Gilang merasa jika kakinya kini begitu berat untuk melangkah, bahkan hatinya terasa sakit ketika dia melihat Gina kini sedang duduk berdua dengan Jodi.Dulu dirinya selalu duduk berduaan dan berdempet-dempetan seperti itu dengan Gina, bahkan bukan hanya sekedar saling menyentuh dan juga menempel. Akan tetapi, mereka akan berpeluh bersama di atas tempat tidur dan juga melenguh.Bahkan, tidak jarang Gilang mencari gaya-gaya baru untuk bisa berenang di atas tempat tidur bersama dengan Gina. Selalu saja ada alat yang akan mereka gunakan untuk tempat bercinta yang baru.Dia selalu puas akan hal itu, bahkan dia lebih puas lagi ketika melihat raut kepuasan dari wajah Gilang. Masa indah penuh dosa yang harus Gilang segera lupakan.Kini, wanita itu terlihat begitu bahagia dan sedang makan saling menyuapi. Akan tetapi, perutnya yang keroncongan membuat dia tidak bisa mengubah alur lagu hidupnya menjadi dangdut atau rok. Apalagi menjadi lagu galau."Kenapa elu tega banget, Gin," ujar Gilang lir
Gerry merasa jika kehidupannya semakin sempurna, dia mempunyai istri yang cantik dan sebentar lagi akan memberikan dia keturunan.Dia juga kini bisa merasakan kembali kasih sayang seorang ayah, pria yang sudah meninggalkan dirinya selama sepuluh tahun.Ayahnya yang ternyata adalah atasan dari dirinya sendiri, pemilik perusahaan tempat di mana dia bekerja. Itu artinya dia bukan orang miskin lagi, dia bukan pria yang merasa terhina dengan keadaannya yang tidak berada.Satu hal yang membuat dia merasa lebih bahagia, Gerry bisa melihat kebahagiaan yang luar biasa di wajah ibunya. Dulu mak Odah jarang sekali tertawa dengan sangat ceria, bahkan untuk tersenyum saja dia seakan enggan. Namun, kini di wajahnya selalu saja terlihat binar kebahagiaan."Gerry! Alhamdulillah untuk urusan kantor sudah beres, ada Jafar dan juga Gilang yang bantu secara langsung. Kalau kamu tidak mau turun secara langsung ke kantor nggak apa-apa, Bapak ngerti. Tapi pas nanti kamu harus dateng untuk acara peresmian, b
Gilang sempat memerhatikan wajah Jelita, wanita itu nampak melahap roti yang diberikan oleh Gendis, tetapi wajahnya terlihat begitu sendu.Sepertinya Gilang tahu apa sebabnya, Jelita sama seperti dirinya yang sama-sama patah hati. Bedanya Gilang ditinggalkan menikah oleh sang kekasih, karena keadaan ekonominya yang sulit.Lalu, Jelita adalah wanita yang ternyata menyukai Gerry, pria yang sudah beristri. Sulit sekali untuk digapai, terlebih lagi Gerry begitu mencintai istrinya."Selepas kuliah gue kerja paruh waktu, jadinya nggak bisa makan bakso bareng elu. Tapi, kalau nanti malem sepulang kerja gue bisa," jawab Gilang setelah sekian lama dia memerhatikan wajah Jelita."Memangnya jam berapa elu pulang gawe?" tanya Jelita."Jam delapan malem, mau mau pergi jam segitu?" jawab Gilang disertai pertanyaan.Jelita sempat terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Gilang, tetapi tidak lama kemudian Jelita menganggukkan kepalanya.Dia adalah anak remaja yang selalu kesepian, kedua orang tuanya
Tidak jauh dari sana ternyata ada Jodi dan juga Gina, mereka baru saja selesai makan bakso beranak yang memang sedang viral di kawasan tersebut.Gina yang mempunyai suami berduit tentunya tidak mau menyia-nyiakan hal itu, dia sering mengajak Jodi untuk pergi jalan-jalan dan menikmati kulineran."Aduh, Yang. Pedes banget, aku ke toilet dulu," ujar Jodi seraya menyeka keringat di dahinya."Hem! Jangan lama-lama," ucap Gina.Jodi terlihat melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sedangkan Gina nampak mengedarkan pandangannya. Matanya terlihat menangkap sosok mantan kekasihnya yang sedang asyik makan bakso bersama dengan Jelita.Sesekali terlihat ada tawa dari bibir keduanya, entah apa yang mereka bicarakan Gina tidak paham. Namun, mereka terlihat sedang bercengkrama.Cemburu?Tentu saja rasa itu tiba-tiba terlintas di dalam hatinya, padahal dia sendiri yang sudah memutuskan hubungan dengan pria itu.Namun, tetap saja dia merasa kesal saat melihat Gilang bisa berduaan dengan wanita lain.
Selama perjalanan dari kedai bakso menuju rumah Jelita, Gilang merasakan tubuhnya panas dingin. Dia tiba-tiba saja merasa tidak sehat, seperti sedang meriang dan masuk angin.Bahkan, dia mengendarai motor maticnya dengan begitu perlahan. Sesekali dia bahkan akan menahan napasnya karena merasakan sesuatu hal yang berbeda, entah apa Gilang tidak paham.Padahal, Jelita memeluk tubuh pria itu tidak terlalu kencang. Hanya saja memang wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak Gilang, Jelita terlihat begitu intim sekali.Ketika dia menghembuskan napasnya, tentu saja rasa hangat dari hembusan napas Jelita secara langsung terkena leher Gilang. Hal itu benar-benar membuat otak minimalis Gilang berkeliaran ke mana-mana."Ya Tuhan! Ini berkah apa ujian?" tanya Gilang dalam hati yang terus saja berdebar dengan begitu kencang.Karena Jelita merasa jika Gilang mengendarai motornya begitu lelet, akhirnya gadis itu pun melayangkan protesnya."Lang, kenapa bawa motornya pelan banget? Kita kapan sampa
Miliknya kini memang sudah tertidur kembali dengan pulas, tetapi tetap saja dia merasa malu ketika mengingat kejadian yang baru saja dia lewati.Pertama dia kesal karena bertemu dengan Gina dan wanita itu mengatakan hal yang tidak sepatutnya, yang kedua dia kesal karena miliknya tidak bisa dikondisikan.Tentunya yang ketiga dia merasa malu dan kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata pikirannya tidak jauh-jauh dari selangkangan."Ya ampun, Lang. Sadar, Lang. Sadar, elu harus fokus sama kuliah. Elu harus fokus dalam bekerja, hidup elu harus mapan dulu. Nanti bakalan banyak cewek yang ngantri dan memperebutkan elu!" ucap Gilang sambil menyentil miliknya dengan hati-hati.Dia benar-benar merasa kesal terhadap dirinya sendiri, karena ternyata imannya yang setipis tisu itu membuat dirinya terus saja berpikiran yang aneh-aneh ketika dirinya berada di dekat Jelita."Heh! Mending gue mandi, gue harus guyur ini kepala biar nggak mikirin hal yang aneh-aneh." Gilang langsung membuka pakai
Dengan cepat Gilang bangun dari tempat tidurnya yang terlihat begitu basah karena air seninya sendiri, dia bahkan menatap jijik ke arah miliknya yang sangat lengket dengan cairan cintanya.Gilang benar-benar tidak menyangka jika hal tersebut bisa terjadi kepada dirinya, yang lebih tidak disangkakan lagi bisa-bisanya dia sampai mimpi basah dengan Jelita. Wanita yang tadi malam sudah menemaninya.Apakah otaknya sudah korslet karena saat berpacaran dengan Gina, dia selalu saja diberi jatah seksualitas yang rutin, pikirnya."Ada apa sih sebenernya sama gue?" tanya Gilang lirih.Gilang menatap kasur busa tipis miliknya dengan tatapan yang begitu sulit untuk diartikan, setelah itu dia masuk ke dalam kamar mandi dan dengan cepat membersihkan tubuhnya.Setelah selesai dengan ritual mandinya, Gilang langsung berpakaian dan segera pergi ke kampus. Sepanjang perjalanan menuju kampus, Gilang terus saja berpikir dengan apa yang sudah terjadi kepada dirinya."Astaghfirullahaladzim, sepertinya untuk
Setelah mengetahui di mana Gilang berada, Jelita langsung melangkahkan kakinya menuju taman yang ada di belakang kampus. Saat tiba di sana, dia melihat Gilang yang sedang fokus dalam melakukan pekerjaannya.Pria itu terlihat begitu serius, pria itu bahkan tidak menolehkan wajahnya ke kiri dan ke kanan. Matanya hanya tertuju kepada berkas yang ada di tangannya tersebut.Tanpa terasa senyum di bibir Jelita mengembang dengan begitu sempurna, dia tidak menyangka jika pria seperti Gilang bisa fokus dalam bekerja."Aih! Dia ternyata manis sekali," ujar Jelita.Setelah cukup lama memperhatikan Gilang, akhirnya Jelita memutuskan untuk kembali ke dalam kelasnya. Karena jujur saja wanita itu tidak berani mengganggu kegiatan Gilang, karena yang dia dengar dari Gerry jika Gilang harus segera menyelesaikan tugasnya.Setelah menghabiskan waktu di taman belakang untuk bekerja, Gilang segera masuk ke dalam kelas. Dia kembali menjadi seorang mahasiswa, mempelajari hal yang patut dia pelajari. Sedangka