Beranda / Fantasi / Genderang Perang Manusia Elektrokinesis / 35 - Hari Nahas bagi Carlen dan Zohan

Share

35 - Hari Nahas bagi Carlen dan Zohan

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Siang itu mungkin saja merupakan siang menyebalkan dan sial bagi Carlen karena dia dipaksa Gian untuk mencuci semua baju orang di rumahnya. Semuanya, termasuk dalaman juga.

Gian mengawasi seperti mandor di dekat Carlen mencuci tanpa bisa diinterupsi Melinda sama sekali.

“Mama, daripada Mama gelisah melihat keadaan anak kesayangan Mama, lebih baik masak untuk makan malam saja, sana!” Gian menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah dapur saat kedua tangannya dilipat di depan dada dan besandar santai di ambang pintu ruang cuci.

Melinda hendak mengatakan sesuatu namun urung dan menutup kembali mulutnya. Sepertinya dia memang sudah tidak bisa melakukan apapun terhadap Gian yang memiliki kekuatan aneh dan di luar nalarnya.

“Cuci yang bersih, Len, jangan sampai luntur, apalagi sobek. Terutama bajunya mama, dia paling marah kalau ada apa-apa dengan bajunya.” Gian bertutur sembari Carlen terus menggosokkan sikat dan sesekali harus mengucek dengan tangan usai disikat untuk dibilas.

Carlen t
Gauche Diablo

Yuk, yuk! Masukkan novel ini ke pustaka kalian, yah! Dukung terus novel ini dan terima kasih karena terus membaca kisah Gian. Terus baca sampai tamat, ok? -XOXO-

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   36 - Menundukkan Orang di Rumah

    Cheryl masuk ke dalam rumah dan mendapati bunyi sikat digosokkan bertubi-tubi seperti bukan digerakkan oleh 1 orang saja. Karena penasaran, dia melangkah ke ruangan belakang dan mendapati Gian ada di ambang pintu ruang cuci.Gadis itu bertanya-tanya, tumben sekali kakak pecundangnya itu berdiri layaknya mandor. Lalu yang membunyikan sikat ….Ketika Cheryl melongok ke dalam ruang cuci, di sana ada Carlen dan Zohan yang berjuang menyikat pakaian di bawah tatapan mata Gian.Si bungsu melongo, tak bisa menyembunyikan terkejutnya melihat apa yang terpampang di depan mata. Bagaimana bisa situasi kini malah terbalik. Dia menatap Gian yang bertingkah laksana mandor.Zohan melihat kedatangan Cheryl dan berkata, “Cher! Dia sudah datang! Gian, Cher juga harus ikut mencuci!” Dia tak mau hanya tersiksa sendirian, semua harus ikut!Gian menggeleng dan menjawab, “Cher tak perlu mencuci.”“Kenapa?” Kali ini Carlen mendongak dengan mata penuh keluhan.“Karena Cher tidak pernah jahat padaku.” Jawaban G

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   37 - Saatnya Bersenang-senang

    Ketika Gian masuk ke kamarnya, dia menceritakan pada Elang mengenai apa yang dia lakukan tadi di meja makan. “Aku berhasil membungkam mereka, Elang! Ha ha ha! Aku senang sekali melihat wajah putus asa mereka! Ha ha ha!”Si tikus putih tersenyum lebar mendengarnya. Dia menyahut, “Nah, seperti itulah seharusnya muridku! Tegas dan berani! Inilah yang disebut lelaki! Pertahankan itu! Jangan biarkan dirimu diremehkan, jangan biarkan orang menindasmu!”Gian menaruh makanan kucing ke dalam wadah karena itu kesukaan Elang. “Aku tadi membelikan cat food kering yang paling bagus kualitasnya, khusus untuk Elang.”“Ha ha! Bagus! Aku suka murid yang paham apa kesukaanku!” Elang melompat ke meja dan mulai menguasai wadah pakan dari keramik berisi makanan kucing. Bunyi “krauk krauk” terdengar pelan dan menggemaskan bagi Gian.“Besok adalah hari terakhir di sekolah sebelum libur.” Gian menatap langit-langit sembari merebahkan tubuh. “Akan ada banyak lomba olah raga. Aku tak sabar!”***Seperti kata G

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   38 - Menjadi Pahlawan Kelas

    Rendi sebagai wakil kelasnya di saat lomba basket ini, menatap Gian yang mengajukan diri. Dia bertanya, “Memangnya kamu bisa main basket?”Gian mengangguk. Meski tidak menguasai gerakan-gerakan sulit ala pemain NBA, tapi dia paham gerakan dasar di permainan basket.Alicia ikut bicara, “Kenapa tidak dicoba saja, Ren? Apa salahnya membiarkan Gian bermain beberapa menit. Kalau menurutmu jelek, kamu bisa ganti dia.”Memikirkan ucapan Alicia, Rendi akhirnya setuju dan berseru sambil memberi kode ke wasit menggunakan tangannya, “Time out! Time out!”Kemudian, semua pemain kembali ke kubu masing-masing. Rendi segera berkata, “Viko, kamu digantikan Gian, yah!”“Kenapa?” Viko seperti kurang rela.“Kamu sudah terlihat sangat kelelahan. Biarkan Gian menggantikan kamu sebentar. Kalau kamu sudah pulih, kamu bisa masuk lagi.” Rendi berdiplomasi pada Viko.“Ya sudah!” Viko menyerah sambil berkata, “Tapi awas saja kalau dia ternyata bermain jelek!”Gian meringis dan mulai masuk ke lapangan setelah me

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   39 - Gian Sebagai Libero yang Hebat

    Mendengar Gian hendak mendukung tim voli kelas, tentu saja anak-anak 2 IPA 2 bersorak gembira. Mereka sudah melihat sendiri seperti apa kemampuan Gian pada basket, dan kini mereka ingin mengetahui bagaimana Gian berlaga di pertandingan voli.Remaja-remaja itu seakan lupa seperti apa mereka meremehkan Gian pada dulunya. Mereka hanya ingin kelasnya menang dan terlihat keren serta membanggakan.Maka, Gian dan yang lainnya beralih ke lapangan belakang dan di sana memang sudah disiapkan area untuk pertandingan voli antara kelas Gian dengan kelas Sean.Anak-anak kelas 3 masih diperkenankan ikut acara ini untuk bersenang-senang terakhir kalinya sebelum mereka berpisah dari sekolah tersebut. Maka dari itu, mereka pasti akan mengerahkan seluruh kemampuan pada pertandingan antar kelas ini, terutama tidak mau kalah oleh adik kelas.Sean menatap Gian yang memasuki lapangan. Ada rasa kecut di hatinya jika mengingat bagaimana perlakuan Gian terakhir kali padanya. Masih terbayang rasa sakit tersetru

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   40 - Ternyata Enak Menjadi Pusat Perhatian

    Gian sudah memegang bola, berdiri di belakang garis lapangan, bersiap melakukan servis. Semua orang menantikannya. Libero hebat ini akan seperti apa ketika memukul bola saat servis?Setelah mendengar peluit dari wasit, Gian mundur beberapa langkah ke belakang sampai penonton heran. Seberapa jauh Gian ingin memulai servisnya?Kemudian, Gian setengah berlari sembari membawa bola dan tepat sebelum menyentuh garis belakang, dia melompat cukup tinggi sembari melambungkan bola dan kemudian ….Dhuakk!Bola melesat seperti kilat dan langsung saja mendarat di bidang kosong area lawan.“Masuk!” sorak penonton beramai-ramai.Sean dan timnya melongo. Kenapa sepertinya bola tidak terlihat dan tiba-tiba saja sudah berada di area mereka? Apakah bolanya memang dipukul manusia atau dewa? Kenapa begitu cepat?Dengan cepat, tim Sean dihabisi Gian hanya dari servis saja. Satu set selesai dengan kemenangan gemilang tim Gian.Penonton kelas 2 bersorak gembira. Meski mereka tidak satu kelas dengan Gian, tap

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   41 - Rencana Pembunuhan

    Carlen dan Zohan saling melirik satu sama lain, kemudian, dengan secepat kilat, keduanya bangkit dan menghampiri Gian sambil menggenggam pisau di tangan masing-masing.Tang!Klang!“Arrghh!” Melinda menjerit kaget. Sedangkan Cheryl juga terkejut tapi tidak terlalu memperlihatkannya.Kedua pisau sudah dihujamkan ke kepala dan dada Gian, tapi ternyata bilah pisau malah menjadi bengkok.Gian menoleh ke kedua kakaknya dan mereka menatap Gian seperti mendapati seorang monster.“Gi—Gian … kok kamu …..” Carlen kehilangan kata-kata.Gian bangkit berdiri. Carlen dan Zohan ketakutan setengah mati sampai mereka jatuh ke lantai dengan raut ketakutan.“A—ampun, Gian. Ampun!” Zohan segera saja menggerakkan pantatnya untuk diseret ke belakang menjauh dari Gian. Lututnya sudah lemas tak bisa diajak berlari.Tidak berbeda dengan Carlen yang juga merasa kakinya seperti membeku, mengira ini juga merupakan kekuatan Gian. “Gian, maafkan aku, maafkan aku! Gian, aku sungguh menyesal!” Dia menyeret pantatnya

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   42 - Raja Absolut di Rumahnya

    Pandangan mata Gian tertuju pada pisau yang tergeletak di lantai, yang tadi digunakan kakaknya untuk menghabisi dia. Pisau itu sudah bengkok bilahnya dan terlihat menyedihkan.Oleh Gian, benda tajam itu diambil sehingga Melinda semakin gigih merentangkan kedua lengannya untuk melindungi kedua putranya dari Gian.Pisau itu kini sudah berada di tangan Gian. Bagaikan sedang memegang kertas, bilah tajam itu dibengkokkan ke posisi semula sehingga lurus kembali.Carlen dan Zohan makin ketakutan dan mereka sibuk meminta ampun pada Gian. Carlen bahkan tak berani menatap Gian dan kedua tangannya terus menghalangi di depan mukanya, khawatir Gian melakukan sesuatu pada wajah berharganya.Gian bangkit berdiri lagi dan berhadapan dengan sang ibu. Tinggi Gian 172 cm sehingga dia lebih menjulang dibandingkan ibunya yang hanya 165 cm.Mata Gian menatap ke bawah dengan tajam kepada Melinda, mengakibatkan aura dominasi tersendiri pada wanita 45 tahun itu. Tanpa mengatakan apapun, tangan kuat Gian mence

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   43 - Video Viral Mengenai Gian

    “Ma, nanti malam masaklah daging kecap. Ini uang untuk beli daging.” Gian berkata pada Melinda sembari berikan beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah. Melinda mengangguk dan melangkah pergi ke pasar mumpung belum terlalu siang. Kemudian, Gian menoleh ke Carlen yang bersiap ke kantor. “Cepat pulang ke rumah atau aku seret kamu dari kantor ke sini.” “Iya.” Carlen menjawab dengan wajah masam dan bergegas keluar rumah. “Gian, sudah selesai.” Zohan menaruh sapu lidinya. “Aku periksa dulu.” Gian berjalan ke halaman depan. “Hm, yang area ini belum bersih! Masih ada daun-daun kecil ini! Sapu lagi!” Zohan ingin sekali mencakar-cakar wajah Gian, tapi dia tak memiliki keberanian setelah mengetahui kekuatan macam apa yang dimiliki adiknya. Bisa-bisa justru dia yang akan babak belur nantinya. Maka, menelan kemarahannya, Zohan kembali mengulang pekerjaannya dan memastikan tidak ada lagi dedaunan terlihat di tanah halaman depan. Barulah setelah itu, Gian memperbolehkan dia masuk ke rumah. Z

Bab terbaru

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   170 - Akhir Sebuah Petualangan

    “Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   169 - Lawan Kuat untuk Gian

    Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   168 - Menghitung Kebajikan

    Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   167 - Menjadi Penyembuh Gratisan

    Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   166 - Saatnya Berpamitan

    Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   165 - Kembali ke Sekolah dan Menghadapi Mereka

    Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   164 - Turun Gunung dan Pulang

    Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   163 - Hukuman dari Dewa

    Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   162 - Menguak Identitas Mereka

    Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra

DMCA.com Protection Status