POV Bara
Memiliki istri cantik itu idaman semua pria. Jangan salahkan suami jika istri tak pandai merawat diri maka akan mendua. Suami mana yang tahan dengan istri yang tak pandai mengurus diri. Segala macam alasan sibuk mengurus anak dan rumah tangga, hingga katanya dia tidak sempat merawat tubuhnya. Menurutku, itu hanyalah alasan mencari pembenaran …
Seharusnya dia itu sadar suaminya ini pekerja kantoran. Banyak perempuan cantik yang mengelilinginya. Tapi sebaliknya, istriku sangat tidak mempedulikan soal penampilan. Bayangkan, diusianya yang baru menginjak dua puluh enam tahun, berat badannya sudah mencapai sembilan puluh kg. Apa tidak overdosis? Overdosis akibat kegemukan. Mengelus dada aku memiliki istri seperti Tiara. Ingin aku mengembalikan pada kedua orang tuanya. Tapi, ibu melarang dengan alasan dia bisa dijadikan babu. Ujian lelaki tampan sepertiku, harus memiliki istri sebesar kebau.****
Setiap ada acara kantor, terpaksa aku pergi sendiri. Daripada membawa Tiara, yang ada semua rekan akan menertawakan.
Hih … membayangkan saja membuat diriku bergidik ngeri.
Bersyukur aku mengenal Sandra, dia perempuan yang sempurna. Dia juga sangat memahami keadaanku. Berada didekat Sandra, membuatku ingin cepat-cepat mendepak Tiara si gajah bengkak supaya dia tahu diri.Sandra itu istimewa, selain cantik, dia juga cerdas dan pandai berbisnis. Selama ini, posisiku yang satu team dengannya selalu meraup keuntungan besar. Bukan hanya itu, kami juga sangat kompak dan saling mengerti satu sama lain.Perasaan cinta pada Sandra tumbuh begitu cepat hingga akhirnya aku berniat untuk menikahinya. Beberapa tahun belakangan, hubungan asmara kami tidak ada kejelasan, jadi saat ini juga akan kuperjelas. Waktunya juga sangat tepat pas jam makan siang. 'Sandra … makan aja terlihat sangat cantik.'"Mas, jangan liatin aku gitu dong agh," ucapnya manja.Suara yang serak-serak basah terdengar sangat merdu di telinga.
"Habis kamu cantik, wangi lagi, idaman lelaki pokoknya. Gak kaya istriku yang seperti gajah itu. Udah gendut, bau badan lagi. Hih …."Aku teringat badan Tiara yang selalu bau keringat setiap habis beraktifitas. "Memang istrimu sebesar apa? Jadi penasaran," celetuknya."Akan kukenalkan saat kamu mau menjadi istriku." "Sandra, maukah kamu menikah denganku?" Cincin dari dalam saku jas kukeluarkan untuk melamarnya."Hem … tapi kamu ceraikan istrimu ya, Mas.""Tanpa kamu minta pun aku memang ingin menceraikannya, siapa juga yang kuat tinggal bareng sapi. Sudah tempat tidur juga penuh dengan tubuhnya, pokoknya sumpek lah!" keluhku geram. "Oke kalau begitu, pulang kerja aku mau mampir ke rumahmu," ucapnya."Siap, Sayang." Kupakaikan cincin emas bermata berlian itu di jari manisnya. Wajah cantiknya terlihat sangat ceria dan mempesona. 'Istri seperti ini yang bisa membuatku puas dan bahagia.' Pagi tadi aku sudah bilang pada Ibu ingin mengenalkan calon menantu yang sempurna. Meski hanya melalui panggilan telepone karena semalam aku menginap di rumah Sandra, dapat kudengar suara Ibu sangat bahagia. Bukan hanya Ibu yang bahagia, akupun sama.****Seperti yang telah dijanjikan, sepulang kerja Sandra ikut ke rumah untuk melihat wanita yang sering kusebut sebagai gajah bengkak. Menempuh jalan sekitar satu jam-an, kami telah sampai di rumah. Kugandeng tangan Sandra layaknya muda dan mudi yang sedang jatuh cinta. Ting … nong! Aku menekan bel, tidak lama Ibu keluar membukakan pintu."Bara, siapa yang kamu bawa? Cantik sekali wajahnya," puji Ibu membuat wajah Sandra tersipu malu.
"Calon menantu Ibu, yang Bara janjikan." Ibu menggandeng Sandra masuk ke dalam rumah. Mereka terlihat sangat akrab."Oh iya, di mana perempuan gajah itu, Mas?" tanyanya."Tiara mana, Bu?" "Ada di kamar," jawab Ibu sewot."Kembar di mana, Bu?" tanyaku lagi."Lagi tidur siang. Udah jangan nanyain mereka lah," protes Ibu. Sandra tertawa melihat sikap Ibu yang seperti itu.
Kebetulan Ida pulang."Da, panggilan Tiara," pintaku pada Ida yang baru pulang kuliah.
"Iya, Bang." Ida melangkah menuju kamar Tiara. "Tiara! Kebau! Keluar woy ada tamu sepesial, ni," triaknya sambil mengetuk pintu dengan keras. Sandra terpana melihat reaksi Ida. Kalau aku si sudah biasa. Entah Jawa-nya, kami sangat membenci dan ilfil pada Tiara. Badannya itu lo, gede banget.Plak!Tiara menampar pipi Ida.
"Bisa sopan gak si sama yang lebih tua!" bentak Tiara pada Ida. Kami yang melihat kejadian itu tidak terima dengan perlakuannya.
"Sudah mulai berani kamu, ya? Dasar kebo! Sudah merasa jadi jagoan!" sentakku."Seharian ini dia juga tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Tau ngapain aja njubel di kamar," tambah Ibu. Aku menjadi murka padanya. "Dasar wanita gak tau diri! Keluar kamu dari rumahku!" "Bara," Ibu memanggil dan memberi kode padaku. Aku paham dengan kode yang di berikan Ibu, rencana awal, tetap jadikan Tiara babu. "Tiara, kamu lihat tu, Sandra. Cantik, pandai berbisnis pula. Tidak sepertimu, untuk jalan saja tidak mampu," cemoh Ibu."Iya, Mba. Cocok sama Abang aku! Gak kaya sama kamu, Mba. Mirip babu dan bos! Gak cocok!" cela Ida. "Oh,,, ini yang namanya, Sandra. B aja tuh! Biasa aja! Cuma menang kurus aja, lihat wajahnya, terlalu kempot jadi terlihat lebih tua," ejeknya membuat Sandra tersinggung."Oh,,, jadi ini perempuan yang sering kamu sebut gajah bengkak, Mas. Ini si bukan gajah lagi, tapi biangnya gajah! Pantas saja suami berpaling, bentuknya tak karuan!" Dengan sinis Sandra menjawab omongan Tiara. " Sadar diri sebelum menghina saya, Mba," sambungnya lagi."Jangan sombong kamu! Selama ini aku terlalu sibuk menjadi babu di keluarga ini, serta sibuk mengurus kedua anakku. Setelah ini, aku yakin, bahkan kamu akan berada lebih rendah di bawahku!" Tiara kembali masuk ke kamar dengan menutup pintu cukup kencang."Biasa aja, Mba. Gempa ni rumah! Untung gak roboh!" triak Ida terdengar lucu untuk kami, tapi menyakitkan untuk Tiara."Maafkan Tiara ya, Sandra," lirih Ibu dengan senyum. Sandra membalas tulus senyum Ibu dengan anggukan. "Mas, Jika kau ingin menikah denganku secepatnya, maka ceraikn segera Istrimu." Mendengar permintaan Sandra, aku melirik pada Ibu. Ibu mencoba memberi pengertian padanya."Biarkan saja dia di sini untuk menjadi babu. Lumayan kan pembantu gratis. Lagi pula, kamu pasti ingin memberi pelajaran pada Tiara karena ucapannya yang menghinamu tadi." "Benar juga, Bu." Sandra menyetujui pernikahan ini tanpa aku harus menceraikan Tiara.*******Tidak bisa di pungkiri bahwa pria selalu mendambakan istri yang tetap seksi dan berbadan seperti gitar Spanyol—apalagi setelah melahirkan nantinya. Pria mana sih yang nggak pengen punya istri tetap seksi meski telah memiliki beberapa keturunan?"
Saat acara kantor nanti, akan kukenalkan Sandra pada temanku. Jelas dia tidak akan membuat diriku malu. Jadi tidak sabar ingin cepat menikahi Sandra.
POV TiaraRupanya kejutan dari suamiku membawa Sandra datang ke rumah untuk memberi tahu kalau mereka akan menikah. Bagus lah kalau seperti itu. Selama ini aku bertahan selain karena tubuh gendut dan wajah kumel, juga karena memikirkan kedua putriku. Mereka masih kecil dan masih membutuhkan kasih sayang seorang Ayah. Percayalah, bagiku kebahagiaan mereka yang utama.Untuk masalah perasaan, itu urusan nanti. Sudah nasib menjadi istri yang buruk rupa di caci maki oleh suami dan mertua. Akupun menyayangkan tubuh yang naik dratis hingga melebihi kapasitas. Bukan hanya itu, wajah yang dulu glowing, kini harus berjerawat seperti bisul dan hitam serta berminyak. Sungguh wajahku kini sangat mengerikan.Mungkin dipandangan Bang Bara aku seburuk itu? Atau justru lebih seram karena ditambah tubuh yang juga melebihi kapasitas. Oh, andai waktu bisa kuputar kembali, pasti aku tidak akan abai pada penampilan. Sekarang aku harus be
Hari ini tiba juga saat yang di tunggu-tunggu. Perasaan senang, perasaan nervous, bercampur menjadi satu. Ya Allah, bismillah.Aktifitas pagi ini dimulai dari mendatangi dokter kecantikan.Mba Milka mengantarku menemui dokter langganannya.Saat tiba di kelinik Embun, aku sangat terkejut ketika yang akan menangani masalahku seorang dokter handshome alias dokter tampan.Haduwh … seneng-seneng gimana gitu. Tapi aku hanya sebatas mengagumi dokter tampan yang memperkenalkan diri bernama Dokter Adit."Ra, Mba nunggunya sambil shoping ya. Jenuh kalau nunggu kamu di sini, pasti proses ngerombak wajah kamu ini bakal lama," ucap Mba Milka."Tapi, Mba …." Aku tidak melanjutkan ucapanku. Namun, mata ini melirik ke arah Dokter tampan. Sepertinya Mba Milka mengerti arti lirikanku."Gak apa-apa, dia gak gigit kok. Baik orangnya. Kalau macam-macam, kamu hubungi, Mba. Tenang, Adit ini bukan cuma Dokter langganan Mba, tap
"Ra, bangun … nyenyak banget tidurnya." Dokter Adit menepuk wajahku, membuat mataku terbuka secara perlahan. "Biasanya, di facial itu sakit, kok kamu malah tidur nyenyak?" tanyanya. Aku tertawa menahan rasa malu."Em, gak tahu, Dok. Gak ada rasa sakit. Ada dikit, dikit … banget …. Tapi, entah kenapa sakit itu tidak terasa dan dapat terkalahkan oleh rasa kantuk," jawabku penuh keramahan."Ya ampun, Tiara … kamu ini lugu dan polos," ucapnya. Ya ampun Dokter Adit ,,, please simpan senyumu, aku bisa meleleh kalau seperti ini."Tuh kan, senyum sendiri. Kenapa? Saya ganteng?" cetusnya."Hahahahah, ampun deh, PD banget," ucapku. Padahal dalam hati memang iya banget malah. Istighfar Tiara, Astagfirullah….
[Susunan diet sehat untuk Tiara gembul] Aku melotot melihat di belakang tulisan terselip kata gembul.[Sarapan dengan mengonsumsi semangkuk sereal di beri taburan kismis dan susu bebas lemak. Atau, satu buah pisang berukuran kecil dan satu lembar roti dari biji-bijian utuh (whole grain) dengan olesan margarin dan selai.Pilihan sarapan sehat lainnya, oatmeal dicampur kismis dimasak dengan margarin. Untuk minumannya, jus jeruk (250 ml) dan susu tanpa lemak (120 ml)][Makan siang dengan roti isi biji-bijian utuh. Akhiri makan siang dengan kentang rebus 200 gram][Makan malamCapcay tahu dengan sayuran dan paprika, semangkuk nasi merah dan satu cangkir teh lemon sekitar 250 ml][Camilan yang bisa di konsumsi tiap hari terdiri dari 250 g
"Tiara! Kenapa memejamkan mata? Lihat angka timbanganmu." Suara Adit yang terdengar gembira, membuatku memberanikan diri untuk membuka mata."Hhhhuuuuaaaaaaa! Aditttttttt!" triaku.Aku menangis sejadinya, tanpa sengaja aku memeluk Adit dengan erat. Dipelukannya itu, aku menangis tersedu-sedu."Hey ,,, kenapa menangis?" Adit memegang wajahku lalu menghadapkan ke wajahnya. Aku tahu ini salah, aku telah memeluk dia yang bukan pasangan halalku. Bahkan aku sendiri masih seorang istri sah dari Bara Permana. Seorang pria yang dengan sengaja mencampakkan-ku, menjadikan aku babu di rumahnya. Tapi apa boleh buat, orang pertama yang melihat keberhasilanku adalah Adit. Sehingga reflek aku memeluknya.Timbangan tubuhku menginjak angka56 Kg. Sebetulnya sudah ideal mengingat tinggi tubuhku 160 Cm. Tapi kata Adit, aku
POV BaraMelihat perempuan yang bersama bos-ku itu, mirip sekali dengan Tiara. Terutama dari segi suara.Ya, suaranya mengingatkanku pada Tiara. Tapi tidak mungkin juga itu si gajah bengkak. Jelas beda 180 derajat.Perempuan yang dibawa Pak Adit itu, selain cantik juga terlihat cerdas, elegan dan berkelas. Tidak seperti si gajah bengkak yang menjijikan. Mengingatnya saja sudah membuat perutku ingin mengeluarkan isinya. 'Hoooekkk' terutama wajahnya yang mirip monster, sangat, sangat, dan sangat menjijikan.Untung … sebelum keluarganya menggugat cerai, sudah kugugat duluan. Sengaja tidak mempermasalahkan Hak Asuh Anak agar sidang tidak berjalan rumit. Kuserahkan kedua anak yang terlahir dari rahim si buruk rupa itu agar tidak membuatku ribet. Lagipula aku bisa mendapatkan anak dari Sandra.
"Adit ,,, kamu gak tahu mereka itu siapa?" aku mulai membuka obrolan sambil menunggu Adit menyalakan mesin mobilnya."Aku tahu, mereka itu staf di kantorku. Dan keduanya adalah partner yang cocok. Setiap aku memberi mereka tugas menemui client, ya selalu hasil bagus yang di dapat," pujinya."Kamu setuju mereka menikah?" tanyaku dengan raut wajah sedikit tak bersemangat."Kenapa tidak. Sandra perempuan yang cerdas, cantik, baik. Bara, dia juga sama, selain tampan, dia juga baik. Dan prestasinya di kantor juga luar biasa," pujinya lagi. Aku hanya terdiam. "Kenapa wajahmu murung?" lanjutnya."Hem … dia itu suamiku. Dan Sandra calon istri keduanya," ucapku lemas."Kalau Bara itu suamimu, berarti dia bukan suamimu lagi! Milka bilang dia sudah mence
POV Adit[Ra, jangan bergadang … ] tulisku begitu saja tatkala aku memainkan ponsel.Menunggu ….Tidak ada jawaban ….[Ra … udah tidur?]Menunggu ….Masih tidak ada Jawaban ….Kluntang ….Jantung berdegup mendengar bunyi dari ponsel. Dengan cepat kuraih ponsel dan membaringkan diri di kasur empuk dengan sprey berwarna putih.[Kenapa, Dit?] balasnya.'Sudahlah, katakan saja dengan jujur apa yang tengah kurasakan.'
ENDING"Apa anda benar-benar tidak tahu dimana keberadaan Milka?" Ilham bertanya pada Rian bos istrinya itu."Saya tidak tahu, Pak Ilham. Benar. Untuk apa saya menyembunyikan istri anda?" jawab Rian mulai terbawa emosi dengan pertanyaan Ilham yang terkesan menyudutkan bahwa Rian mengetahui keberadaan Milka. "Sudah enam bulan ini saya kehilangan kontak dengan Milka semenjak dia mengundurkan diri dari perusahaan saya," lanjut Rian lagi. Ilham pun meminta maaf pada Rian. "Maaf, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Ilham kemudian beranjak dari ruangan Rian. Sampai di depan ruangan Rian, Ilham menjambak rambutnya. Menahan pusing dan sakit kepala yang hampir pasrah mencari keberadaan Milka. Bahkan bertanya pada keluarganya pun Ilham tidak mendapatkan jawaban apapun."Kemana kamu, Sayang!" jerit Ilham dalam hati. "Aku sangat merindukan kalian berdua. Istri dan anakku. Rasanya begitu menyiksa. Tolong hubungi aku, Milka. Aku rindu. Aku bisa gila kalau seperti ini terus. Kenapa kamu tega sekali
POV IDA"Gimana?" ulangku bertanya. Setujukah? Biar adil. Hidup itu harus adil!" Aku mendekati wajah suami dan istri sirinya itu. "Kurang ajar kamu!" ucap Putri. "Wah! Aku gak kurang ajar dong. Mas Hildan itu suamiku. Dari mana aku kurang ajar? Disini ada hakku dan anak-anakku. Pilih saja! Kehilangan rumah, atau usaha dengan segala kemewahannya?" Aku kembali mengingatkan kehancuran mereka yang sudah berada di depan mata."Dasar wanita brengsek!" maki Putri tidak terima. Jelas saja aku meringis mendengar makiannya. Rasanya manusia bodoh satu ini memang ingin ditertawakan. "Ha! Aku brengsek? Loh, bukannya kamu yang brengsek?" kataku lagi. Muak sudah aku dengan keduanya. Tak peduli kalau kami harus bercerai. Tapi aku juga tidak mau jika cerai tidak mendapat apapun. Lagi, aku punya dua anak dengan Mas Hildan. "Udah, Mas. Kasih saja. Yang penting perempuan ini enyah dari kehidupan kita," ucap Putri. Aku tersenyum girang. "Yes!" batinku dalam hati. "Satu lagi." Aku kembali berbicara mem
RencanaPOV IDAKeributan besar terjadi di rumah malam ini. Mas Bara membawaku pergi ke sebuah rumah minimalis yang lumayan mewah dan mobil mewah terparkir di halaman itu. Saat kutanya pada Bang Bara itu rumah dan mobil siapa, Bang Bara jawab Hildan. Membuatku tak percaya. Namun ketidakpercayaan itu berubah jadi rasa percaya ketika Hildan keluar dari rumah itu bersama dengan perempuan cantik. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Yang membuatku lebih kaget lagi, pakaian Mas Hildan sangat berkelas layaknya orang kaya berduit. Jelas saja membuatku terpana. Tega sekali dia berlaku seperti ini padaku dan kedua anakku. Singkat cerita, aku pun mengikuti Mas Hildan dan perempuan itu ternyata mereka pergi ke hotel. Setelah keduanya keluar lagi dari hotel, akupun masuk ke dalam hotel bersama Bang Bara, bertanya pada Resepsionis siapa mereka. Dan yang mengejutkan, ternyata mereka adalah pemilik hotel itu. Aku benar-benar ditipu mentah-mentah. Setelahnya, aku dan Bang Bara memutuskan pulang ke r
Kacau balauIlham menatap pilu kepergian Milka. Rasanya seolah ada yang menyayat hatinya. "Kenapa setelah aku menyadari perasaan sayangku, justru kamu pergi dariku, Milka," lirih Ilham. Laki-laki itu pun melangkah ke kamar dengan perasaan yang tak menentu. Seolah hilang arah dan seketika tidak memiliki semangat dalam hidup. Seharian, Ilham hanya diam di kamar. Tidak makan ataupun minum. Ia hanya meratap memikirkan Milka dan anaknya. Semua seolah berbalik 180 derajat Biasanya saat ada Milka dia tak pernah merasakan hal seperti itu meskipun dalam hatinya dia mencintai Tiara juga. Namun saat ini, perasaan cinta pada Tiara seolah hilang, dan justru terfokus pada Milka dan anaknya. "Seperti inikah rasanya berharga seseorang setelah pergi? Kenapa berharganya seseorang terasa setelah kepergiannya. Kenapa saat bersama seolah semua biasa saja?" lirih Ilham seraya menjambak rambutnya. ***"Bund, Ayah mau ke tempat Ilham dulu. Sudah tiga hari ini, dia tidak masuk kantor. Nomor juga tidak aktif
Butuh Waktu"Hari ini kami tidak boleh berangkat kerja, Milka," cegah Ilham saat Milka sudah siap dengan pakaian kantor dan tas di tangannya."Aku kariawan orang. Tidak bisa seenaknya begitu!" balas Milka. "Tapi aku suami kamu, dan kau berhak melarangmu!" tekan Ilham lagi sembari menghalangi Milka yang sudah siap hendak membuka pintu. Ilham sendiri berdiri di depan pintu kamar lalu mengunci pintunya dan mengambil kunci itu supaya Milka tidak bisa keluar dari kamar. "Awas, Mas! Aku mau kerja nanti kesiangan!" ucap Milka geram. "Kamu gak ada masuk kerja hari ini. Begitupun aku. Aku tidak tahan didiamkan oleh kamu! Kita selesaikan masalah kita. Jangan keras kepala, Milka! Jangan seperti anak kecil! Kamu itu seorang Ibu. Mari bicara dengan kepala dingin!" ujar Ilham. "Duduk!" pintanya sambil mendorong tubuh Milka hingga wanita itu pun terduduk di tepi ranjang. Wajah Ilham mendekat pada Milka, sementara Milka membuang muka. "Aku tanya sama kamu, kamu benar-benar ingin pisah dari aku? T
MenyedihkanTepat pada pukul 20.00 seperti yang telah disepakati, Bara pergi menemui Pak Santoso. Bersyukur Pak Santoso tidak membatalkan proyek kerja samanya. Jadi, Bara pun merasa aman. Setidaknya, Bara tidak kehilangan pekerjaannya. Setelah selesai menemui Pak Santoso, Bara pun langsung berpamitan untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika dirinya mendapati Hildan turun dari mobil bersama wanita cantik. Penampilannya juga sangat rapi tidak seperti saat sedang berada di rumah. Bahkan, pakaian yang Hildan gunakan juga tidak sama seperti pakaian yang dipakai saat bertengkar dengan Ida siang tadi. "Masa sih Hildan pura-pura miskin di depan istrinya? Kelewatan," batin Bara. Namun, saat dirinya ingin berontak, Bara kembali teringat kesalahannya di masa lalu. "Tidak mungkin kesalahanku ditanggung oleh Ida. Hildan! Rasanya aku ingin membunuhmu!" batin Bara sambil mengepalkan kedua tangannya. Diam-diam Bara pun mengikuti Hildan dan wanita itu. Langkah kaki Bara terhenti di sebuah ho
Ingatan Masa LaluPOV BaraBetul apa kata Sandra. Tepat pukul 13.00, sepasang suami istri datang melihat-lihat rumah ini. Kemudian, mereka juga memintaku untuk segera berkemas karena besok mereka akan menempati rumah ini. Aku pun dengan pasrah meninggalkan rumah ini beserta isi yang telah kubeli menggunakan uangku. Sandra kelewatan. Padahal rumah itu juga hasil jerih payahku juga. Semoga setelah ini hidupnya hancur. ***"Loh, Bang Bara ngapain kesini bawa-bawa koper?" tanya Ida bingung. "Sandra menggugat cerai dan rumah di jual," singkatku. "Terus Abang gak nuntut apa-apa? Enak banget Sandra," sinis Ida. "Aku malas berdebat. Pusing sakit kepala. Sudahlah biarkan saja. Yang penting aku tidak kehilangan pekerjaan. Sandra wanita ular. Berurusan dengannya membuat hidup tak tenang.""Oh, jadi Abang gak mau nuntut apa-apa?" Ida kembali bertanya dan menegaskan. Aku menggeleng. Aku memang malas berdebat dengan wanita itu. Malas sekali. Sudah pasti aku yang kalah. Lagi pula rumah itu dibel
POV BARAWaktu yang masih ada tidak boleh aku sia-siakan. Aku sangat yakin, kalau hubungan rumah tangga Milka dan Ilham pasti akan sulit dikembalikan seperti semula. Daripada dipecat tidak dapat apa-apa, hancur semuanya. Mending aku hancurin usaha Adit. Setidaknya meskipun aku hancur, Adit dan keluarganya juga sama. Jatuh miskin. Hancurku pun tak percuma. Tidak sia-sia. Kalian salah kalau melawanku. Kalian lupa kalau aku adalah orang yang sangat nekad."Lebih baik, kamu jangan gegabah, Bar. Ingat bagaimana nasib Ibumu, Ida? Mereka butuh kamu. Kalau kamu di penjara gimana? Mending yakinkan Milka saja," kata hatiku bicara demikian membuat aku merasa bimbang karena bertentangan."Aku harus memperbaiki semuanya. Langkah awal aku akan berusaha meyakinkan, Milka."***Tepat pukul 16.00, aku meninggalkan kantor. Kukebut mobil supaya bisa cepat berada di kantor Milka. Sebab, hari ini aku ingin mengajaknya bicara dari hati ke hati. Aku akan berusaha meyakinkan dia dulu. Setidaknya, ku kesampin
##Bab 70Kesempatan dalam kesempitan"Milka, sendirian aja. Aku temani ya?" ujar Bara yang langsung menarik kursi di depan Milka dan duduk dengan santai serta rasa percaya diri. Milka sendiri langsung malas melihat kedatangan Bara. "Ngapain sih nih orang, ganggu aja," kesal Milka dalam hati. "Kamu, Bara. Ngapain?" tanya Milka sambil mengerutkan kedua alisnya."Nggak, aku lihat kamu sendirian sambil melamun. Ada apa? Ada masalah? Coba cerita sama aku. Siapa tahu aku bisa bantu," tawar Bara. Milka menyunggingkan sebelah bibirnya. Sangat tidak suka dengan ucapan Bara yang dirasanya terlalu ikut campur urusannya."Gak ada apa-apa, Bar. Sok tahu kamu," kesal Milka. Bara menghancurkan suasana tenang di pagi harinya. Milka pun langsung bangun dari tempat duduknya. Melihat respon Milka yang seperti itu, Bara merasa sangat kesal. Tapi dia harus bersabar. "Sombong sekali wanita ini," batin Bara kesal. Diperlakukan seperti itu oleh Milka, membuat Bara malu dan seolah jatuh harga dirinya."Mau k