"Ada apaan sih? Kenapa elu geret-geret gue kayak gini?" tanya Gerry dengan raut kesal di wajahnya."Gerry! Bapak elu masih idup!" celetuk Gilang dengan penuh keyakinan."Apa?" teriak Gerry dengan kaget.Selama ini ibunya selalu berkata jika ayahnya sudah meninggal, kenapa tiba-tiba Gilang datang dan berkata jika bapaknya masih hidup. Lelucon macam apa yang sedang dimainkan oleh Gilang, pikirnya.Melihat Gerry yang begitu kaget, Gilang menepuk-nepuk pundak sahabatnya itu dengan tatapan prihatin.Bukan hanya Gerry, tetapi Gilang juga memiliki perasaan yang campur aduk saat ini. Banyak praduga yang bersarang di otaknya, banyak pertanyaan yang terlintas dipikirannya."Elu tahu dari mana kalau bokap gue masih hidup?" tanya Gerry memastikan.Dia tidak boleh begitu saja memercayai apa yang dikatakan oleh Gilang, karena dia merasa jika ibunya tidak mungkin membohongi dirinya.Kalau pun ibunya membohongi dirinya, dia yakin jika ibunya memiliki alasan yang kuat, tetapi dia tidak tahu alasan apa
Gerry merasa bingung karena tiba-tiba saja Gita mengatakan hal tersebut, jika Gita berkata jika dirinya mengetahui tentang masa lalu mak Odah, itu artinya hanya dirinya yang tidak mengetahui apa pun."Tolong ceritakan semuanya sama Gerry, jika memang bapak-nya Gerry masih hidup, bukankah Gerry juga berhak tahu? Tolong jangan sembunyikan apa pun dari Gerry," pinta Gerry.Gerry menatap Gita dengan penuh harap, selama ini ibunya tidak pernah mau mengatakan apa pun. Kini hanya Gita harapan satu-satunya, sungguh dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya sudah terjadi.Dia tidak mau menjadi orang yang terlihat begitu bodoh karena tidak mengetahui apa pun tentang bapaknya, dia merasa bodoh karena tidak mengetahui apa pun tentang masa lalunya.Terkadang dia merasa bingung sendiri, kenapa dia tidak mengingat masa lalunya. Seharusnya dia bisa mengingat semuanya, karena saat dia menganggap bapaknya tidak ada, usia Gerry sudah menginjak sepuluh tahun."Gerry! Sebenarnya bapak kamu memang masih hid
Nawaf duduk dengan gelisah, Ia benar-benar merasa tidak tenang. Ingin menolak tetapi rasanya tidak bisa, melakukan hal yang diinginkan oleh James juga tentunya tidak bisa."Apakah aku harus memberitahukannya kepada nona Gita sekarang juga? Tapi, dia tidak akan percaya kalau ada bukti. Pasti aku di sangka fitnah," ucap Nawaf lirih.Cukup lama dia terdiam, hanya di dalam kemudian dia pun berpikir. Mungkin di dalam ruangan James ada CCTV, kalau iya, itu artinya Nawaf bisa meretas rekaman CCTV tersebut.Dengan cepat dia mengambil laptopnya, lalu melakukan tugasnya. Tidak lama kemudian dia tersenyum, karena ternyata di ruangan James memang dipasang rekaman CCTV.Itu artinya bisa dengan mudah dia meretas rekaman CCTV di mana James meminta dirinya untuk membunuh Gita, di sana juga Gita bisa melihat saat James mengancam dirinya."Selesai!" ucap Nawaf setelah dia meretas rekaman cctv-nya.Nawaf bertekad akan memberitahukan semuanya kepada Gita, karena dia tidak mungkin membunuh wanita itu. Bia
Beberapa saat kemudian Nawaf sudah tersadar, dia kini berada di sebuah rumah besar yang tidak tahu itu rumah siapa. Satu hal yang Nawaf sadari, di sana ada polisi dan juga ada petugas dari imigrasi.Nawaf sangat sadar dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya jika sudah seperti itu, karena itu artinya ucapan dari James tidak main-main. Dia akan dipulangkan ke negara asalnya, hanya karena tidak mau membunuh Gita."Ini bukti kalau dia adalah warga negara asing yang tidak memiliki izin tinggal di negara ini," ucap James seraya memberikan berkas kepada polisi dan juga petugas imigrasi.Nawaf hanya bisa terdiam, karena pada kenyataannya dia memang belum merubah kewarganegaraannya, hal itu terlupakan karena terlalu bahagia hidup bersama dengan istri dan juga putranya.Polisi dan juga petugas imigrasi melihat berkas yang diberikan oleh James, tidak lama kemudian mereka pun menolehkan wajahnya ke arah Nawaf."Maaf, Tuan Baek Hyeon. Anda harus kami pulangkan ke negara asal anda," ucap sala
Gerry terdiam setelah Gita menceritakan semuanya, dia merasa jika perjalanan hidup yang dilalui oleh dirinya dan juga mak Odah sangatlah pelik. Satu hal yang Gerry tidak menyangka, ternyata James begitu kejam. Hanya karena ayahnya tidak mau membantu untuk memuluskan rencana jahatnya, dengan teganya pria itu melaporkan ayahnya hingga dideportasi ke negara asalnya. Benci? Ya, saat ini Gerry benar-benar merasa benci kepada James. Dia juga merasa hidupnya tidak adil, dia merasa jika ibunya pasti merasa tertekan selama ini. Tidak lama kemudian, Gerry menatap wajah Gita dengan begitu lekat. Lalu dia usap pipi Gita dengan penuh kasih dan berkata. "Jadi... Bapak dideportasi ke negara asalnya?" tanya Gerry. "Ya, Sayang. Maafkan aku." Gita tertunduk lesu, dia takut jika Gerry akan marah kepada dirinya. Walau bagaimanapun juga, Nawaf dideportasi ada hubungannya dengan dirinya. Dia merasa menjadi penyebab bapaknya Gerry terpisahkan dari keluarganya. "Lalu, jika memang om James seja
Setelah mendengar apa yang diceritakan oleh istrinya, Gerry terus saja memikirkan semuanya. Setelah Gita terlelap dalam tidurnya, Gerry masih terdiam seraya memangku laptop butut kebanggaannya.Pantas saja dia begitu pandai dalam mengotak-atik laptop tersebut, bahkan beberapa kali dia bisa meretas dokumen penting dari sebuah perusahaan. Karena ternyata ayahnya adalah seorang ahli IT, Gerry kini menuruni kemampuan dari ayahnya tersebut.Tanpa Gita dan mak Odah tahu, Gerry sudah satu minggu ini bekerja sebagai online writing freelance di sebuah perusahaan ternama dari negeri ginseng.GA group, itulah nama perusahaan besar tempat di mana dia bekerja saat ini. Dia benar-benar merasa senang karena bisa bekerja, walaupun hanya sebatas online dan sebagai karyawan freelance.Gerry yang membutuhkan pekerjaan mencoba untuk melamar sebagai online writing freelance di sebuah perusahaan ternama dari negeri ginseng, ternyata Gerry sangat beruntung.Dia langsung diterima dan langsung bekerja saat it
Gerry langsung menutup kedua telinganya, karena ternyata suara wanita itu sangatlah kencang sekali. Persis seperti kaleng kosong yang ditendang dan bunyinya terasa tidak enak saat terdengar di telinganya.Wanita itu langsung bangun dengan lutut yang bergetar, dia bahkan menatap wajah Gerry tanpa berkedip. Dia mengelilingi tubuh Gerry, tidak lama kemudian dia kembali duduk dan berkata."Ya ampun, lututku terasa lemas. Kamu, kamu siapa?" tanya wanita itu."Saya anak dari pemilik warung ini, Kakak mau pesan apa?" tawar Gerry dengan sopan walaupun dia merasa bingung dengan tingkah dari wanita itu."Aku, aku mau pesan kamu aja boleh?" tanya wanita itu seraya tersenyum nakal.Gendis yang melihat interaksi antara Gerry dan juga wanita itu merasa kesal, dia langsung berdiri tepat di depan wanita itu dan berkata."Tidak boleh, dia itu adalah Daddy aku. Kamu tidak boleh nakal seperti itu, Tante!""Eh? Daddy? Maksudnya suami kamu ya? Wah, enggak nyangka masih muda udah punya istri. Padahal kalau
Jika Gerry kini sedang berusaha untuk mencari tahu tentang kejahatan yang dilakukan oleh James, berbeda dengan ayah dari Gerry. Pria itu kini sedang duduk dengan begitu tegang di hadapan pengusaha asal tanah air."Setelah saya membaca semua berkas yang anda serahkan, saya sangat setuju jika project kerjasama kita berjalan seperti yang anda usulkan. Ide yang anda usulkan sangatlah brilian," ujar pria itu.Untuk sesaat Nawaf terdiam, dia masih merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun, tidak lama kemudian dia tersenyum penuh kebahagiaan."Yes!" Nawaf bersorak, dia bahkan sampai mengangkat tangan kanannya ke udara.Pria yang ada di hadapannya bahkan sampai tertawa seraya menggelengkan kepalanya, dia merasa lucu dengan tingkah yang dilakukan oleh pria yang ada di hadapannya."Saya tidak menyangka jika project yang akan dilaksanakan selama satu bulan ini bisa selesai dalam waktu 1 minggu saja, anda benar-benar sangat cerdas. Tidak sia-sia saya bekerja sama dengan perusahaan an
Gendis kini sudah kembali bekerja, matanya terlihat begitu serius menatap layar laptopnya. Tangannya terlihat begitu lihai dalam mengetikkan sesuatu, tetapi pikirannya melayang entah ke mana.Otaknya berkelana memikirkan tentang pernikahannya bersama dengan Noah, jika dia benar-benar menikah dengan pria itu, akankah dia bahagia dengan pernikahannya, pikirnya."Aku harus berobat, karena ternyata rasa takut itu masih ada." Mata Gendis terlihat berkaca-kaca, tidak lama kemudian dia kembali mengerjakan tugasnya.Gendis pikir jika dirinya harus pergi ke psikiater, dia harus melakukan terapi. Jika dia terus seperti itu, rasanya kasihan terhadap Noah. Dia juga merasa kasihan terhadap dirinya sendiri, karena disadari atau tidak akan menyakiti dirinya dan juga orang lain.Jika Gendis sedang fokus bekerja, berbeda dengan Noah yang terlihat begitu fokus dengan lamunannya. Dia masih teringat akan Gendis yang terlihat ketakutan saat dia menggenggam kedua tangannya."Aku harus ke rumahnya nanti mal
Gendis menatap wajah Noah dengan raut kebingungan, dia juga harus menemukan pria yang mau menikahi dirinya dalam satu bulan jika tidak mau dijodohkan.Namun, rasanya jika dia langsung menikah dengan Noah, dia takut akan menyesal karena tidak mengenal pria itu.Akan tetapi, jika dia menolak ajakan dari Noah, dia takut nantinya malah akan dinikahkan dengan pria yang kata Gerry sangat jelek itu.Padahal, Gerry sengaja mengatakan jika pria yang dijodohkan dengan Gendis memiliki paras yang jelek, karena Gerry ingin putri sambungnya itu mencari jodohnya sendiri.Dia ingin agar Gendis menemukan pria yang dia sukai, bukan pria yang dijodohkan oleh Gita untuk putri sambungnya tersebut. Dia takut jika Gendis akan menyesal nantinya.Melihat Gendis yang hanya diam saja Noah menjadi ketakutan, dia takut jika Gendis akan menolak ajakannya untuk menikah.Noah memiliki alasan yang kuat memilih Gendis untuk menjadi istrinya, karena Gendis seorang janda dan memiliki seorang putra. Jika dia belum siap u
"Tidak apa-apa, sekarang katakan apa yang anda inginkan!" ujar Gendis setelah duduk di salah satu kursi yang ada di sana.Gendis duduk tepat di hadapan Noah, dia menatap pria itu dengan tatapan penuh selidik. Dia menebak jika pria itu pasti akan membicarakan hal yang penting. Namun, dia merasa bukan menyangkut masalah pekerjaan."Kita pesan makanan dulu, nanti aku akan bicara setelah kita makan.'' Noah tersenyum canggung ke arah Gendis.Ini pertama kalinya dia mengajak wanita yang tidak dia kenal untuk makan bersama, membicarakan masalah penting yang dirasa sangat mendadak."Hem!" jawab Gendis yang memang sudah merasa lapar.Pada akhirnya mereka pun memesan makanan yang diinginkan, setelah makanan datang, mereka melaksanakan makan siang tanpa ada yang berbicara. Suasana di antara keduanya begitu canggung.Setelah acara makan siang selesai, Noah berdehem beberapa kali. Lalu, dia menatap Gendis dengan begitu lekat."Sebenarnya kedatanganku untuk meminta tolong," ujar Noah memulai pembic
Tadi malam Gendis terlihat begitu bersemangat sekali, dia berniat ingin mencari pria baik yang akan dia jadikan sebagai seorang suami.Tidak apa tidak ada rasa cinta di saat pertama dia menikah dengan pria tersebut, karena Gendis yakin jika rasa cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu.Namun, hari ini dia terlihat begitu kebingungan. Selama 2 tahun lebih ini dia hanya serius dalam bekerja, Ia sama sekali tidak pernah pergi untuk berkumpul bersama dengan teman-teman kampusnya.Bahkan, setelah Jelita menikah dengan Gilang, dia jarang pergi bersama dengan sahabatnya itu. Jelita lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan Gilang, dia paham karena pasti Jelita sedang berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya.Apalagi setelah Jelita memiliki seorang putri, Jelita benar-benar tidak pernah keluar sama sekali dari rumahnya. Selain memang putri cantiknya belum berusia empat puluh hari, Jelita kini lebih betah lagi tinggal di dalam rumahnya.Terkadang Gendis merasa iri, ka
Jika biasanya pagi-pagi Gendis akan untuk bersiap bekerja, pagi ini dia bangun untuk pergi mengajak Jo bermain di taman.Gendis bahkan membawa susu, roti isi, minuman dan juga beberapa camilan. Gendis persis seperti seorang ibu yang mengajak anaknya untuk jalan-jalan, atau piknik."Mom aku dan Jo pergi dulu, ya?" pamit Gendis.Gendis memakai sepeda menuju taman, Jo didudukan di depan dengan bangku khusus balita yang sudah dimodifikasi. Sedangkan untuk bekal dia simpan di dalam keranjang yang ada di belakang sepeda."Hati-hati!" pekik Gita ketika melihat putrinya yang sudah mulai mengayuh sepeda.Jo terlihat begitu riang, dia berpegangan pada setang sepeda dengan senyum mengembang di bibirnya. Jo selalu suka ketika Gendis mengajak dirinya pergi ke manapun."Topinya dipake, Sayang. Biar ganteng," ujar Gendis seraya membenarkan topi yang hampir dilepas oleh Jo."Hem!" jawab Jo dengan wajah ditekuk.Gendis hanya tertawa melihat wajah lucu dari adiknya tersebut, lalu dia mengayuh sepedanya
Waktu berjalan dengan begitu cepat, tanpa terasa kini sudah pukul 4 sore. Itu artinya para karyawan yang bekerja sudah bersiap untuk pulang ke kediaman masing-masing.Begitupun dengan Gerry, Gerry yang kini membantu sang ayah mengurus perusahaan baru saja selesai mengerjakan tugasnya. Gerry ditugaskan untuk mengurus perusahaan bersama dengan Gilang, sesekali Nawaf akan datang untuk membantu jika pekerjaan sedang banyak.Jafar yang dulu ditugaskan untuk membantu di perusahaan tersebut dipindahkan ke perusahaan cabang, karena perusahaan milik Nawaf tersebut semakin berkembang dan kini memiliki beberapa cabang di luar kota."Gerry, kasih gue kerjaan. Gue males balik ke rumah," pinta Gilang kepada Gerry yang hendak pulang ke kediaman Wijaya.Gerry merasa aneh dengan permintaan dari sahabatnya tersebut, karena biasanya ketika jam kerja habis mereka akan bersemangat untuk pulang.Namun, berbeda dengan Gilang. Pria itu malah terlihat menekuk wajahnya ketika jam kerja habis, dia seakan begitu
Gendis benar-benar tidak menyangka Noah akan langsung menyetujui pengajuan program kerjasama yang ditawarkan oleh dirinya, karena banyak orang berkata jika Noah adalah orang yang sangat sulit untuk diajak kerjasama.Namun, nyatanya Noah tidak mengajak Gendis untuk membicarakan apa pun. Pria berusia dua puluh delapan tahun itu bahkan dengan mudahnya langsung meminta bolpoin dan menandatangani berkas kerjasama mereka.Ah! Rasanya Gendis benar-benar sangat bersyukur, selepas kepergian Noah, Gendis bahkan langsung berlari menuju ruangannya dan memeluk Jo dengan erat.Tidak lupa Gendis memberikan kecupan di pipi gembil Jo, lalu dia mencubit gemes kedua pipi adiknya tersebut.Jo sempat menghindari cubitan dari kakaknya tersebut, sayangnya tangan Gendis lebih cepat. Namun, Jo hanya mengusap-usap pipinya yang memerah tanpa marah. Karena hal itu memang sudah terbiasa Gendis lakukan."Jo! Kak Gendis sangat senang sekali, projects besar ini akhirnya bisa Kak Gendis dapatkan. Kak Gendis keren, ti
Dua tahun kemudian."Jo! Kak Gendis mau kerja dulu, jangan nakal." Gendis mengecup pipi gembil adik tampannya.Dia merasa jika adiknya itu benar-benar menggemaskan, Gendis bahkan benar-benar lengket dengan adik tampannya itu. Ke manapun Gendis pergi, jika tidak sibuk dia akan mengajak adiknya tersebut.Jika orang yang pertama melihat kebersamaan mereka, tentu mereka akan menyangka jika Jo adalah anak dari Gendis.Jo langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, adik laki-laki Gendis yang berusia 2 tahun itu seakan tidak mau berpisah dari kakaknya tersebut.Jo bahkan dalam setiap malamnya tidur bersama dengan Gendis, mereka begitu lengket dan tidak terpisahkan. Gita sampai kebingungan dibuatnya.Jika saja usianya masih muda, rasanya Gita ingin hamil kembali dan memiliki anak. Namun, rasanya semua itu tidak mungkin. Karena dokter berkata jika usia Gita sudah sangat matang."No! Jo mau ikut," jawab Jo seraya memeluk kaki Gendis.Gendis langsung terkekeh dibuatnya, karena setiap kali Gen
Gilang merasa sangat beruntung karena dia begitu diterima di keluarga Jelita, bahkan dengan mudahnya Neezar menentukan tanggal pernikahan setelah Jelita menerima lamarannya.Awalnya Neezar akan mengadakan acara pernikahan Gilang dan juga Jelita secara besar-besaran, karena memang Jelita adalah anak satu-satunya yang mereka miliki.Namun, Gilang dan juga Jelita sepakat untuk mengadakan acara pernikahan secara sederhana saja. Karena mereka merasa kurang nyaman jika harus melaksanakan acara pernikahan yang mewah dan juga megah.Keduanya sepakat untuk memulai rumah tangga dari kesederhanaan, tidak perlu pernikahan yang mewah. Namun, yang penting prosesi pernikahan yang dilaksanakan berjalan dengan penuh khidmat.Satu bulan kemudian Gilang dan juga Jelita melaksanakan acara pernikahan, pernikahan itu dilaksanakan di kediaman Jelita sendiri.Kedua keluarga sepakat hanya mengundang kerabat dekat dan juga para sahabat, tidak ada ribuan tamu undangan. Hanya keluarga inti dan para sahabat saja.