“Jadi dia juga pernah menjadi pemilik Giok Langit?” Long Wei setengah tidak percaya saat mengatakannya.“Dia pemilik Giok Langit bentuk kalung, warisan dari gurunya yang menurunkan ilmu pengobatan sakti itu. Namun ketika bentrok dengan Si Maut Kembar, selain pusaka yang tercuri, juga Giok Langit miliknya.”Kini semua jadi masuk akal, batin Long Wei. Wajar saja bila Setan Sakti amat percaya padanya sampai menurunkan satu ilmu hebat, ternyata dulu dia juga pewaris Giok Langit.Yang Feng mengembuskan napas panjang. “Sejak saat itulah sikapnya jadi agak gila seperti. Dia merasa malu karena tak sanggup melindungi pemberian gurunya yaitu pusaka dan Giok Langit. Kemudian dia pergi entah ke mana, ketika aku bertemu lagi dia sudah berjuluk Setan Sakti dan menjadi orang seperti yang kaulihat.”Long Wei berhenti sejenak. Pikirannya mencerna semua yang dikatakan Yang Feng barusan. Sungguh ini merupakan pengalaman yang amat luar biasa. Baru saja dia tertimpa mala petaka yaitu hancurnya kelompok ba
Mereka berpikir malam ini akan jadi awal dari kejayaan. Mereka berpikir malam ini akan punya segunung harta yang nanti digunakan untuk membangun istana di pesisir timur guna mengokohkan wilayah kekuasaan. Mereka berpikir malam ini akan penuh dengan suka cita, berpesta sampai pagi dan tidur bersama wanita-wanita cantik.Akan tetapi, itu hanya apa yang mereka pikir.Kenyataan yang tersaji jauh daripada itu.Sebuah pengkhianatan licik dari kelompok yang awalnya dikira sebagai rekan, kini membelot kepada para pendekar dan bersikeras menghancurkan mereka.Long Wei memutus tali kapal yang tertambat di dermaga, bahkan sebelum ayahnya menurunkan perintah.“Mundur!” teriaknya. “Kembali ke air. Menjauh dari daratan.”Belasan anak buah ayahnya yang belum sempat naik ke kapal segera melompat. Beberapa yang masih tertinggal harus berenang menerjang arus sungai Bai He sejauh beberapa kaki sebelum naik dengan susah payah.“Tembakkan anak panah!” Long Wei berteriak lagi melihat perahu-perahu mulai me
“Makanlah.”Long Wei menatap ikan setengah gosong itu dengan ketertarikan yang hampir tidak ada, tapi dia tetap menerimanya semata-mata hanya karena nyanyian perut yang tak mau diam.Yang Feng, kakek bercaping yang telah “menyelamatkan” Long Wei itu memakan ikan bakar jatahnya sendiri. Sambil terus mengunyah, ia melempar satu pertanyaan yang seketika membuat amarah Long Wei datang kembali. “Jadi, apa yang telah kaulakukan sampai hanyut di sungai?”Pikirannya memutar kembali kenangan tadi malam yang baru saja terjadi. Seperti dipertontonkan persis di depan matanya, ketika ayahnya jatuh ke sungai dalam keadaan tak bernyawa, dan tantangan kedua pendekar besar.Mata Long Wei menyusuri sungai Bai He lalu melihat sekeliling. Akhirnya dia tahu mengapa tak ada mayat lain yang lewat atau potongan-potongan kapal. Kiranya dia sudah terseret arus yang menuju ke belokan arah tenggara, dan mungkin sekali sisa-sisa pertempuran itu mengarah barat.“Aku sedang naik kapal, dan diserang para bajak sunga
Cukup melelahkan ketika semalaman harus dikejar oleh satu desa karena ketahuan mencuri sepeti harta. Peti itu kecil saja, bahkan dua tangan pun terlalu besar untuk memegangnya, tapi harus Long Wei akui kalau isinya tidak main-main.Berbagai perhiasan seperti kalung, cincin, anting, gelang, dan pernak-pernik lainnya. Long Wei bahkan sampai bingung harus ia apakan harta sebanyak ini.“Dijual sajalah,” gumamnya tanpa sadar tepat ketika makanan yang ia pesan dihidangkan di atas meja.Pelayan itu membungkuk singkat sebelum pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan pelanggan lain.Warung ini berada di persimpangan yang cukup strategis. Walau di sekelilingnya masih berupa hutan lebat, tapi jarak ke desa terdekat tak sampai lima li. Hal ini membuat para pengelana tak perlu mampir ke desa-desa itu jika hanya untuk sekadar mengisi perut.Long Wei memilih singgah di tempat ini karena tujuan itu. Dia hanya akan mengisi perut sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan.“Sudah sekitar dua minggu
Naik kuda tunggangan yang diambil dari kedua prajurit pingsan, Yang Feng membawa Long Wei menjauhi tempat itu. Melihat dari arah bayangan, mereka saat ini sedang menuju ke utara.Long Wei terus mengikuti sosok kakek berpakaian prajurit kekaisaran itu yang sejak tadi tidak mengatakan apa pun. Sebenarnya dia juga tak terlalu peduli hendak pergi ke mana, Long Wei tidak punya tujuan pasti.Yang Feng menghentikan laju kudanya di anak sungai kecil yang masih tersambung dengan sungai di belakang warung tadi. Ia menengok ke segala penjuru terlebih dahulu untuk memastikan keadaan benar-benar aman. Setelah merasa yakin, kakek itu melompat turun dan duduk di atas rumput tebal.“Jadi, apa itu tadi?” Long Wei masih tidak mengerti dengan semuanya.Yang Feng terkekeh. “Kau terlalu waspada kepadaku, nak.” Ia melihat jarak mereka terpisah kurang lebih dua tombak dengan Long Wei yang telah meraba gagang pedangnya. “Aku hanya ingin bilang terima kasih.”Wajah Long Wei berubah seketika. Mulutnya terbuka
Karena tempat tinggal Yang Feng sebelumnya sudah tak aman lagi, maka mereka pergi mengembara ke banyak tempat. Perjalanan dilakukan menggunakan kuda yang sama, menuju utara.Ketika Long Wei menanyakan alasan kenapa mereka pergi ke utara, Yang Feng menjawab kalau tak ada alasan pasti. Satu hal pasti adalah sangat berbahaya bila terlalu dekat dengan ibu kota yang ada di wilayah barat, berdiri di kaki pegunungan Yuling.Walau Long Wei ikut Yang Feng bukan karena sungguh-sungguh ingin jadi murid melainkan karena balas dendam dan sedikit balas budi, tapi ia tetap patuh akan segala perintah Yang Feng. Ketika mereka harus tidur beratapkan langit, Long Wei yang akan mencarikan kayu bakar dan makanan untuk mereka berdua. Ketika sampai di desa, mereka biasanya akan membantu siapa saja yang membutuhkan untuk mendapat uang, Long Wei amat rajin untuk itu. Karena inilah Yang Feng makin merasa sayang dan kasihan kepada pemuda tersebut, apalagi setelah ia mendengar masa lalu Long Wei.Namun selama ha
Desa Qinglang jadi gempar karena terkejut dengan kedatangan perwira Kai yang terlalu tiba-tiba. Dua puluh orang berpakaian prajurit lengkap dengan menunggang kuda-kuda gagah, itulah pasukan pimpinan Perwira Kai yang dibawa ke desa Qinglan.Keadaan semakin gempar ketika perwira itu melukai seorang perempuan yang mereka semua tahu sebagai istri dari Lu Taihiap (Pendekar Lu). Beberapa pemuda mencoba untuk membela Mei Mei, tapi mereka hanya mendapat pukulan yang lebih keras dari bawahan perwira Kai.Kini, keadaan kembali gempar karena kedatangan Yang Feng yang mengirimkan suara berisi tenaga dalam, membuat suaranya jadi lebih keras beberapa kali lipat.“Siapa di sini yang dipanggil Perwira Kai?”Ayam-ayam berkokok dan lari ketakutan. Babi, sapi, kambing, serta hewan-hewan ternak lain merunduk dengan ngeri setelah datang bentakan yang seolah turun dari langit. Tak lama kemudian terdengar ringkik kuda dari salah satu sisi desa, Yang Feng segera menoleh ke sumber suara untuk menemukan sekump
Gerbang desa sudah tampak di depan sana, tinggal beberapa langkah lagi. Akan tetapi, sepintas pemikiran menghantam kepalanya sampai membuat kening Long Wei mengkerut. Baru teringat olehnya selama pertempuran tadi sama sekali tak tampak batang hidung perwira Kai.“Ke mana dia?” Pemuda itu menghentikan larinya di depan sebuah rumah, membuat penghuninya makin ketakutan dan cepat-cepat bersembunyi.Matanya menyapu segenap penjuru untuk mencari keberadaan perwira Kai kalau-kalau orang itu justru diam-diam mengikutinya. Long Wei mencabut pedang pendek dan bersiap dengan kuda-kuda.Sepintas pemikiran kembali menghantam kepalanya tak lama kemudian. “Jangan-jangan ….” Long Wei langsung berlari menuju rumah Lu Kwan. ***Menggunakan golok besarnya, Lu Kwan menebas kepala Yang Feng sekuat tenaga. Sungguh golok itu tak bisa dianggap main-main karena senjata itulah yang mengangkat Lu Kwan menjadi pendekar tersohor berjuluk Lu Taihiap.Y
“Jadi dia juga pernah menjadi pemilik Giok Langit?” Long Wei setengah tidak percaya saat mengatakannya.“Dia pemilik Giok Langit bentuk kalung, warisan dari gurunya yang menurunkan ilmu pengobatan sakti itu. Namun ketika bentrok dengan Si Maut Kembar, selain pusaka yang tercuri, juga Giok Langit miliknya.”Kini semua jadi masuk akal, batin Long Wei. Wajar saja bila Setan Sakti amat percaya padanya sampai menurunkan satu ilmu hebat, ternyata dulu dia juga pewaris Giok Langit.Yang Feng mengembuskan napas panjang. “Sejak saat itulah sikapnya jadi agak gila seperti. Dia merasa malu karena tak sanggup melindungi pemberian gurunya yaitu pusaka dan Giok Langit. Kemudian dia pergi entah ke mana, ketika aku bertemu lagi dia sudah berjuluk Setan Sakti dan menjadi orang seperti yang kaulihat.”Long Wei berhenti sejenak. Pikirannya mencerna semua yang dikatakan Yang Feng barusan. Sungguh ini merupakan pengalaman yang amat luar biasa. Baru saja dia tertimpa mala petaka yaitu hancurnya kelompok ba
Long Wei sudah mengitari seluruh rumah pondok itu untuk tidak menemukan apa-apa. Keadaan pondok nyaris tak ada yang berubah kecuali lantai depan yang bersimbah darah dan goresan-goresan di beberapa sisi sebagai tanda kalau beberapa waktu lalu ada pertempuran berlangsung.Api unggung di depan sudah hitam dan berasap tipis, mungkin sudah dimatikan saat malam tadi.Yang Feng yang memeriksa mayat Beng Sui memperkirakan matinya belum begitu lama.“Tidak ada dua batang dupa yang lalu,” katanya dengan sedikit murung karena suling pusaka Setan Sakti sudah lenyap.Long Wei melebarkan mata. “Sungguh?”Kakek itu mengangguk.“Itu artinya baru saja terjadi dan si pembunuh belum pergi terlalu jauh.” Long Wei mengamati mayat keduanya yang menggeletak kaku di halaman pondok. Tampak sepasang mata Beng Sui yang terbelalak lebar. “Kira-kira apa yang pembunuh itu dapat setelah membunuh mereka?”“Sepertinya aku bisa menebak,” ujar Yang Feng serius. “Aku belum menceritakan kejadian sepuluh tahun lalu ketik
Gerakan Yang Feng cepat sekali. Baru saja keluar dari pintu rumah, Long Wei hanya mampu melihat bayangan putih yang melesat semakin jauh. Diam-diam dia mengeluh dalam hati karena sampai saat ini belum mampu menggunakan ilmu meringankan tubuh. Walau begitu, gerakan Long Wei sudah sangat cepat dibanding gerakan orang biasa karena pemuda ini tidak sadar bahwa latihan-latihannya dalam ilmu Silat Sakti Im-Yang juga ikut andil dalam hal melatih kecepatan.Mata Long Wei yang tajam terus mengikuti bayangan putih Yang Feng sampai mereka tiba di sebuah rumah besar yang keadaannya terang sekali. Obor-obor di pasang pada setiap sisi tembok rumah, begitu pula di dalam rumah pun keadaan amat terang. Dari jauh, suara-suara gaduh itu semakin jelas terdengar saat mereka kian mendekat.“Tahan senjata!” Long Wei yang masih belum masuk ke halaman mendengar seruan Yang Feng.Seruan ini disusul suara berkelontangnya beberapa logam dan teriakan-teriakan kaget. Ketika Long Wei melompat masuk ke halaman, ia m
“Kenapa Giok Langit jadi bahan rebutan? Mereka tak berguna kalau tidak bersatu kedelapan-delapannya.”Yang Feng mengedikkan bahu. “Singkatnya begini. Kalau aku berhasil mengumpulkan kedelapan-delapannya, maka naga yang akan turun menjadi milikku.”“Sumpah naga kepada kaisar.” Long Wei merasa bingung karena itu berbeda dari cerita yang ia dengar.“Mungkin siapa pun yang memanggilnya akan mendapat naga,” ungkap Yang Feng. “Tapi naga sudah bersumpah, sekali bersumpah akan tetap dipegangnya terus. Mungkin karena kesaktian naga membuat kedelapan giok tak pernah dapat disatukan sebelum menemukan pewaris kaisar yang pantas.”“Jadi semua ini juga masuk ke dalam permainan sang naga?” Tiba-tiba Long Wei merasakan kemarahan. “Kita dipermainkan!”“Kau salah ... kau salah ....” Dengan lagak seorang bijak, Yang Feng mengibas-ngibaskan tangan kanannya. “Begini cara berpikirnya. Bagaimana kalau kedelapan Giok Langit jatuh ke tangan orang jahat dan sang naga dimanfaatkan untuk berbuat semena-mena?”“K
Bahkan Xi Yan sekeluarga pun merasa terkejut sekali dengan perkataan Cao Yin. Mereka sama sekali tak menyangka bahwa kakek tersebut akan mengatakan hal tentang perjodohan secara terang-terangan.Melihat kebingungan di wajah Cang Er pula, Cao Yin kembali tertawa. “Hahaha, kau pasti bingung. Baiklah, akan kujelaskan sambil jalan. Kalian hendak menuju ke barat?” tanyanya pada keluarga Xi Yan.Xi Yan hanya mengangguk membenarkan.“Baiklah, berarti kita sekarang satu arah. Lebih baik kita pergi bersama. Kurang lebih sepuluh li dari sini akan ada kota kecil dan kita bisa beli kuda di sana.”“Oh, itu kota yang akan kami tuju, Tuan.”“Bagus, kebetulan yang berlipat ganda.”Maka pergilah orang-orang ini meninggalkan tempat tersebut. Cao Yin yang memimpin jalan di depan sambil Cang Er berjalan di sebelahnya. Dua orang ini segera tenggelam dalam pembicaraan mengenai perjodohan yang masih belum terang.Liang Kun sengaja menjauhkan diri dari mereka berdua karena merasa jengah sekali.“Ayahmu itu,
Long Wei sungguh tak menyangka jalan hidupnya akan berbelok sejauh ini. Dia dulu berpikir akan menjadi bajak laut sampai mati, mewarisi kelompok Hantu Samudera menggantikan ayahnya dan menjadi raja bajak laut yang ditakuti.Namun, kini dia justru dipercaya oleh dua tokoh sakti yang namanya sangat besar. Dalam sakunya pun, Long Wei membawa benda berharga paling dicari di seluruh dunia persilatan. Sungguh, beberapa kali Long Wei berpikir kalau semua itu hanya mimpi, tapi nyatanya tidak.Tentu saja dia amat girang dan berterima kasih mendengar Setan Sakti akan menurunkan ilmu padanya. Dengan demikian, otomatis ia akan jadi tambah kuat dan kesempatan untuk membalas dendam makin besar.Seperti yang dijanjikan, sore hari itu juga setelah Setan Sakti selesai mengobati Yang Feng, dia langsung menjelaskan teori dari ilmu silat yang hendak ia turunkan.“Namanya adalah Silat Sakti Im-Yang. Di mana Im adalah tenaga dingin dan Yang adalah tenaga panas. Seingatku, tak ada satu manusia pun di bumi i
Tentu saja para pengunjung jadi ribut karenanya. Baru kali ini mereka melihat pemilik warung yang bertubuh sebesar gajah mampu dilemparkan orang, apalagi yang melemparnya adalah seorang kakek bongkok.Mulailah rasa takut menyebar kepada setiap orang, hinggap dan mengeram di hati siapa saja yang melihat. Mereka mulai bertanya-tanya, siapa kakek bongkok ini? Apakah seorang penjahat sakti yang baru turun gunung? Ataukah hanya orang gila yang sedang iseng saja?Rasa takut itu berhasil dibuyarkan oleh Yang Feng yang tertawa tergelak. “Kau msasih saja suka cari keributan, ingat umurmu.”Sejenak, Setan Sakti memandang marah kepada si pemilik warung, tapi tatapannya langsung cerah begitu melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. “Oh, kau rupanya. Dari mana saja?” Seolah melupakan kejadian tadi, dia melangkahi pemilik warung dan menepuk-nepuk pundak Yang Feng. Wajahnya langsung mengerut. “Kau tidak sehat.”Yang Feng menjura hormat. “Aku sedang merantau seperti biasa.”“Merantau?” Setan
Menurut keterangan dari tuan Xi Yan—lelaki yang ditolongnya—, orang yang saat sini sedang mengepung mereka adalah murid-murid dari perkumpulan Ular Iblis. Tampak simbol ular berwarna putih dan bertanduk di punggung masing-masing orang, awalnya Cang Er tak tahu tanda apa itu sebelum diberi tahu.Putri mereka yang masih berumur lima tahun menangis keras melihat kekacauan ini, tapi Xi Yan segera menarik istri dan anaknya untuk bersembunyi. Kini hanya tinggal Cang Er yang berdiri gagah menghadapi tujuh orang berwajah kasar dari perkumpulan Ular Iblis.“Kau cari mati, Nona,” kata sosok tinggi besar dan gundul. Dia membawa senjata berupa rantai panjang yang ujungnya dipasangi bola berduri, kelihatan berat sekali. “Kami datang hanya mengincar orang marga Xi itu. Kenapa kau ikut campur?”“Kalian berharap aku akan membiarkan kejahatan lewat di depan hidungku begitu saja? Jangan mimpi!” bentak Cang Er. “Sekarang akulah lawan kalian.”Mata lelaki botak tadi berkedut. “Kalau kau memaksa.” Lalu ta
Nama asli dari kakek berjuluk Pertapa Putih itu adalah Cao Yin. Hanya beberapa orang yang mengetahui nama asli Pertapa Putih, kebanyakan dari mereka adalah tokoh-tokoh besar dunia persilatan, salah satunya adalah Setan Sakti.Di sisi lain, Cao Yin tidak mengetahui siapa nama asli Setan Sakti karena orang itu memang aneh luar biasa. Dia mengaku telah lupa dengan nama sendiri dan selalu menggunakan julukan Setan Sakti ketika memperkenalkan diri, maka dari itu entah kapan terakhir kali nama aslinya terdengar di dunia.“Jangan berlagak jadi pahlawan kau, Cao Yin,” ketus Setan Sakti sambil terus menumbuk. “Kau bisa menyembuhkan suami wanita itu kalau kalian membunuhku?”Cao Yin buru-buru menangkupkan kedua tangan dan menunduk untuk memberi hormat. Sambil tertawa ia berkata. “Hahaha, sungguh dunia ini sempit sekali. Orang yang kukira perampok nakal ternyata adalah dewa obat paling hebat di dunia. Bagaimana kabarmu, Setan Sakti? Dan kenapa kau ada di sini?”“Kalau aku sedang tidak baik, past