Gian tidak ingin mengambil resiko dari apa yang dia belum paham dengan baik. Mana tahu apabila kostum dari Rusia akan tahan peluru setajam jarum atau tidak, lebih baik dia mengantisipasi saja.Maka dari itu, Gian mengelak cepat dan dia menembakkan sulur listriknya ke sebuah tiang bendera tak jauh dari sana.Pasukan khusus yang tersisa masih mengejar pergerakannya menggunakan peluru bius tajam yang memang sudah dimodifikasi untuk menangani Gian yang memiliki fisik super.Karena hal tersebut, Gian bergerak lagi dengan melompat ke tiang listrik di depan markas kepolisian menggunakan sulur listriknya, benar-benar seperti jagoan di film superhero yang terkenal.Sesampainya dia di tiang listrik, segera saja Gian menghantarkan listrik kuatnya di sana sehingga trafo besar di tiang itu mulai memercikkan api dan kemudian memiliki ledakan-ledakan kecil.“Kalian begitu berhasrat ingin menangkapku, heh? Begitu ingin menundukkan aku?” Gian berteriak dengan nada pongahnya, melompat ke arah atap mark
Kenapa Gian tidak menghubungi adiknya, Cheryl? Karena dia yakin sang adik pasti tidak dberitahu mengenai alamat Melinda yang baru dikarenakan Cheryl sudah ‘dibuang’ ibunya semenjak membela Gian di live show televisi malam itu.Oleh karena itu, lebih mudah melacak dari orang-orang yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan Melinda dan kedua kakaknya saja.Untuk hal itu, Gian memilih mendatangi kantor Carlen yang kecil ketimbang kampus Zohan.Saat ini, para karyawan di kantor itu gemetar ketakutan dan mereka mulai berjongkok di lantai sambil bersikap tak berdaya. Ada yang terisak lirih karena saking takutnya disakiti Gian.Mendapati itu, Gian terkekeh dan berkata, “Hei, aku tidak sejahat yang kalian bayangkan! Ayolah, tak perlu ada yang menangis, itu terlalu berlebihan! Aku hanya ingin tahu di mana Carlen saat ini atau alamat barunya. Jangan katakan di Alam Seroja Indah, karena aku sudah ke sana lebih dulu.”Orang-orang itu menatap takut-takut pada Gian.Sehingga, Gian berbicara lagi, “
Tak memakan waktu lama bagi Gian untuk tiba di kota lain tempat ibu dan kedua kakaknya berada saat ini. Berbekal alamat dari orang yang melakukan FWB dengan Carlen, dia meluncur cepat ke sana.Sementara itu, ponsel Carlen terus bergetar di atas kasurnya tanpa diketahui sang empu. Ternyata masih ada yang peduli akan dia dan mencoba memperingatkan akan kedatangan Gian. Sayang sekali, peringatan itu menjadi sia-sia. Memangnya di mana Carlen saat ini?Saat tiba di kompleks perumahan itu, Gian melihat Carlen sedang mencuci mobil di halaman depan. Kompleks tersebut memang bukan merupakan perumahan elit dengan pagar tinggi, sehingga Gian bisa bebas masuk tanpa rintangan berarti.“Hari yang cerah untuk mencuci mobil baru, yah!” sindir Gian setelah turun dari motornya.Betapa kagetnya Carlen mendengar suara yang sangat dia kenali. Pemuda itu berbalik ke belakang dan matanya membelalak lebar mengetahui siapa yang berdiri di depan pagar rumahnya yang hanya setinggi dada dan menyandarkan kedua le
Tidak ada satu pun orang yang menyangka akan datangnya petir di hari yang sangat cerah ini hanya karena seruan seorang bocah remaja yang memanggilnya.Kepala orang-orang yang menonton di sana seketika merinding parah ketika menyaksikan seperti apa kemampuan Gian. Cukup dengan raungannya dan petir pun terbentuk di langit lalu menghantam ke rumah Melinda.Apakah ini film superhero?Bahkan banyak orang di sana yang mengira ini tidak nyata. Terlalu aneh untuk menjadi sebuah fakta. Tidak sedikit pula yang mengira ini hanyalah sebuah adegan syuting film semata untuk keperluan televisi.Tapi, pasukan khusus yang berjumlah 20 orang lebih itu rasanya terlalu berlebihan jika ini hanyalah sebuah syuting film.Melinda dan yang lainnya berteriak panik, mereka ketakutan dan segera saja menjauh dari rumah itu.Namun, Gian tidak bisa menghentikan begitu saja luapan emosi di dirinya dan dia semakin geram.“Mama! Apakah kau masih saja ingin mengabaikan aku?” raung Gian sambil matanya mencari sang ibu d
Menghadapi tentara militer yang berani mati dan tidak segan mempertaruhkan nyawa demi negara seperti itu, tentu saja Gian sedikit kerepotan. Bahkan, setengah dari mereka memiliki ilmu kekebalan dan jimat lainnya yang melindungi diri mereka.Bagaikan sebuah pertarungan supernatural saja saat ini.Gian merasa tenaganya sedang dikuras kalau begini. Dia bisa saja memanggil petir untuk menghantam para tentara itu, namun itu artinya akan ada pembunuhan dan dia tak ingin itu terjadi.Dia hanya ingin menakut-nakuti masyarakat dan pemerintah saja agar mereka tidak mengusik Gian secara keterlaluan. Kalau dia memang berniat membunuh, tentu itu sudah dia lakukan sedari awal dia muncul ke publik.Meski kadang dia memikirkan hal gila, namun dia masih memiliki nurani.Karenanya, Gian hanya perlu memukul dan membuat pingsan para tentara gigih itu. Ada yang berhasil, ada pula yang tidak.Saat ini, dia sedang dipegangi kanan dan kiri oleh tentara bertubuh kekar, membuat dia kesulitan bergerak. Dia kesu
Mata Gian tidak bisa berkedip ketika menatap sosok besar yang memenuhi langit. Mulutnya menganga lebar, tak bisa berkata-kata dan mematung di tempat. Apakah ini nyata? Atau ini sekedar film fantasi saja?Namun, sosok itu bergerak menoleh ke Gian dengan pandangan tajam. Kulitnya jingga kemerahan dengan rambut panjang berombak melewati bahu dengan hiasan logam di dahinya. Dia bertelanjang dada dan hanya mengenakan bawahan dari kain warna emas, mengingatkan Gian akan tokoh dewata di film India.Badan sosok itu setinggi gedung pencakar langit tertinggi di dunia, dia besar dan kokoh, pasti bisa menghancurkan gunung dalam sekali pukul saja.“Kau, manusia, sudah keterlaluan!” Sosok itu bersuara tegas ke Gian yang masih mematung. Hanya dengan gelegar suaranya saja, nyali Gian langsung habis tak bersisa. Apalagi aura dominasi sangat kental menguar dari sosok kemerahan yang kini sedang melotot ke Gian.Gian belum sempat berkata apapun ketika Elang yang berbaring di saku depan tasnya segera melo
Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra
Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah