekik Xu Liangchen.Han Rui sedikit terkejut lalu menarik kembali serangan. Dia mampu melihat sinar berkelebat yang hampir menggorok lehernya. Ternyata itu adalah pedang berkilau yang entah sejak kapan sudah berada di tangan Xu Liangchen.Tak lama kemudian, datang pula seorang lelaki berjubah serba hitam. Ia memiliki wajah tegas, alis tebal dan kepala botak. Di tangannya membawa rantai panjang yang di ujungnya terdapat bola besi berduri.“Oh ... pertemuan yang kurang menyenangkan, menurutku.” Han Rui terkekeh menatap Xu Liangchen. “Apa kabarmu, orang tua?”Satu Raja Singa terpental tepat di depan muka Han Rui saat Long Wei dengan murka menyepaknya keras. Wanita itu buru-buru memandang untuk menemukan muka Long Wei yang membayangkan kemurkaan luar biasa.“Bagu

  • Giok Langit   Bab 42 : Jebakan

    Xu Qinghe memerintahkan selusin orang yang ia rasa memiliki kepandaian tinggi. Saat itu juga, bersama Long Wei, mereka pergi menyusul Xu Liangchen yang pasti sudah cukup jauh dari Kota Shengyin. Dengan naik kuda-kuda berkualitas baik, mereka membelah jalanan kota dan berhasil mengejutkan para warga.Di tengah perjalanan, Long Wei hanya menjelaskan kalau mungkin Xu Liangchen dalam bahaya. Entah mendapat serangan atau apa pun.“Kalau Ular Darah sengaja melakukan ini untuk merebut perhiasan itu.” Long Wei sengaja menyebut perhiasan karena saat ini mereka tidak sendiri. “Apakah kau tidak berpikir kalau mungkin sekali kekacauan antara Pedang Api dan Singa Emas adalah siasat mereka pula untuk merebut perhiasan?”Napas Xu Qinghe berhenti sejenak. “Itu ... itu masuk akal juga.”“Aku khawatir ayahmu di perjalanan mendapat serangan,” ucap Long Wei. “Entah dari Singa Emas atau dari Ular Darah atau dari keduanya.”“Kita harus cepat!”Keadaan memang gawat sekali. Ini adalah masalah pelik yang mung

  • Giok Langit   Bab 41 : Perhiasan

    Long Wei mencoba menyamai langkah kaki Xu Qinghe yang melintasi lorong entah menuju ke mana. Gadis itu sama sekali tidak menjawab ketika terus didesak Long Wei. Hingga ketika Xu Qinghe berbelok, ternyata mereka sampai di taman belakang yang lumayan luas.Xu Qinghe berhenti tiba-tiba dan membalikkan tubuh dengan sebal. “Kau kenapa mengikutiku terus? Apa tak ada yang perlu kaulakukan?”“Tidak, kalau kau bertanya,” jawab Long Wei cepat. “Yang pasti, kau harus menjelaskan kenapa kalian menerima permintaan itu? Apa kalian tidak tahu siapa itu Ular Darah?”Xu Qinghe menggembungkan pipi sebelum berbalik dan pergi. Beberapa saat kemudian, dia berhenti lagi lalu mengempaskan diri ke kursi taman yang berada di bawah naungan pohon besar.Long Wei menyusul. “Jawab aku!”Xu Qinghe masih memasang muka jengkel.Long Wei ingin mendesak lagi, tapi gadis itu sudah mendahuluinya dengan bentakan. “Kau di sini diminta untuk menjagaku, bukan menanyaiku macam-macam apalagi urusan Pedang Api!”Tangan pemuda

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status