Share

Bab 8

Penulis: RENA ARIANA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-21 12:34:11

"Tiara! Kenapa memejamkan mata? Lihat angka timbanganmu." Suara Adit yang terdengar gembira, membuatku memberanikan diri untuk membuka mata. 

 

"Hhhhuuuuaaaaaaa! Aditttttttt!" triaku. 

 

Aku menangis sejadinya, tanpa sengaja aku memeluk Adit dengan erat. Dipelukannya itu, aku menangis tersedu-sedu.

 

 

"Hey ,,, kenapa menangis?" Adit memegang wajahku lalu menghadapkan ke wajahnya. Aku tahu ini salah, aku telah memeluk dia yang bukan pasangan halalku. Bahkan aku sendiri masih seorang istri sah dari Bara Permana. Seorang pria yang dengan sengaja mencampakkan-ku, menjadikan aku babu di rumahnya. Tapi apa boleh buat, orang pertama yang melihat keberhasilanku adalah Adit. Sehingga reflek aku memeluknya.

 

Timbangan tubuhku menginjak angka 

 

56 Kg. Sebetulnya sudah ideal mengingat tinggi tubuhku 160 Cm. Tapi kata Adit, aku harus menurunkan tiga atau empat Kg lagi.

 

 

"Makasih … makasih … makasih …" ucapku berkali-kali pada Adit. 

 

 

Selama program ini, seseorang yang menemaniku hanya Adit. Yang memberi semangat disaat aku ingin menyerah. Seseorang yang selalu membuatkan makanan sehat. Andai Adit ini menjadi suamiku ….

 

Untuk perawatan tubuh dan rambut, Adit memanggil Mela sepesial untuk melayaniku. Seperti hari ini, Mela akan datang untuk meni-pedi.

 

 

"Ssssttt! … jangan ucapkan kata terima kasih berkali-kali." Jari telunjuk Adit menutup bibirku untuk tidak berbicara. Ya ampun … udah persis seperti film drama, cowoknya romantis gitu. 'Heleh … mikir apa si kamu Tiara'

 

 

"Ehem …" baru dipikirkan, Mela sudah tiba, membuat Adit menarik jarinya. Sungguh aku merasa malu, entah dengan Adit.

 

 

"Mba Tiara! Cantik sekali. Perfect," puji Mela membuat wajahku bersemu karena malu. Mela menghampiriku setelah sebelumnya melirik Adit seperti menggoda. 

 

 

"Kalian mau lulur kan? Kalau begitu, saya mau pulang dulu," pamitnya. "Tiara … semangat! Lima Kg lagi," cetusnya hingga akhirnya diapun menghilang dari pandangan.

 

 

"Cie, Mba Tiara. Ahem … ahem …" Mela terus menggodaku. 

 

 

"Apaan si kamu, Mel. Aku sama Adit gak ada hubungan sepesial lagi. Mana mau Adit smaa saya."

 

 

"Kelihatan dari mata Dokter Adit, dia kayak naksir gitu sama Mba Tiara."

 

 

"Agh, kamu jangan bikin saya meleleh, Mel."

 

 

"Wah … berarti Mba Tiara suka dong sama Dokter Adit!" celetuknya.

 

 

"Hust! Sembarangan kamu, Mel. Sudah ayok mulai pekerjaanmu."

 

 

"Mba, glowing banget deh sekarang," pujinya lagi.

 

Aku tidak lagi menjawab, hanya senyum yang kutampakan. Jujur, wajah Adit selalu lewat di pikiranku. 

 

 

Salahkah aku jika mencintainya? Perhatian dan kebaikannya, membuatku timbul rasa ingin memiliki. Sebelumnya, aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini. Tapi kenapa harus pada Adit yang terlalu sempurna untukku. Siapakah aku baginya.

 

 

****

 

Selesai melakukan lulur, Mela kembali bertanya.

 

"Mba, Tiara … setelah langsing kenapa wajahnya tampak lebih muda? Berapa umur, Mba Tiara. Maaf kalau saya lancang, Mba," ucap Mela.

 

 

"Iya, ternyata berat badan dan penampilan semrawut mempengaruhi wajah, ya?" Mela mengangguk. 

 

"Aku baru umur 27 tahun, Mel. Dan suamiku yang mendua dengan alasan aku gendut, dia kini berusia tiga puluh tahun," lanjutku. 

 

 

"Tega banget suami, Mba Tiara," cetusnya sambil terus memijat kepalaku. 

 

 

"Memang dia seganteng apa, Mba? Belagu amat," tanyanya dengan nada yang ketus.

 

 

"Menurutku dia tampan, tapi ketampanan saja tidak cukup kalau tidak mempunyai etitud yang baik. Dia berpendidikan, tapi mulutnya seperti orang yang tidak berpendidikan. Dia berpenghasilan besar, tapi penghasilnya membuatnya angkuh dan merasa tidak membutuhkan orang lain. Aku istrinya, tapi seperti orang lain baginya. Maka kusebut diriku ini orang lain," terangku.

 

 

"Kenapa Mba Tiara mau menikah dengannya? Sudah tahu sikapnya sangat buruk!" 

 

 

"Perjodohan. Ayahku dan Ayahnya bersahabat. Tanpa saling mengenal, kami dinikahkan. Awalnya dia cinta sama aku, tapi cinta itu berubah ketika kesuksesan mampu diraih olehnya, ditambah lagi, perubahan berat badan yang kualami pasca melahirkan. Jadilah alasan untuk mendua. Selain itu, sikap tidak bersyukur juga memang ada di dalam dirinya," ucapku menjawab pertanyaan Mela.

 

 

"Aku mendukungmu untuk berubah, Mba. Tunjukan padanya kalau Mba Tiara bisa melebihi wanita yang berada di sampingnya kini." Aku terdiam.

 

"Sakit hati aku mendengar cerita, Mba. Sudah, tinggalkan saja pria seperti dia. Sama Dokter Adit aja cocok, Mba," lanjutnya. 

 

 

"Kok Dokter Adit? Ada gak ada Dokter Adit, aku memang ingin berpisah darinya. Membuktikan padanya kalau aku bisa sukses setelah berpisah darinya."

 

 

"Semangat, Mba."

 

*****

 

Sudah selesai semuanya. Mela juga sudah kembali ke klinik. Kini tinggal aku sendiri. Waktu santai ini, kuhabiskan untuk memikirkan sosok Adit. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang manis, tutur bahasanya yang sopan, dan sifat lucunya begitu melekat dalam hati dan ingatan.

 

 

Tok … tok …! 

 

 

"Tiara! Ini aku, Adit." Baru kupikirkan, dirinya sudah tiba. Segera aku berlari untuk membuka pintu. Namun sebelumnya, aku merapikan rambut dan memoles bibirku dengan sedikit lipstick. Wangi rambutku begitu segar dan menenangkan. Sehingga, membuatku lebih percaya diri.

 

 

"Eh, Adit. Ayo masuk," ajakku. Padahal biasanya aku tidak pernah menawarkan dia untuk masuk.

 

 

"Ayok keluar."

 

 

"Kemana?" 

 

 

"Belanja baju. Ya kali kamu pakaiannya serba kebesaran," ucapnya. 

 

 

"Aku ganti baju dulu?" 

 

 

"Tidak perlu. Nanti saja di toko baju gantinya."

 

 

"Aku gak ada uang." Kuangkat kedua alisku menunggu Jawaban.

 

 

"Aku banyak uang," ungkapnya. Tanpa mendengar jawaban dariku, Adit menarikku masuk ke mobilnya. 'Ya ampun … seneng banget. Aku belum pernah mendapat perlakuan manis seperti ini'

 

 

*****

 

Beberapa jam kemudian, kami telah sampai di pusat perbelanjaan.

 

 

"Ra, kamu pilih semua baju yang kamu inginkan. Mau beli sama tokonya juga boleh," godanya.

 

 

"Kaya punya uang aja, sombong," sungutku.

 

 

"Klinik-ku empat. Perusahaan satu, anak tunggal pula. Apa kurang yakin sama uangku." Gigi putih yang rata itu kembali iya tampakan. 

 

 

Perasaan tidak enak membuatku tidak bergeming apalagi memilih. Semua terlampau mahal untukku. Maklum, aku tidak memiliki uang. Yang punya uang orang tuaku. Malu aku kalau harus meminta pada mereka. Meskipun orang tuaku memiliki segalanya, terkadang memberi itu lebih enak daripada menerima. 

 

 

"Tiara, kamu pakai baju ini." Adit menyodorkan sebuah Dress berwarna merah.

 

 

"Tapi … tapi …."

 

 

"Tapi apa? Cepat kamu kenakan pakaian ini!" Adit mendorongku masuk ke ruang ganti.

 

 

"Dit …," Dia menoleh ke arahku tanpa berkedip. Baju yang dipilihkan Adit, sangat cocok untukku. Rambutku yang bergelombang dan terurai semakin menunjang penampilanku. Dapat kulihat di cermin, tubuhku menjadi langsing dan kencang. Wah efek diet disertai GYM ini, luar biasa efeknya di tubuh.

 

 

"Adit ,,,! Gimana?" tanyaku karena iya masih terbengong.

 

 

"Bagus, Ra. Coba pakai ini." Adit menyodorkanku sebuah high heels warna silver berukuran 38. Aku meraih dan memakainya. 

 

 

"Waow, Ra. Beautiful. Cocok banget sama kamu." Lagi-lagi dia memujiku.

 

 

"Udah dong ,,, jangan muji terus, aku malu. Kamu gak lihat wajahku seperti udang rebus?" 

 

 

"Mba … tolong bungkus semua yang sudah saya pilih," triaknya pada salah satu penjaga butik.

 

Tidak lama kemudian, penjaga butik itu memberikan beberapa kantong belanjaan dengan total hampir lima belas juta rupiah. Aku merasa tidak enak. Mungkin terlihat dari raut wajahku.

 

 

"Baru segitu, Ra," cetusnya seperti mengerti apa yang tengah kupikirkan.

 

 

"Segitu juga duit, Dit." Ucapan trima kasih tidak berhenti dari mulutku. 

 

****

 

Saat tengah asyik bergurau dengan Adit, aku melihat Bang Bara dan Sandra sedang melihat-lihat sebuah cincin. 

 

 

"Kamu mau?" Lagi dan lagi tanpa mendengar sebuah kata yang terucap Adit membawaku ke toko di mana Sandra dan Bang Bara sedang melihat sebuah cincin. Aku berlagak tidak mengenali Bang Bara dan Sandra. Berakting kiranya seperti wanita karir yang sukses. Untung aku sudah berganti pakaian.

 

 

"Pak Adit?" sapa Sandra dan Bara lalu mereka berjabat tangan. Sedangkan aku sendiri berlagak memilih-milih cincin. 

 

 

"Wah, sudah punya pasangan ya, Pak," ucap Bang Bara. Aku masih tidak menoleh ke arahnya.

 

 

"Do'akan saja Pak Bara," ucap Adit. Aku bingung kok seorang Dokter di panggil Pak. 

 

 

Aku melirik sekilas ke arah Bara dan Sandra. Dapat kurasakan kalau Sandra sedang memperhatikanku.

 

 

"Pak Adit, boleh kami berkenalan dengan calonnya?" Dengan senyum Sandra menawarkan diri.

 

 

"Oh silahkan." 

 

"Ra," ucap Adit. Aku mengerti maksud panggilannya. Ku jabat tangan mereka tanpa menoleh ke arahnya. Wajahku tetap menunduk setelah itu kembali menyibukan diri untuk memilih cincin.

 

 

Entah apa yang mereka pikirkan. Mungkin mereka berpikir kalau aku ini sombong.

 

 

"Pak Adit, bisa datang ke pernikahan kami?" tanya Sandra. Diam-diam aku menguping pembicaraan mereka.

 

 

"Bukankah Pak Bara sudah menikah?" Adit balik bertanya.

 

 

"Biasa, Pak. Istrinya minder karena memiliki tubuh yang teramat besar. Jadi memilih untuk kabur dari rumah. Dia juga istri yang tidak baik, jadi Bara memutuskan untuk menceraikan-nya. Padahal kalau dia itu benar, Bara tidak pernah mempermasalahkan bentuk badanya yang seperti truk gandeng. Pokonya tidak bagus untuk dijadikan istri," papar Sandra. 

 

Sial Sandra, teganya dia memutar balikan fakta. Awas kalian nanti. 

 

 

Aku memalingkan wajah ke arah mereka lalu mengucapkan selamat.

 

 

"Selamat atas pernikahan kalian," ucapku dengan senyum elegan. Entah Bara dan Sandra mengenaliku atau tidak, tapi mereka terdiam di tempat sampai aku menarik tangan Adit keluar dari tempat itu. 

 

Aku berakting masih seperti tidak mengenali mereka.

 

Seeblum kami benar-benar menghilang, aku kembali menengok ke belakang dan melihat mereka masih diam menatapku. Sedangkan aku, sedikit tersenyum lalu kembali membalikan badan. Tanpa kusadari, Adit menggenggam erat tanganku.

 

 

Tuhan … debaran apa ini? Kenapa begitu cepat dan terasa menyenangkan. Adit … sepertinya aku benar-benar menyukaimu. Hik … hik….

 

 

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Poernama
good job Tiara Terima kasih Dokter Adit
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 9

    POV BaraMelihat perempuan yang bersama bos-ku itu, mirip sekali dengan Tiara. Terutama dari segi suara.Ya, suaranya mengingatkanku pada Tiara. Tapi tidak mungkin juga itu si gajah bengkak. Jelas beda 180 derajat.Perempuan yang dibawa Pak Adit itu, selain cantik juga terlihat cerdas, elegan dan berkelas. Tidak seperti si gajah bengkak yang menjijikan. Mengingatnya saja sudah membuat perutku ingin mengeluarkan isinya. 'Hoooekkk' terutama wajahnya yang mirip monster, sangat, sangat, dan sangat menjijikan.Untung … sebelum keluarganya menggugat cerai, sudah kugugat duluan. Sengaja tidak mempermasalahkan Hak Asuh Anak agar sidang tidak berjalan rumit. Kuserahkan kedua anak yang terlahir dari rahim si buruk rupa itu agar tidak membuatku ribet. Lagipula aku bisa mendapatkan anak dari Sandra.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 10

    "Adit ,,, kamu gak tahu mereka itu siapa?" aku mulai membuka obrolan sambil menunggu Adit menyalakan mesin mobilnya."Aku tahu, mereka itu staf di kantorku. Dan keduanya adalah partner yang cocok. Setiap aku memberi mereka tugas menemui client, ya selalu hasil bagus yang di dapat," pujinya."Kamu setuju mereka menikah?" tanyaku dengan raut wajah sedikit tak bersemangat."Kenapa tidak. Sandra perempuan yang cerdas, cantik, baik. Bara, dia juga sama, selain tampan, dia juga baik. Dan prestasinya di kantor juga luar biasa," pujinya lagi. Aku hanya terdiam. "Kenapa wajahmu murung?" lanjutnya."Hem … dia itu suamiku. Dan Sandra calon istri keduanya," ucapku lemas."Kalau Bara itu suamimu, berarti dia bukan suamimu lagi! Milka bilang dia sudah mence

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • Gendut Alasan Suami Mendua   BAB 11

    POV Adit[Ra, jangan bergadang … ] tulisku begitu saja tatkala aku memainkan ponsel.Menunggu ….Tidak ada jawaban ….[Ra … udah tidur?]Menunggu ….Masih tidak ada Jawaban ….Kluntang ….Jantung berdegup mendengar bunyi dari ponsel. Dengan cepat kuraih ponsel dan membaringkan diri di kasur empuk dengan sprey berwarna putih.[Kenapa, Dit?] balasnya.'Sudahlah, katakan saja dengan jujur apa yang tengah kurasakan.'

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 12

    "Perfect, Tiara! Buka mata! Ingat, jangan cari kesempatan dalam kesempitan! Jangan modus! Kalau mau peluk, peluk aja. Adit rela kok," ucapnya penuh tawa."Yeeeeee!" triaku. Hampir aja kebablasan, untung masih bisa nahan diri."Sini, Ra. Kalau mau peluk. Nih, Adit sudah siap," ucapnya sembari membentangkan tangan."Huuuu … ngarep!" cetusku."Berapa Kg?""52 kg. Yeeeeeeee … makasih Dokter Adit," ucapku.Sebetulnya aku ingin memeluknya, tapi ku-urungkan. Daripada dibilang modus, lebih baik menahan diri."Ra, beresin bajunya, kita pulang hari ini," ucapnya. Ada senang ada juga sedih. Senangnya bisa ketemu keluarga, sedihnya, tidak lagi menghabiskan waktu dengan Adit.Tidak pernah kubayangkan aku menjadi secantik ini sekarang.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 13

    Dua hari ini tidak ada kabar dari Adit semenjak aku bertanya soal pekerjaan. Mana lusa harus ke pernikahan Bara. Pikiranku seketika berubah menjadi kacau, ada apa dengan Adit? Beribu pikiran aneh mulai menghinggapi otakku. Aku mulai berfikir dengan apa yang pernah Adit katakan, pasti semuanya hanya tipuan semata. Laki-laki memang pandai mengobral cinta, lagipula dari mana juga seorang Dokter yang sukses bisa menyukaiku yang cuma janda ber-anak dua. Adit itu pantasnya bersanding dengan gadis lajang sepertinya.Ini yang aku takutkan dari mencintai seseorang, takut ter-PHP ….Ingin aku menanyakan kabarnya, tapi jari ini terasa berat untuk mengetik pesan itu dan mengirimkannya.🖤Udah[Ra ,,, buka pintu sekarang. Aku ada di depan pintu rumahmu] Seseorang yang tengah kupikirkan tiba-tiba saja mengirim pesan. Karena terlalu girang, aku berlari cepat untuk menyambutnya."Ra

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 14

    Tepat pukul 19.30 Aku dan Adit sampai di rumah besar Bara. Bingung kenapa mereka tidak melangsungkan pernikahan di gedung."Ra, tunggu … bedakmu dibereskan dulu. Lihat tu gara-gara air mata, make-up kamu jadi rusak." Aku mengeluarkan bedak dari dalam tas berniat untuk merapikan riasanku. Tapi, Adit mengambilnya dan mulai mengaplikasikannya ke wajahku."Nah, ini kan rapi. Cengeng si!" goda Adit menarik hidungku."Ayok turun! Jangan kebanyakan drama deh!" sungutku.Meski aku sendiri suka diperlakukan seperti ini.🖤Saat kulihat nama yang terpajang di janur kuning, ternyata nama orang tua Sandra memakai Almarhum dan Alamrhumah. Oh, pantas saja acaranya di rumah Bara.Terlihat Ilham dan kedua anakku sudah ada di depan pintu masuk. Mereka melambai ke arahku. Aku menyuruhnya masuk terlebih dahulu. Dari turun mobil hingga masuk ke dalam, Adit terus menggandeng tanganku. Sedikit ri

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 15

    POV Bara.Melihat perubahan Tiara yang menakjubkan, ada rasa menyesal kenapa aku tidak memberikannya modal untuk berdandan. 'Sial …'kenapa bisa secantik itu'. Ibu dan Ida pun menyesali perubahannya. Ada rasa malu pada diri sendiri. Setelah kuceraikan istri buruk rupa itu kini berubah menjadi angsa cantik."Gimna si kamu, Bar! Itu kok Tiara bisa digandeng sama bos-mu! Gak malu kamu?" sungut Ibu. "Sudah Ibu bilang, jangan ceraikan Tiara! Apa kata teman-teman Ibu kalau mereka tahu Tiara menjadi wow setelah dicerai dari kamu! Mau di taro mana muka Ibu ini, Bar!" protesnya dengan dada yang kembang kempis menahan amarah."Sudah, Bu, malu. Ini lagi acara pernikahan Bara. Masih banyak tamu," ucapku. Ibu melirik dengan tatapan sinis menahan emosi. Hanya dengusan nafas yang keluar dari hidungnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • Gendut Alasan Suami Mendua   Bab 16

    [Sayang … udah siap ketemu calon mertua?] Aku yang masih sibuk dengan kerjaan, tersenyum ketika melihat pesan di ponsel. Nama Adit tertera di depan layar.Dengan cepat kubalas pesan darinya.[Sedikit takut, takut tidak mendapat restu dari orang tuamu. Mengingat, siapalah aku ini, Dit] emot sedih dibelakangnya.[Jangan takut, Sayang. Ada aku di sini] balasnya dengan emot cium.'Dasar Adit, selalu saja mampu membuatku tersenyum'Perasaanku takut, takut kalau orang tua Adit tidak dapat menerimaku.[Baiknya, pikirkan dulu keputusanmu, Dit. Jangan sampai, akhirnya menyesal][Apa yang harus aku pikirkan, Ra? Yang aku tahu, aku mencintaimu. Harus seperti apa aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26

Bab terbaru

  • Gendut Alasan Suami Mendua   ENDING

    ENDING"Apa anda benar-benar tidak tahu dimana keberadaan Milka?" Ilham bertanya pada Rian bos istrinya itu."Saya tidak tahu, Pak Ilham. Benar. Untuk apa saya menyembunyikan istri anda?" jawab Rian mulai terbawa emosi dengan pertanyaan Ilham yang terkesan menyudutkan bahwa Rian mengetahui keberadaan Milka. "Sudah enam bulan ini saya kehilangan kontak dengan Milka semenjak dia mengundurkan diri dari perusahaan saya," lanjut Rian lagi. Ilham pun meminta maaf pada Rian. "Maaf, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Ilham kemudian beranjak dari ruangan Rian. Sampai di depan ruangan Rian, Ilham menjambak rambutnya. Menahan pusing dan sakit kepala yang hampir pasrah mencari keberadaan Milka. Bahkan bertanya pada keluarganya pun Ilham tidak mendapatkan jawaban apapun."Kemana kamu, Sayang!" jerit Ilham dalam hati. "Aku sangat merindukan kalian berdua. Istri dan anakku. Rasanya begitu menyiksa. Tolong hubungi aku, Milka. Aku rindu. Aku bisa gila kalau seperti ini terus. Kenapa kamu tega sekali

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Akhirnya

    POV IDA"Gimana?" ulangku bertanya. Setujukah? Biar adil. Hidup itu harus adil!" Aku mendekati wajah suami dan istri sirinya itu. "Kurang ajar kamu!" ucap Putri. "Wah! Aku gak kurang ajar dong. Mas Hildan itu suamiku. Dari mana aku kurang ajar? Disini ada hakku dan anak-anakku. Pilih saja! Kehilangan rumah, atau usaha dengan segala kemewahannya?" Aku kembali mengingatkan kehancuran mereka yang sudah berada di depan mata."Dasar wanita brengsek!" maki Putri tidak terima. Jelas saja aku meringis mendengar makiannya. Rasanya manusia bodoh satu ini memang ingin ditertawakan. "Ha! Aku brengsek? Loh, bukannya kamu yang brengsek?" kataku lagi. Muak sudah aku dengan keduanya. Tak peduli kalau kami harus bercerai. Tapi aku juga tidak mau jika cerai tidak mendapat apapun. Lagi, aku punya dua anak dengan Mas Hildan. "Udah, Mas. Kasih saja. Yang penting perempuan ini enyah dari kehidupan kita," ucap Putri. Aku tersenyum girang. "Yes!" batinku dalam hati. "Satu lagi." Aku kembali berbicara mem

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Rencana

    RencanaPOV IDAKeributan besar terjadi di rumah malam ini. Mas Bara membawaku pergi ke sebuah rumah minimalis yang lumayan mewah dan mobil mewah terparkir di halaman itu. Saat kutanya pada Bang Bara itu rumah dan mobil siapa, Bang Bara jawab Hildan. Membuatku tak percaya. Namun ketidakpercayaan itu berubah jadi rasa percaya ketika Hildan keluar dari rumah itu bersama dengan perempuan cantik. Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Yang membuatku lebih kaget lagi, pakaian Mas Hildan sangat berkelas layaknya orang kaya berduit. Jelas saja membuatku terpana. Tega sekali dia berlaku seperti ini padaku dan kedua anakku. Singkat cerita, aku pun mengikuti Mas Hildan dan perempuan itu ternyata mereka pergi ke hotel. Setelah keduanya keluar lagi dari hotel, akupun masuk ke dalam hotel bersama Bang Bara, bertanya pada Resepsionis siapa mereka. Dan yang mengejutkan, ternyata mereka adalah pemilik hotel itu. Aku benar-benar ditipu mentah-mentah. Setelahnya, aku dan Bang Bara memutuskan pulang ke r

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Kacau balau

    Kacau balauIlham menatap pilu kepergian Milka. Rasanya seolah ada yang menyayat hatinya. "Kenapa setelah aku menyadari perasaan sayangku, justru kamu pergi dariku, Milka," lirih Ilham. Laki-laki itu pun melangkah ke kamar dengan perasaan yang tak menentu. Seolah hilang arah dan seketika tidak memiliki semangat dalam hidup. Seharian, Ilham hanya diam di kamar. Tidak makan ataupun minum. Ia hanya meratap memikirkan Milka dan anaknya. Semua seolah berbalik 180 derajat Biasanya saat ada Milka dia tak pernah merasakan hal seperti itu meskipun dalam hatinya dia mencintai Tiara juga. Namun saat ini, perasaan cinta pada Tiara seolah hilang, dan justru terfokus pada Milka dan anaknya. "Seperti inikah rasanya berharga seseorang setelah pergi? Kenapa berharganya seseorang terasa setelah kepergiannya. Kenapa saat bersama seolah semua biasa saja?" lirih Ilham seraya menjambak rambutnya. ***"Bund, Ayah mau ke tempat Ilham dulu. Sudah tiga hari ini, dia tidak masuk kantor. Nomor juga tidak aktif

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Butuh waktu

    Butuh Waktu"Hari ini kami tidak boleh berangkat kerja, Milka," cegah Ilham saat Milka sudah siap dengan pakaian kantor dan tas di tangannya."Aku kariawan orang. Tidak bisa seenaknya begitu!" balas Milka. "Tapi aku suami kamu, dan kau berhak melarangmu!" tekan Ilham lagi sembari menghalangi Milka yang sudah siap hendak membuka pintu. Ilham sendiri berdiri di depan pintu kamar lalu mengunci pintunya dan mengambil kunci itu supaya Milka tidak bisa keluar dari kamar. "Awas, Mas! Aku mau kerja nanti kesiangan!" ucap Milka geram. "Kamu gak ada masuk kerja hari ini. Begitupun aku. Aku tidak tahan didiamkan oleh kamu! Kita selesaikan masalah kita. Jangan keras kepala, Milka! Jangan seperti anak kecil! Kamu itu seorang Ibu. Mari bicara dengan kepala dingin!" ujar Ilham. "Duduk!" pintanya sambil mendorong tubuh Milka hingga wanita itu pun terduduk di tepi ranjang. Wajah Ilham mendekat pada Milka, sementara Milka membuang muka. "Aku tanya sama kamu, kamu benar-benar ingin pisah dari aku? T

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Menyedihkan

    MenyedihkanTepat pada pukul 20.00 seperti yang telah disepakati, Bara pergi menemui Pak Santoso. Bersyukur Pak Santoso tidak membatalkan proyek kerja samanya. Jadi, Bara pun merasa aman. Setidaknya, Bara tidak kehilangan pekerjaannya. Setelah selesai menemui Pak Santoso, Bara pun langsung berpamitan untuk pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika dirinya mendapati Hildan turun dari mobil bersama wanita cantik. Penampilannya juga sangat rapi tidak seperti saat sedang berada di rumah. Bahkan, pakaian yang Hildan gunakan juga tidak sama seperti pakaian yang dipakai saat bertengkar dengan Ida siang tadi. "Masa sih Hildan pura-pura miskin di depan istrinya? Kelewatan," batin Bara. Namun, saat dirinya ingin berontak, Bara kembali teringat kesalahannya di masa lalu. "Tidak mungkin kesalahanku ditanggung oleh Ida. Hildan! Rasanya aku ingin membunuhmu!" batin Bara sambil mengepalkan kedua tangannya. Diam-diam Bara pun mengikuti Hildan dan wanita itu. Langkah kaki Bara terhenti di sebuah ho

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Ingatan Masa Lalu

    Ingatan Masa LaluPOV BaraBetul apa kata Sandra. Tepat pukul 13.00, sepasang suami istri datang melihat-lihat rumah ini. Kemudian, mereka juga memintaku untuk segera berkemas karena besok mereka akan menempati rumah ini. Aku pun dengan pasrah meninggalkan rumah ini beserta isi yang telah kubeli menggunakan uangku. Sandra kelewatan. Padahal rumah itu juga hasil jerih payahku juga. Semoga setelah ini hidupnya hancur. ***"Loh, Bang Bara ngapain kesini bawa-bawa koper?" tanya Ida bingung. "Sandra menggugat cerai dan rumah di jual," singkatku. "Terus Abang gak nuntut apa-apa? Enak banget Sandra," sinis Ida. "Aku malas berdebat. Pusing sakit kepala. Sudahlah biarkan saja. Yang penting aku tidak kehilangan pekerjaan. Sandra wanita ular. Berurusan dengannya membuat hidup tak tenang.""Oh, jadi Abang gak mau nuntut apa-apa?" Ida kembali bertanya dan menegaskan. Aku menggeleng. Aku memang malas berdebat dengan wanita itu. Malas sekali. Sudah pasti aku yang kalah. Lagi pula rumah itu dibel

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Aku tidak bersalah

    POV BARAWaktu yang masih ada tidak boleh aku sia-siakan. Aku sangat yakin, kalau hubungan rumah tangga Milka dan Ilham pasti akan sulit dikembalikan seperti semula. Daripada dipecat tidak dapat apa-apa, hancur semuanya. Mending aku hancurin usaha Adit. Setidaknya meskipun aku hancur, Adit dan keluarganya juga sama. Jatuh miskin. Hancurku pun tak percuma. Tidak sia-sia. Kalian salah kalau melawanku. Kalian lupa kalau aku adalah orang yang sangat nekad."Lebih baik, kamu jangan gegabah, Bar. Ingat bagaimana nasib Ibumu, Ida? Mereka butuh kamu. Kalau kamu di penjara gimana? Mending yakinkan Milka saja," kata hatiku bicara demikian membuat aku merasa bimbang karena bertentangan."Aku harus memperbaiki semuanya. Langkah awal aku akan berusaha meyakinkan, Milka."***Tepat pukul 16.00, aku meninggalkan kantor. Kukebut mobil supaya bisa cepat berada di kantor Milka. Sebab, hari ini aku ingin mengajaknya bicara dari hati ke hati. Aku akan berusaha meyakinkan dia dulu. Setidaknya, ku kesampin

  • Gendut Alasan Suami Mendua   Kesempatan dalam kesempitan

    ##Bab 70Kesempatan dalam kesempitan"Milka, sendirian aja. Aku temani ya?" ujar Bara yang langsung menarik kursi di depan Milka dan duduk dengan santai serta rasa percaya diri. Milka sendiri langsung malas melihat kedatangan Bara. "Ngapain sih nih orang, ganggu aja," kesal Milka dalam hati. "Kamu, Bara. Ngapain?" tanya Milka sambil mengerutkan kedua alisnya."Nggak, aku lihat kamu sendirian sambil melamun. Ada apa? Ada masalah? Coba cerita sama aku. Siapa tahu aku bisa bantu," tawar Bara. Milka menyunggingkan sebelah bibirnya. Sangat tidak suka dengan ucapan Bara yang dirasanya terlalu ikut campur urusannya."Gak ada apa-apa, Bar. Sok tahu kamu," kesal Milka. Bara menghancurkan suasana tenang di pagi harinya. Milka pun langsung bangun dari tempat duduknya. Melihat respon Milka yang seperti itu, Bara merasa sangat kesal. Tapi dia harus bersabar. "Sombong sekali wanita ini," batin Bara kesal. Diperlakukan seperti itu oleh Milka, membuat Bara malu dan seolah jatuh harga dirinya."Mau k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status