Home / Fantasi / Genderang Perang Manusia Elektrokinesis / 156 - Melacak Keberadaan Keluarganya

Share

156 - Melacak Keberadaan Keluarganya

Author: Gauche Diablo
last update Last Updated: 2023-04-15 15:46:07

Gian tidak ingin mengambil resiko dari apa yang dia belum paham dengan baik. Mana tahu apabila kostum dari Rusia akan tahan peluru setajam jarum atau tidak, lebih baik dia mengantisipasi saja.

Maka dari itu, Gian mengelak cepat dan dia menembakkan sulur listriknya ke sebuah tiang bendera tak jauh dari sana.

Pasukan khusus yang tersisa masih mengejar pergerakannya menggunakan peluru bius tajam yang memang sudah dimodifikasi untuk menangani Gian yang memiliki fisik super.

Karena hal tersebut, Gian bergerak lagi dengan melompat ke tiang listrik di depan markas kepolisian menggunakan sulur listriknya, benar-benar seperti jagoan di film superhero yang terkenal.

Sesampainya dia di tiang listrik, segera saja Gian menghantarkan listrik kuatnya di sana sehingga trafo besar di tiang itu mulai memercikkan api dan kemudian memiliki ledakan-ledakan kecil.

“Kalian begitu berhasrat ingin menangkapku, heh? Begitu ingin menundukkan aku?” Gian berteriak dengan nada pongahnya, melompat ke arah atap mark
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   157 - Pembalasan dari Sang FWB

    Kenapa Gian tidak menghubungi adiknya, Cheryl? Karena dia yakin sang adik pasti tidak dberitahu mengenai alamat Melinda yang baru dikarenakan Cheryl sudah ‘dibuang’ ibunya semenjak membela Gian di live show televisi malam itu.Oleh karena itu, lebih mudah melacak dari orang-orang yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan Melinda dan kedua kakaknya saja.Untuk hal itu, Gian memilih mendatangi kantor Carlen yang kecil ketimbang kampus Zohan.Saat ini, para karyawan di kantor itu gemetar ketakutan dan mereka mulai berjongkok di lantai sambil bersikap tak berdaya. Ada yang terisak lirih karena saking takutnya disakiti Gian.Mendapati itu, Gian terkekeh dan berkata, “Hei, aku tidak sejahat yang kalian bayangkan! Ayolah, tak perlu ada yang menangis, itu terlalu berlebihan! Aku hanya ingin tahu di mana Carlen saat ini atau alamat barunya. Jangan katakan di Alam Seroja Indah, karena aku sudah ke sana lebih dulu.”Orang-orang itu menatap takut-takut pada Gian.Sehingga, Gian berbicara lagi, “

    Last Updated : 2023-04-15
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   158 - Memanggil Petir?

    Tak memakan waktu lama bagi Gian untuk tiba di kota lain tempat ibu dan kedua kakaknya berada saat ini. Berbekal alamat dari orang yang melakukan FWB dengan Carlen, dia meluncur cepat ke sana.Sementara itu, ponsel Carlen terus bergetar di atas kasurnya tanpa diketahui sang empu. Ternyata masih ada yang peduli akan dia dan mencoba memperingatkan akan kedatangan Gian. Sayang sekali, peringatan itu menjadi sia-sia. Memangnya di mana Carlen saat ini?Saat tiba di kompleks perumahan itu, Gian melihat Carlen sedang mencuci mobil di halaman depan. Kompleks tersebut memang bukan merupakan perumahan elit dengan pagar tinggi, sehingga Gian bisa bebas masuk tanpa rintangan berarti.“Hari yang cerah untuk mencuci mobil baru, yah!” sindir Gian setelah turun dari motornya.Betapa kagetnya Carlen mendengar suara yang sangat dia kenali. Pemuda itu berbalik ke belakang dan matanya membelalak lebar mengetahui siapa yang berdiri di depan pagar rumahnya yang hanya setinggi dada dan menyandarkan kedua le

    Last Updated : 2023-04-18
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   159 - Datangnya Pasukan Militer

    Tidak ada satu pun orang yang menyangka akan datangnya petir di hari yang sangat cerah ini hanya karena seruan seorang bocah remaja yang memanggilnya.Kepala orang-orang yang menonton di sana seketika merinding parah ketika menyaksikan seperti apa kemampuan Gian. Cukup dengan raungannya dan petir pun terbentuk di langit lalu menghantam ke rumah Melinda.Apakah ini film superhero?Bahkan banyak orang di sana yang mengira ini tidak nyata. Terlalu aneh untuk menjadi sebuah fakta. Tidak sedikit pula yang mengira ini hanyalah sebuah adegan syuting film semata untuk keperluan televisi.Tapi, pasukan khusus yang berjumlah 20 orang lebih itu rasanya terlalu berlebihan jika ini hanyalah sebuah syuting film.Melinda dan yang lainnya berteriak panik, mereka ketakutan dan segera saja menjauh dari rumah itu.Namun, Gian tidak bisa menghentikan begitu saja luapan emosi di dirinya dan dia semakin geram.“Mama! Apakah kau masih saja ingin mengabaikan aku?” raung Gian sambil matanya mencari sang ibu d

    Last Updated : 2023-04-20
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   160 - Fenomena Aneh di Langit

    Menghadapi tentara militer yang berani mati dan tidak segan mempertaruhkan nyawa demi negara seperti itu, tentu saja Gian sedikit kerepotan. Bahkan, setengah dari mereka memiliki ilmu kekebalan dan jimat lainnya yang melindungi diri mereka.Bagaikan sebuah pertarungan supernatural saja saat ini.Gian merasa tenaganya sedang dikuras kalau begini. Dia bisa saja memanggil petir untuk menghantam para tentara itu, namun itu artinya akan ada pembunuhan dan dia tak ingin itu terjadi.Dia hanya ingin menakut-nakuti masyarakat dan pemerintah saja agar mereka tidak mengusik Gian secara keterlaluan. Kalau dia memang berniat membunuh, tentu itu sudah dia lakukan sedari awal dia muncul ke publik.Meski kadang dia memikirkan hal gila, namun dia masih memiliki nurani.Karenanya, Gian hanya perlu memukul dan membuat pingsan para tentara gigih itu. Ada yang berhasil, ada pula yang tidak.Saat ini, dia sedang dipegangi kanan dan kiri oleh tentara bertubuh kekar, membuat dia kesulitan bergerak. Dia kesu

    Last Updated : 2023-04-21
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   161 - Sosok Jingga Kemerahan. Seorang Dewata?

    Mata Gian tidak bisa berkedip ketika menatap sosok besar yang memenuhi langit. Mulutnya menganga lebar, tak bisa berkata-kata dan mematung di tempat. Apakah ini nyata? Atau ini sekedar film fantasi saja?Namun, sosok itu bergerak menoleh ke Gian dengan pandangan tajam. Kulitnya jingga kemerahan dengan rambut panjang berombak melewati bahu dengan hiasan logam di dahinya. Dia bertelanjang dada dan hanya mengenakan bawahan dari kain warna emas, mengingatkan Gian akan tokoh dewata di film India.Badan sosok itu setinggi gedung pencakar langit tertinggi di dunia, dia besar dan kokoh, pasti bisa menghancurkan gunung dalam sekali pukul saja.“Kau, manusia, sudah keterlaluan!” Sosok itu bersuara tegas ke Gian yang masih mematung. Hanya dengan gelegar suaranya saja, nyali Gian langsung habis tak bersisa. Apalagi aura dominasi sangat kental menguar dari sosok kemerahan yang kini sedang melotot ke Gian.Gian belum sempat berkata apapun ketika Elang yang berbaring di saku depan tasnya segera melo

    Last Updated : 2023-04-24
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   162 - Menguak Identitas Mereka

    Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra

    Last Updated : 2023-04-26
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   163 - Hukuman dari Dewa

    Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah

    Last Updated : 2023-04-27
  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   164 - Turun Gunung dan Pulang

    Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   170 - Akhir Sebuah Petualangan

    “Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   169 - Lawan Kuat untuk Gian

    Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   168 - Menghitung Kebajikan

    Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   167 - Menjadi Penyembuh Gratisan

    Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   166 - Saatnya Berpamitan

    Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   165 - Kembali ke Sekolah dan Menghadapi Mereka

    Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   164 - Turun Gunung dan Pulang

    Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   163 - Hukuman dari Dewa

    Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   162 - Menguak Identitas Mereka

    Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra

DMCA.com Protection Status