Yuk terus dukung buku ini dengan terus baca, vote, dan memasukkannya ke pustaka, yah! Kalo mo komen2 jg boleh, kok! Terima kasih, orang baik :"))
Gian bingung menghadapi viralnya dia di media sosial. Ini tidak seperti yang dia inginkan. Dia hanya ingin kehidupan nyaman dan damai saja tanpa banyak huru-hara.Tapi ini malah ….“Kenapa, Bocah?” Elang di sebelahnya melirik ke Gian.Segera, Gian menoleh dengan tatapan penuh harap ke Elang dan berkata, “Elang, tolong aku! Tolong aku menangani ini, kumohon tolong aku!”Kemudian, Gian menceritakan mengenai apa yang viral mengenai dirinya di media sosial. Elang mendengarkan dengan patuh hingga melupakan makanannya.Setelah itu, Elang kembali bersikap santai sembari menyahut, “Begitu saja kamu tidak bisa mengurus? Apakah semuanya harus aku yang tangani? Hgh … kau ini kan lelaki, berpikirlah yang cepat dan tangkas.”Karena tidak bisa mendapatkan bantuan dari Elang, terpaksa Gian memutar otak. Setelah 4 menit berpikir memeras otak, akhirnya dia menemukan cara.“Elang! Ikutlah denganku!” Gian sudah menemukan rencana dan dia membutuhkan kehadiran Elang juga untuk berjaga-jaga andaikan rencan
Dalam waktu singkat, video klarifikasi yang diunggah Gian sudah mendapatkan respon dari banyak warganet di akun Instagramm.Di video itu, Gian dan 5 kakak kelasnya bertingkah seakan mereka sangat akrab.““Saat itu kami berenam sedang bermain-main ala superhero saja dan aku bertugas yang berlagak seperti superhero. Mereka bertingkah kejang-kejang itu hanyalah main-main saja. Silahkan kalau ada yang ingin bicara.” Gian membuka dengan ucapan yang sudah dia rancang.“Iya, tentu saja kami cuma main-main. Gila saja kalau benar kami punya kekuatan super, ha ha ha!” Daren tertawa lepas sambil merangkul bahu Gian.“Tentu main-main, dong! Kami biasa bercanda seperti itu. Kadang bertingkah seperti ninja di anime, atau ala-ala film zombie. Ya, kan?” Mirza menimpali.“Gian ini adik kelas yang biasa bercanda dengan kami.” Galih sembari ikut memeluk bahu Gian dengan gaya akrab yang natural.Keanu tidak mau ketinggalan dan menepuk pelan puncak kepala Gian. “Kami sayang Gian!”“Ha ha ha! Pokoknya Gian
Sean gentar melihat kedatangan Gian yang bagaikan hantu. Dia sampai mundur menjauh dari Gian hingga menabrak kursi di belakangnya. “Ka—kamu … bagaimana kamu bisa sampai ke sini?”“Kenapa aku tak bisa ke sini? Aku punya otak yang bisa aku gunakan untuk berpikir dan mencari alamatmu.” Gian terus berjalan mendekat.Terlalu banyak mundur hingga Sean akhirnya tejengkang dan duduk di lantai, matanya menyiratkan rasa takut akan teror di depannya. “Jangan … jangan macam-macam denganku.”“Kenapa? Apa hanya kau yang boleh macam-macam denganku sampai merekam dan mengunggah video mengenai aku?” sindir Gian sambil melihat reaksi terkejut Sean.Mata Sean membola karena kaget. “Da—dari mana kau tahu?”“Apa aku harus mengulangi fakta bahwa aku ini memiliki otak yang mungkin lebih besar dari milikmu?” Gian memutar bola matanya karena jengah.Setelah tak ada tempat bagi Sean mundur dikarenakan dia tersudut di depan tepi tempat tidur, Gian berjongkok di depan Sean dan berkata dengan aura mendominasi, “A
“Hei, ini kurang bersih!” Gian menunjuk ke pakaian yang baru saja dicuci Zohan. “Ulangi!” Dia lemparkan pakaian basah itu ke kakak keduanya.Zohan tak bisa mengelak dan kembali mencuci itu sampai dinyatakan bersih oleh adiknya. Dia tersiksa, tapi tak bisa kabur dari Gian karena di otaknya sudah terpatri kalimat bahwa Gian pasti akan menemukan dia di manapun dan akan menghukum dengan menyakitkan.Karena dia lelaki yang tak tahan akan rasa sakit, dia terpaksa merelakan harga dirinya diinjak sang adik demi raganya tetap bisa utuh tanpa merasakan kesakitan akibat setruman menyengat Gian.Tak hanya Zohan saja yang ditindas Gian di rumah. Carlen juga mendapatkan porsi yang sama.“Len, kau belum bisa ke kamar sebelum piring dan perkakas kau cuci bersih.” Gian mengingatkan kakak sulungnya yang hendak berjalan ke kamar usai makan malam.“Gian, kumohon, aku butuh mengerjakan lemburanku.” Carlen memberikan tatapan memohon.Tapi Gian tidak terpengaruh dan menjawab, “Dulu aku juga memohon padamu a
Perubahan fisik dan juga sampai ke wajah, oleh Gian sangat disyukuri. Dia seakan menemukan kotak harta karun. Dengan penampilan barunya begini, dia menjadi lebih percaya diri.Karena suasana hatinya senang, dia memutuskan ingin jalan-jalan dulu sebentar sore ini menggunakan motor Zohan. Mana mungkin kakaknya menolak?Selain suasana hatinya sedang bagus, dompetnya juga lumayan tebal berkat dia mengumpulkan uang hasil menjadi kuli angkut ternama di pasar. Sehari di pasar dia bisa menghasilkan 1-2 juta rupiah. Sungguh jumlah yang fantastis.Maka, setelah bekerja sebulan lebih, dia ingin sedikit bersenang-senang menggunakan uang hasil keringatnya.Motor dibawa ke daerah pusat perbelanjaan yang memiliki mall besar. Lalu lintas di sana ramai dan padat pengunjung.Lalu, dia memarkirkan motor di mall dan ingin melihat-lihat dulu.Berjalan penuh percaya diri, Gian menerima banyak tatapan mata dari para gadis dan wanita dewasa yang berpapasan dengannya. Tatapan mereka semua terlihat memuja dan
Gian keluar dari parkiran luar mall dan menghampiri seorang gadis yang dikerumuni 3 pemuda tak jauh dari parkiran. “Ada apa, Cher?” tanya Gian pada adiknya. Itu memang Cheryl yang sedang diganggu 3 pemuda. “Gian, aku hendak pulang, tapi mereka ini malah mengadang jalanku, mengganggu sekali.” Cheryl bersungut-sungut. “Kami kan cuma ingin berkenalan saja, masa begitu saja tak boleh?” Salah satu dari pemuda itu menyahut Cheryl disertai senyum mesum. Jijik melihat adiknya digoda seperti itu, Gian tak tahan dan berkata, “Jangan macam-macam dengan gadis ini. Ayo, Kakak antar pulang saja.” Tangan Gian sudah meraih tangan Cheryl dan gadis itu juga tidak menolak, tapi pemuda tadi malah berkata, “Heh! Jangan ikut campur, kenapa? Memangnya kau siapa? Pacar dia?” Tak hanya itu, teman pemuda tadi sudah melayangkan tinjunya ke belakang kepala Gian. Tapi, Gian tentu saja mengetahui apa yang hendak mereka lakukan dan menangkap tinju yang diarahkan ke belakang kepalanya. Dia remas tinju itu hing
Tidak terkira kagetnya anak-anak di kelas 3 IPA 2 mendengar jawaban dari Gian. Remaja itu mengatakan kalau dia bukan murid baru!“Bukan murid baru?” Robert sampai berjalan mengelilingi Gian untuk memastikannya sembari pandangannya mirip alat pemindai yang bergerak dari atas sampai bawah. “Lalu, siapa kamu?”Belum sempat Gian menjawab, sudah ada suara di ambang pintu kelas dengan nada tanya, “Gian?”Semua orang menoleh ke pintu dan di sana ada Alicia. Gadis itu baru datang.Gian tersenyum dan menyapa dengan senyum terurai di wajah, “Cia, apa kabar? Liburmu asyik?”Semua orang di kelas kembali memusatkan pandangan ke Gian.“Gian?” Denis terkejut.“Kamu … Gian?” Robert sampai menyentuh bahu Gian yang kini lebih lebar dan bidang.“Apa kalian tidak mengenali aku? Itu Cia saja tahu,” sahut Gian sambil tersenyum ke Robert.“Eeehhh?” Serempak, seluruh siswa dan siswi yang ada di kelas itu berseru terkejut, kecuali Alicia.Bergegas, Evita dan para siswi mendekat hanya sekedar untuk memastikan
Ada rasa sedih di mata Gian ketika melihat Alicia pergi dibawa mobil. Dia masih ingin berbincang lama seperti dulu. Tapi, mau bagaimana lagi? Banyak siswi yang menempel dan membuntuti dirinya tanpa sungkan-sungkan, seakan mereka sudah tak memiliki rasa malu melakukan hal demikian di tempat terbuka.“Sudah, yah … aku mau pulang.” Gian berkata pada para siswi yang membuntutinya.“Aku antar pulang, yah Gian!” tawar Imelda.“Tidak! Tidak! Biar aku saja yang mengantar pulang!” Sonia tak mau kalah.“Ikut mobilku saja, Gian! Adem!” Emilia yang memang kaya, menyediakan mobilnya untuk mengantar Gian pulang.“Oh, kalau begitu, kita bersama-sama antar Gian pulang pakai mobil Emi saja!” Evita membuat keputusan. Imelda dan Sonia setuju. Sedangkan Emilia yang sedianya ingin bisa berduaan dengan Gian, jadi cemberut.Tidak bisa ditolak, Gian pun bersedia diantarkan pulang menggunakan mobil Emilia. Dia duduk di kabin tengah dan diapit 2 gadis di kanan dan 2 gadis di kiri. Memang kabin tengah jadi penu