Share

Bab 6

Author: RENA ARIANA
last update Last Updated: 2021-06-21 12:29:58

"Ra, bangun …  nyenyak banget tidurnya." Dokter Adit menepuk wajahku, membuat mataku terbuka secara perlahan. "Biasanya, di facial itu sakit, kok kamu malah tidur nyenyak?" tanyanya. Aku tertawa menahan rasa malu. 

 

 

"Em, gak tahu, Dok. Gak ada rasa sakit. Ada dikit, dikit … banget …. Tapi, entah kenapa sakit itu tidak terasa dan dapat terkalahkan oleh rasa kantuk," jawabku penuh keramahan. 

 

 

"Ya ampun, Tiara … kamu ini lugu dan polos," ucapnya. Ya ampun Dokter Adit ,,, please simpan senyumu, aku bisa meleleh kalau seperti ini.

 

 

"Tuh kan, senyum sendiri. Kenapa? Saya ganteng?" cetusnya. 

 

 

"Hahahahah, ampun deh, PD banget," ucapku. Padahal dalam hati memang iya banget malah. Istighfar Tiara, Astagfirullah….

 

 

"Please jangan panggil saya Dokter, tapi kita berteman?" 

 

 

"Oke, Adit … terima kasih mau menjadi temanku yang buruk rupa dan jauh dari kata sempurna ini," celetukku tanpa rasa canggung. Kami betul-betul telah merasa cocok untuk berteman.

 

 

Adit mengambil kaca dan memberikannya padaku. Alamak, memang jerawatku sudah pada kempes, tapi wajahku kini penuh tanda merah. Aw ,,, baru terasa ada rasa perih. Perih atau pedih? Entahlah intinya semacam itu. Kupegang wajah ini secara perlahan.

 

 

"Dok." Tidak ada jawaban … aku mencobanya kembali.

 

 

"Dok ,,, dok ,,, dok ,,,."  

 

 

Masih tidak ada jawaban. Ini orang kenapa ya? Masa iya ganteng-ganteng tidak dapat mendengar?

 

 

"Adittttttttttt!!!!!!!!!" Triaku. 

 

 

"Aku di sini, Tiara … jangan berteriak. Memang aku tuli?" tuturnya.

 

 

"Ih … bukan gitu, Dok. Habis saya panggil-panggil gak mau nyaut. Ini saya mau nanya, merah-merah ini bakal ilang gak? Masa kirikilnya lepas, bekas kirikilnya lebih menyeramkan," keluhku.

 

 

 

"Oh tenang. Saya punya ini." Dengan menampakkan gigi yang rata, Dokter Adit mengeluarkan satu paket perawatan wajah.  

 

 

"Dalam dua minggu, wajahmu akan bebas jerawat, komedo, dan flek parah. Wajah juga akan terlihat glowing alami," terangnya.

 

 

"Wah ,,,, Dok, ini kan krim wajah yang suka diposting oleh penulis favoritku, Rena Ariana ….," ucapku.

 

 

"Iya, dia itu memang salah satu custumer saya. Biar cepat glowingnya, jangan lupa rajin konsultasi. Selama proses penyembuhan, jangan makan makanan yang mengandung banyak kadar minyak, karena kulit wajahmu tipe berjerawat. Hindari setres dan rajinlah mencuci muka. Gunakan krim ini siang dan malam. Di kemasan ada cara pemakaiannya," terangnya. Wah ternyata Mbak Rena kenal Dokter Adit. 

 

 

"Baiklah, Dokter Adit. Terima kasih banyak," ucapku. Ingin rasanya berkata, 'Terima kasih Dokter tampan, tapi takut di serampang. Wkkwkwkwk'

 

 

****

 

 

"Ehem … ehem … asyik banget ngobrolnya!" celetuk Mba Milka yang entah kapan dia tibanya. Mba Milka langsung datang dan duduk menghampri kami.

 

 

"Ra, Ayok pulang," ajaknya. Aku terdiam. "Lihat tu udah pukul 11.30 siang. Di depan banyak yang mau konsultasi juga," ucap Mba Milka.

 

 

"Hheheh iya … makasih Adit. Kami pulang dulu," ucapku sambil menarik tangan Mba Milka. Entah, sepertinya Kakak iparku ini bingung terihat matanya melotot saat aku memanggil Dokter Adit, tanpa embel-embel Dokter. Cckkckck, bodo agh, yang penting hari ini aku happy. Sangat happy, Tiara seperti terlepas dari kandang singa dapat bernafas dengan bebas.

 

 

"Tiara! Jangan lupa! Mulai besok kita mulai program dietnya!" triaknya mengingatkan.

 

 

"Siap, Adit!" Mba Milka masih termenung melihat sikapku. Lucu banget jika wajahnya seperti ini …

 

 

 

Buk !

 

 

Aw ,,, aku menabrak seseorang saat keluar dari klinik Adit.

 

 

"Hati-hati, Ra," ucap Mbak Tiara.

 

 

 

"Dasar kebooo!!!!! Emang ya, kalau kebo itu gak bisa jalan pake mata! Secara gitu, keberatan badan,"maki seseorang yang suaranya tak asing di telingaku. 

 

 

"Hoh, ternyata anak dari keluarga kurang beradab ya? Pantas bahasa yang keluar, bahasa mulut tidak berpendidikan," balasku memaki tatkala mataku melihat kearahnya. Siapa lagi kalau bukan Ida dan Sandra calon iparnya. Mereka memang cocok.

 

 

"Aduh kalian ini, cantik si, tapi sayang, mulutnya bau sampah! Jangan menghina! Bisa saja besok kalian yang berada di posisi Tiara! Jangan sukak menyakiti hati orang lain dengan mulut kalian, kalau tidak mau mulut kalian itu bau tempat sampah busuk!" cetus Mba Milka. 

 

 

 

"Widih, biarkan saja Mba Sandra. Lihat tu gajah, abis nyalon, hahahhaha mukanya malah budukan begitu. Dasar! Jelek mah jelek aja keles!" lontar Ida. 

 

 

"Oh gitu ya, kalau gitu, minggir! Gajah mau lewat!" Dengan menarik tangan Mba Milka, aku sengaja menabrak Ida dan Sandra hingga mereka tersungkur. Tidak lupa, setelah mereka terjatuh, aku memutar balik dan sengaja menginjak tangannya. 

 

 

"Awww … sakit!" pekiknya. 

 

 

Tak peduli, kuabaikan keduanya. 

 

 

*****

 

 

"Nanti sampai rumah, kamu langsung pake scincarenya," ucap Mba Milka.

 

 

 

"Siap, Mba. Makasih ya, sudah mengenalkan Tiara sama Dokter Adit."

 

 

 

"Sama-sama, Sayang …." Ya Allah Kakak Iparku ini sangat baik. Pantas saja Ibu sangat sayang padanya. Tidak semua mertua itu jahat, hanya ada beberapa. Dan tidak semua menantu tidak mau menghargai mertua, seperti Mba Milka yang sangat menghargai Ibu dan Ayah.

 

"Kamu cepat akrab ya sama, Adit?" ucapan Mba Milka kali ini benar-benar mampu membuat kerongkonganku mengering.

 

"Iya, Mba. Dia lucu, baik."

 

"Ganteng lagi! Jomblo lo!" sambarnya ketika aku belum selesai berbicara.

 

"Mba lupa? Aku ini kan masih istri Bara. Lagi pula tidak mungkin, Mba," ucapku.

 

"Tidak mungkin kenapa? Minder sama tubuhmu? Mba yakin kamu bakal bisa memikat hati Adit," cetusnya.

 

 

"Agh, Mba ini. Jangan bikin Tiara terbang ke awan. Nanti kalau jatuh sakit, Mba.

 

"Lihat saja kalau program dietmu berhasil. Inget mulai hari ini, jangan terlalu banyak makan nasi! kurangin makanan berminyak yang bisa menumpuk lemak. Jangan terlalu banyak minum air dingin apalagi dingin dan manis. Mulai besok, taro irisan lemon di botol minumu. Dan ... rajin olahraga pastinya. Hehhehe Mba Milka sok tahu ya? Hihihi maaf, itu akan menjadi urusan kamu dan Adit," jelasnya.

 

Aku memeluk Mba Milka. Mengucapkan banyak terima kasih. 

 

Hem ... apa kabar si kembar. Bundanya malah asyik sendirian. Maafka Bunda kembar .... 

 

*****

Aku dan Mba Milka pulang dengan perasaan senang. Tidak sabar untuk besok. Mulai besok aku akan banyak menghabiskan waktu dengan Handshome Dokter. ' Ampun Tiara ,,, mikir apaan si?' Ada-ada saja aku ini.

 

 

 

 

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yanie Abdullah
jangan terlalu lebay dong
goodnovel comment avatar
Poernama
semangat Tiara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 7

    [Susunan diet sehat untuk Tiara gembul] Aku melotot melihat di belakang tulisan terselip kata gembul.[Sarapan dengan mengonsumsi semangkuk sereal di beri taburan kismis dan susu bebas lemak. Atau, satu buah pisang berukuran kecil dan satu lembar roti dari biji-bijian utuh (whole grain) dengan olesan margarin dan selai.Pilihan sarapan sehat lainnya, oatmeal dicampur kismis dimasak dengan margarin. Untuk minumannya, jus jeruk (250 ml) dan susu tanpa lemak (120 ml)][Makan siang dengan roti isi biji-bijian utuh. Akhiri makan siang dengan kentang rebus 200 gram][Makan malamCapcay tahu dengan sayuran dan paprika, semangkuk nasi merah dan satu cangkir teh lemon sekitar 250 ml][Camilan yang bisa di konsumsi tiap hari terdiri dari 250 g

    Last Updated : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 8

    "Tiara! Kenapa memejamkan mata? Lihat angka timbanganmu." Suara Adit yang terdengar gembira, membuatku memberanikan diri untuk membuka mata."Hhhhuuuuaaaaaaa! Aditttttttt!" triaku.Aku menangis sejadinya, tanpa sengaja aku memeluk Adit dengan erat. Dipelukannya itu, aku menangis tersedu-sedu."Hey ,,, kenapa menangis?" Adit memegang wajahku lalu menghadapkan ke wajahnya. Aku tahu ini salah, aku telah memeluk dia yang bukan pasangan halalku. Bahkan aku sendiri masih seorang istri sah dari Bara Permana. Seorang pria yang dengan sengaja mencampakkan-ku, menjadikan aku babu di rumahnya. Tapi apa boleh buat, orang pertama yang melihat keberhasilanku adalah Adit. Sehingga reflek aku memeluknya.Timbangan tubuhku menginjak angka56 Kg. Sebetulnya sudah ideal mengingat tinggi tubuhku 160 Cm. Tapi kata Adit, aku

    Last Updated : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 9

    POV BaraMelihat perempuan yang bersama bos-ku itu, mirip sekali dengan Tiara. Terutama dari segi suara.Ya, suaranya mengingatkanku pada Tiara. Tapi tidak mungkin juga itu si gajah bengkak. Jelas beda 180 derajat.Perempuan yang dibawa Pak Adit itu, selain cantik juga terlihat cerdas, elegan dan berkelas. Tidak seperti si gajah bengkak yang menjijikan. Mengingatnya saja sudah membuat perutku ingin mengeluarkan isinya. 'Hoooekkk' terutama wajahnya yang mirip monster, sangat, sangat, dan sangat menjijikan.Untung … sebelum keluarganya menggugat cerai, sudah kugugat duluan. Sengaja tidak mempermasalahkan Hak Asuh Anak agar sidang tidak berjalan rumit. Kuserahkan kedua anak yang terlahir dari rahim si buruk rupa itu agar tidak membuatku ribet. Lagipula aku bisa mendapatkan anak dari Sandra.

    Last Updated : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 10

    "Adit ,,, kamu gak tahu mereka itu siapa?" aku mulai membuka obrolan sambil menunggu Adit menyalakan mesin mobilnya."Aku tahu, mereka itu staf di kantorku. Dan keduanya adalah partner yang cocok. Setiap aku memberi mereka tugas menemui client, ya selalu hasil bagus yang di dapat," pujinya."Kamu setuju mereka menikah?" tanyaku dengan raut wajah sedikit tak bersemangat."Kenapa tidak. Sandra perempuan yang cerdas, cantik, baik. Bara, dia juga sama, selain tampan, dia juga baik. Dan prestasinya di kantor juga luar biasa," pujinya lagi. Aku hanya terdiam. "Kenapa wajahmu murung?" lanjutnya."Hem … dia itu suamiku. Dan Sandra calon istri keduanya," ucapku lemas."Kalau Bara itu suamimu, berarti dia bukan suamimu lagi! Milka bilang dia sudah mence

    Last Updated : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   BAB 11

    POV Adit[Ra, jangan bergadang … ] tulisku begitu saja tatkala aku memainkan ponsel.Menunggu ….Tidak ada jawaban ….[Ra … udah tidur?]Menunggu ….Masih tidak ada Jawaban ….Kluntang ….Jantung berdegup mendengar bunyi dari ponsel. Dengan cepat kuraih ponsel dan membaringkan diri di kasur empuk dengan sprey berwarna putih.[Kenapa, Dit?] balasnya.'Sudahlah, katakan saja dengan jujur apa yang tengah kurasakan.'

    Last Updated : 2021-06-22
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 12

    "Perfect, Tiara! Buka mata! Ingat, jangan cari kesempatan dalam kesempitan! Jangan modus! Kalau mau peluk, peluk aja. Adit rela kok," ucapnya penuh tawa."Yeeeeee!" triaku. Hampir aja kebablasan, untung masih bisa nahan diri."Sini, Ra. Kalau mau peluk. Nih, Adit sudah siap," ucapnya sembari membentangkan tangan."Huuuu … ngarep!" cetusku."Berapa Kg?""52 kg. Yeeeeeeee … makasih Dokter Adit," ucapku.Sebetulnya aku ingin memeluknya, tapi ku-urungkan. Daripada dibilang modus, lebih baik menahan diri."Ra, beresin bajunya, kita pulang hari ini," ucapnya. Ada senang ada juga sedih. Senangnya bisa ketemu keluarga, sedihnya, tidak lagi menghabiskan waktu dengan Adit.Tidak pernah kubayangkan aku menjadi secantik ini sekarang.

    Last Updated : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 13

    Dua hari ini tidak ada kabar dari Adit semenjak aku bertanya soal pekerjaan. Mana lusa harus ke pernikahan Bara. Pikiranku seketika berubah menjadi kacau, ada apa dengan Adit? Beribu pikiran aneh mulai menghinggapi otakku. Aku mulai berfikir dengan apa yang pernah Adit katakan, pasti semuanya hanya tipuan semata. Laki-laki memang pandai mengobral cinta, lagipula dari mana juga seorang Dokter yang sukses bisa menyukaiku yang cuma janda ber-anak dua. Adit itu pantasnya bersanding dengan gadis lajang sepertinya.Ini yang aku takutkan dari mencintai seseorang, takut ter-PHP ….Ingin aku menanyakan kabarnya, tapi jari ini terasa berat untuk mengetik pesan itu dan mengirimkannya.🖤Udah[Ra ,,, buka pintu sekarang. Aku ada di depan pintu rumahmu] Seseorang yang tengah kupikirkan tiba-tiba saja mengirim pesan. Karena terlalu girang, aku berlari cepat untuk menyambutnya."Ra

    Last Updated : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 14

    Tepat pukul 19.30 Aku dan Adit sampai di rumah besar Bara. Bingung kenapa mereka tidak melangsungkan pernikahan di gedung."Ra, tunggu … bedakmu dibereskan dulu. Lihat tu gara-gara air mata, make-up kamu jadi rusak." Aku mengeluarkan bedak dari dalam tas berniat untuk merapikan riasanku. Tapi, Adit mengambilnya dan mulai mengaplikasikannya ke wajahku."Nah, ini kan rapi. Cengeng si!" goda Adit menarik hidungku."Ayok turun! Jangan kebanyakan drama deh!" sungutku.Meski aku sendiri suka diperlakukan seperti ini.🖤Saat kulihat nama yang terpajang di janur kuning, ternyata nama orang tua Sandra memakai Almarhum dan Alamrhumah. Oh, pantas saja acaranya di rumah Bara.Terlihat Ilham dan kedua anakku sudah ada di depan pintu masuk. Mereka melambai ke arahku. Aku menyuruhnya masuk terlebih dahulu. Dari turun mobil hingga masuk ke dalam, Adit terus menggandeng tanganku. Sedikit ri

    Last Updated : 2021-06-26

Latest chapter

  • Gendut Alasan Suami Mendua   ENDING

    ENDING"Apa anda benar-benar tidak tahu dimana keberadaan Milka?" Ilham bertanya pada Rian bos istrinya itu."Saya tidak tahu, Pak Ilham. Benar. Untuk apa saya menyembunyikan istri anda?" jawab Rian mulai terbawa emosi dengan pertanyaan Ilham yang terkesan menyudutkan bahwa Rian mengetahui keberadaan Milka. "Sudah enam bulan ini saya kehilangan kontak dengan Milka semenjak dia mengundurkan diri dari perusahaan saya," lanjut Rian lagi. Ilham pun meminta maaf pada Rian. "Maaf, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Ilham kemudian beranjak dari ruangan Rian. Sampai di depan ruangan Rian, Ilham menjambak rambutnya. Menahan pusing dan sakit kepala yang hampir pasrah mencari keberadaan Milka. Bahkan bertanya pada keluarganya pun Ilham tidak mendapatkan jawaban apapun."Kemana kamu, Sayang!" jerit Ilham dalam hati. "Aku sangat merindukan kalian berdua. Istri dan anakku. Rasanya begitu menyiksa. Tolong hubungi aku, Milka. Aku rindu. Aku bisa gila kalau seperti ini terus. Kenapa kamu tega sekali

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Akhirnya

    POV IDA"Gimana?" ulangku bertanya. Setujukah? Biar adil. Hidup itu harus adil!" Aku mendekati wajah suami dan istri sirinya itu. "Kurang ajar kamu!" ucap Putri. "Wah! Aku gak kurang ajar dong. Mas Hildan itu suamiku. Dari mana aku kurang ajar? Disini ada hakku dan anak-anakku. Pilih saja! Kehilangan rumah, atau usaha dengan segala kemewahannya?" Aku kembali mengingatkan kehancuran mereka yang sudah berada di depan mata."Dasar wanita brengsek!" maki Putri tidak terima. Jelas saja aku meringis mendengar makiannya. Rasanya manusia bodoh satu ini memang ingin ditertawakan. "Ha! Aku brengsek? Loh, bukannya kamu yang brengsek?" kataku lagi. Muak sudah aku dengan keduanya. Tak peduli kalau kami harus bercerai. Tapi aku juga tidak mau jika cerai tidak mendapat apapun. Lagi, aku punya dua anak dengan Mas Hildan. "Udah, Mas. Kasih saja. Yang penting perempuan ini enyah dari kehidupan kita," ucap Putri. Aku tersenyum girang. "Yes!" batinku dalam hati. "Satu lagi." Aku kembali berbicara mem

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Rencana

    RencanaPOV IDAKeributan besar terjadi di rumah malam ini. Mas Bara membawaku pergi ke sebuah rumah minimalis yang lumayan mewah dan mobil mewah terparkir di halaman itu. Saat kutanya pada Bang Bara itu rumah dan mobil siapa, Bang Bara jawab Hildan. Membuatku tak percaya. Namun ketidakpercayaan itu berubah jadi rasa percaya ketika Hildan keluar dari rumah itu bersama dengan perempuan cantik. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Yang membuatku lebih kaget lagi, pakaian Mas Hildan sangat berkelas layaknya orang kaya berduit. Jelas saja membuatku terpana. Tega sekali dia berlaku seperti ini padaku dan kedua anakku. Singkat cerita, aku pun mengikuti Mas Hildan dan perempuan itu ternyata mereka pergi ke hotel. Setelah keduanya keluar lagi dari hotel, akupun masuk ke dalam hotel bersama Bang Bara, bertanya pada Resepsionis siapa mereka. Dan yang mengejutkan, ternyata mereka adalah pemilik hotel itu. Aku benar-benar ditipu mentah-mentah. Setelahnya, aku dan Bang Bara memutuskan pulang ke r

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Kacau balau

    Kacau balauIlham menatap pilu kepergian Milka. Rasanya seolah ada yang menyayat hatinya. "Kenapa setelah aku menyadari perasaan sayangku, justru kamu pergi dariku, Milka," lirih Ilham. Laki-laki itu pun melangkah ke kamar dengan perasaan yang tak menentu. Seolah hilang arah dan seketika tidak memiliki semangat dalam hidup. Seharian, Ilham hanya diam di kamar. Tidak makan ataupun minum. Ia hanya meratap memikirkan Milka dan anaknya. Semua seolah berbalik 180 derajat Biasanya saat ada Milka dia tak pernah merasakan hal seperti itu meskipun dalam hatinya dia mencintai Tiara juga. Namun saat ini, perasaan cinta pada Tiara seolah hilang, dan justru terfokus pada Milka dan anaknya. "Seperti inikah rasanya berharga seseorang setelah pergi? Kenapa berharganya seseorang terasa setelah kepergiannya. Kenapa saat bersama seolah semua biasa saja?" lirih Ilham seraya menjambak rambutnya. ***"Bund, Ayah mau ke tempat Ilham dulu. Sudah tiga hari ini, dia tidak masuk kantor. Nomor juga tidak aktif

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Butuh waktu

    Butuh Waktu"Hari ini kami tidak boleh berangkat kerja, Milka," cegah Ilham saat Milka sudah siap dengan pakaian kantor dan tas di tangannya."Aku kariawan orang. Tidak bisa seenaknya begitu!" balas Milka. "Tapi aku suami kamu, dan kau berhak melarangmu!" tekan Ilham lagi sembari menghalangi Milka yang sudah siap hendak membuka pintu. Ilham sendiri berdiri di depan pintu kamar lalu mengunci pintunya dan mengambil kunci itu supaya Milka tidak bisa keluar dari kamar. "Awas, Mas! Aku mau kerja nanti kesiangan!" ucap Milka geram. "Kamu gak ada masuk kerja hari ini. Begitupun aku. Aku tidak tahan didiamkan oleh kamu! Kita selesaikan masalah kita. Jangan keras kepala, Milka! Jangan seperti anak kecil! Kamu itu seorang Ibu. Mari bicara dengan kepala dingin!" ujar Ilham. "Duduk!" pintanya sambil mendorong tubuh Milka hingga wanita itu pun terduduk di tepi ranjang. Wajah Ilham mendekat pada Milka, sementara Milka membuang muka. "Aku tanya sama kamu, kamu benar-benar ingin pisah dari aku? T

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Menyedihkan

    MenyedihkanTepat pada pukul 20.00 seperti yang telah disepakati, Bara pergi menemui Pak Santoso. Bersyukur Pak Santoso tidak membatalkan proyek kerja samanya. Jadi, Bara pun merasa aman. Setidaknya, Bara tidak kehilangan pekerjaannya. Setelah selesai menemui Pak Santoso, Bara pun langsung berpamitan untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika dirinya mendapati Hildan turun dari mobil bersama wanita cantik. Penampilannya juga sangat rapi tidak seperti saat sedang berada di rumah. Bahkan, pakaian yang Hildan gunakan juga tidak sama seperti pakaian yang dipakai saat bertengkar dengan Ida siang tadi. "Masa sih Hildan pura-pura miskin di depan istrinya? Kelewatan," batin Bara. Namun, saat dirinya ingin berontak, Bara kembali teringat kesalahannya di masa lalu. "Tidak mungkin kesalahanku ditanggung oleh Ida. Hildan! Rasanya aku ingin membunuhmu!" batin Bara sambil mengepalkan kedua tangannya. Diam-diam Bara pun mengikuti Hildan dan wanita itu. Langkah kaki Bara terhenti di sebuah ho

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Ingatan Masa Lalu

    Ingatan Masa LaluPOV BaraBetul apa kata Sandra. Tepat pukul 13.00, sepasang suami istri datang melihat-lihat rumah ini. Kemudian, mereka juga memintaku untuk segera berkemas karena besok mereka akan menempati rumah ini. Aku pun dengan pasrah meninggalkan rumah ini beserta isi yang telah kubeli menggunakan uangku. Sandra kelewatan. Padahal rumah itu juga hasil jerih payahku juga. Semoga setelah ini hidupnya hancur. ***"Loh, Bang Bara ngapain kesini bawa-bawa koper?" tanya Ida bingung. "Sandra menggugat cerai dan rumah di jual," singkatku. "Terus Abang gak nuntut apa-apa? Enak banget Sandra," sinis Ida. "Aku malas berdebat. Pusing sakit kepala. Sudahlah biarkan saja. Yang penting aku tidak kehilangan pekerjaan. Sandra wanita ular. Berurusan dengannya membuat hidup tak tenang.""Oh, jadi Abang gak mau nuntut apa-apa?" Ida kembali bertanya dan menegaskan. Aku menggeleng. Aku memang malas berdebat dengan wanita itu. Malas sekali. Sudah pasti aku yang kalah. Lagi pula rumah itu dibel

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Aku tidak bersalah

    POV BARAWaktu yang masih ada tidak boleh aku sia-siakan. Aku sangat yakin, kalau hubungan rumah tangga Milka dan Ilham pasti akan sulit dikembalikan seperti semula. Daripada dipecat tidak dapat apa-apa, hancur semuanya. Mending aku hancurin usaha Adit. Setidaknya meskipun aku hancur, Adit dan keluarganya juga sama. Jatuh miskin. Hancurku pun tak percuma. Tidak sia-sia. Kalian salah kalau melawanku. Kalian lupa kalau aku adalah orang yang sangat nekad."Lebih baik, kamu jangan gegabah, Bar. Ingat bagaimana nasib Ibumu, Ida? Mereka butuh kamu. Kalau kamu di penjara gimana? Mending yakinkan Milka saja," kata hatiku bicara demikian membuat aku merasa bimbang karena bertentangan."Aku harus memperbaiki semuanya. Langkah awal aku akan berusaha meyakinkan, Milka."***Tepat pukul 16.00, aku meninggalkan kantor. Kukebut mobil supaya bisa cepat berada di kantor Milka. Sebab, hari ini aku ingin mengajaknya bicara dari hati ke hati. Aku akan berusaha meyakinkan dia dulu. Setidaknya, ku kesampin

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Kesempatan dalam kesempitan

    ##Bab 70Kesempatan dalam kesempitan"Milka, sendirian aja. Aku temani ya?" ujar Bara yang langsung menarik kursi di depan Milka dan duduk dengan santai serta rasa percaya diri. Milka sendiri langsung malas melihat kedatangan Bara. "Ngapain sih nih orang, ganggu aja," kesal Milka dalam hati. "Kamu, Bara. Ngapain?" tanya Milka sambil mengerutkan kedua alisnya."Nggak, aku lihat kamu sendirian sambil melamun. Ada apa? Ada masalah? Coba cerita sama aku. Siapa tahu aku bisa bantu," tawar Bara. Milka menyunggingkan sebelah bibirnya. Sangat tidak suka dengan ucapan Bara yang dirasanya terlalu ikut campur urusannya."Gak ada apa-apa, Bar. Sok tahu kamu," kesal Milka. Bara menghancurkan suasana tenang di pagi harinya. Milka pun langsung bangun dari tempat duduknya. Melihat respon Milka yang seperti itu, Bara merasa sangat kesal. Tapi dia harus bersabar. "Sombong sekali wanita ini," batin Bara kesal. Diperlakukan seperti itu oleh Milka, membuat Bara malu dan seolah jatuh harga dirinya."Mau k

DMCA.com Protection Status