Tidak ada satu pun orang yang menyangka akan datangnya petir di hari yang sangat cerah ini hanya karena seruan seorang bocah remaja yang memanggilnya.Kepala orang-orang yang menonton di sana seketika merinding parah ketika menyaksikan seperti apa kemampuan Gian. Cukup dengan raungannya dan petir pun terbentuk di langit lalu menghantam ke rumah Melinda.Apakah ini film superhero?Bahkan banyak orang di sana yang mengira ini tidak nyata. Terlalu aneh untuk menjadi sebuah fakta. Tidak sedikit pula yang mengira ini hanyalah sebuah adegan syuting film semata untuk keperluan televisi.Tapi, pasukan khusus yang berjumlah 20 orang lebih itu rasanya terlalu berlebihan jika ini hanyalah sebuah syuting film.Melinda dan yang lainnya berteriak panik, mereka ketakutan dan segera saja menjauh dari rumah itu.Namun, Gian tidak bisa menghentikan begitu saja luapan emosi di dirinya dan dia semakin geram.“Mama! Apakah kau masih saja ingin mengabaikan aku?” raung Gian sambil matanya mencari sang ibu d
Menghadapi tentara militer yang berani mati dan tidak segan mempertaruhkan nyawa demi negara seperti itu, tentu saja Gian sedikit kerepotan. Bahkan, setengah dari mereka memiliki ilmu kekebalan dan jimat lainnya yang melindungi diri mereka.Bagaikan sebuah pertarungan supernatural saja saat ini.Gian merasa tenaganya sedang dikuras kalau begini. Dia bisa saja memanggil petir untuk menghantam para tentara itu, namun itu artinya akan ada pembunuhan dan dia tak ingin itu terjadi.Dia hanya ingin menakut-nakuti masyarakat dan pemerintah saja agar mereka tidak mengusik Gian secara keterlaluan. Kalau dia memang berniat membunuh, tentu itu sudah dia lakukan sedari awal dia muncul ke publik.Meski kadang dia memikirkan hal gila, namun dia masih memiliki nurani.Karenanya, Gian hanya perlu memukul dan membuat pingsan para tentara gigih itu. Ada yang berhasil, ada pula yang tidak.Saat ini, dia sedang dipegangi kanan dan kiri oleh tentara bertubuh kekar, membuat dia kesulitan bergerak. Dia kesu
Mata Gian tidak bisa berkedip ketika menatap sosok besar yang memenuhi langit. Mulutnya menganga lebar, tak bisa berkata-kata dan mematung di tempat. Apakah ini nyata? Atau ini sekedar film fantasi saja?Namun, sosok itu bergerak menoleh ke Gian dengan pandangan tajam. Kulitnya jingga kemerahan dengan rambut panjang berombak melewati bahu dengan hiasan logam di dahinya. Dia bertelanjang dada dan hanya mengenakan bawahan dari kain warna emas, mengingatkan Gian akan tokoh dewata di film India.Badan sosok itu setinggi gedung pencakar langit tertinggi di dunia, dia besar dan kokoh, pasti bisa menghancurkan gunung dalam sekali pukul saja.“Kau, manusia, sudah keterlaluan!” Sosok itu bersuara tegas ke Gian yang masih mematung. Hanya dengan gelegar suaranya saja, nyali Gian langsung habis tak bersisa. Apalagi aura dominasi sangat kental menguar dari sosok kemerahan yang kini sedang melotot ke Gian.Gian belum sempat berkata apapun ketika Elang yang berbaring di saku depan tasnya segera melo
Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra
Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah
Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg
Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia
Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad