Sekali lagi, Gian membaca nama pihak yang mengirim pesan di akun IG dia. “Hitech & Human Corp. Hm, apa ini?”Dia membaca kalimat di sana yang kira-kira berbunyi: “Bisakah kita berbicara? Kalau Anda bersedia, kami akan mengirim orang kami menemui Anda, atau Anda bisa memilih pertemuan di manapun Anda inginkan.”Hah? Apa ini? Ada apa ini sebenarnya? Gian makin bertanya-tanya.Tak bisa membendung rasa ingin tahunya, Gian membalas pesan itu dan mengetik: “Apa mau kalian?”Untung saja dia cukup terampil di bahasa Inggris sehingga tidak kesulitan mengenai percakapan.Tidak disangka, pihak lain langsung membalas secara cepat: “Kami tertarik dengan kekuatan esper Anda. Kami tidak ingin menyakiti Anda, kami justru mendukung kekuatan Anda. Maukah bertemu?”Gian menyeringai, antara heran, geli, dan bingung dengan kemauan orang Amerika ini.Lalu, dia mengetik lagi untuk mereka: “Tapi aku ini buronan di sini. Bagaimana bisa seenaknya bertemu?”Kedua alis Gian terangkat tinggi sambil tersenyum naka
Setelah mendapatkan kalimat bernada tantangan sekaligus ujian dari Gian, pihak Jerman diam sejenak, mungkin sedang berunding dengan sang atasan atau semacam itu.Gian menunggu tanpa bicara sedikit pun. Dia tersenyum, tidak menyangka kekuatan yang dikatakan monster ini justru diminati dua negara besar.Dia terus mempertimbangkan, apa yang hendak dia lakukan dengan penawaran dari Amerika dan Jerman itu nantinya. Apakah keduanya layak dia sambut, atau abaikan?Namun, tentunya dia tak bisa memandang setengah mata saja pamor dari kedua negara maju tersebut, bukan?Belum juga 5 menit berlalu dari kesunyian dari seberang, kini ada suara dari mereka, “Tuan Gian, kami akan membayar biaya kompensasi pada negara Indonesia atas apapun tuntutan yang disematkan padamu. Selain itu, kami akan mengundang Anda ke Jerman dan semua biaya Anda akan dipenuhi oleh kami. Apapun keinginan Anda nanti di Jerman, semuanya akan kami penuhi asalkan tidak mengancam pemerintah kami.”Gian kini yang terdiam. Penawara
Sama seperti perusahaan Amerika dan Jerman sebelumnya, perusahaan teknologi dari China ini juga menawarkan pertemuan dengan Gian karena mereka tertarik dengan kekuatan Gian.Yang cukup membuat terkejut Gian adalah pihak China langsung gerak cepat menghubungi dia di telepon. Tak perlu dipertanyakan dari mana mereka mendapatkan nomor Gian, itu pasti hal mudah untuk melacaknya.Seperti dua perusahaan tadi, Gian juga memberikan ujian yang sama ke pihak China.“Kami bisa datang ke Indonesia dan berbicara dengan pemerintah di sana. Karena kami dan Indonesia memiliki hubungan bilateral yang baik, tentu saja kami yakin bisa berbicara mewakilimu agar kamu bisa datang ke China dan kamu akan mendapatkan semua fasilitas yang layak.” Demikian janji dari pihak China.Gian tidak langsung memberikan jawaban dan setelahnya, dia mendapatkan panggilan dari nomor Rusia.“Halo, saya Aleksei Volkov dari Lovkiy-T.” Kemudian, pembicaraan selanjutnya hampir serupa dengan tiga negara sebelum ini, meminta berte
Tangan Gian terulur ke arah Gunawan. Telunjuknya diarahkan ke dahi mantan bos, mengalirkan sedikit listrik di sana.Drrrttt!Listrik mengalir di dahi Gunawan dan menyebabkan kepala lelaki itu sedikit melonjak di bantalnya.Perawat yang melihat adegan itu, panik dan lekas keluar untuk meminta bantuan.Sementara itu, Gian kini mengarahkan telunjuknya ke dada Guanwan dan kembali menyetrum di sana.Ketika perawat kembali dan membawa 5 petugas keamanan dan beberapa perawat lainnya dan juga dokter yang merawat Gunawan, mereka tidak melihat Gian.Alih-alih ada Gian, mereka justru mendapati Gunawan yang memandangi mereka dengan tatapan bingung. Sementara, istrinya ada di lantai, tergeletak pingsan akibat setruman Gian sebelumnya.“P—Pak Gunawan … Anda … Anda siuman?” Dokter mendekat ke Gunawan. Dia dan semua yang di sana sama kagetnya.Dua perawat segera mengangkat istri Gunawan dan menyadarkannya.“Suamiku … suamiku! Mana suamiku!” teriak istri Gunawan begitu sadar. Dia kelabakan dan panik,
Bagaimana mungkin pelayan tadi tidak gemetar seluruh badan saat dia mendengar ucapan Gian yang bernada ancaman seperti itu? Dia bisa berbalik dan lari meski harus berjuang menahan lutut lemasnya saja sudah merupakan prestasi besar.Gian tersenyum geli. Dia hanya menggertak untuk bercanda saja, tidak hendak benar-benar akan merubuhkan tempat sebesar ini. Lagipula, dia tak punya dendam apapun dengan restoran tersebut.Tak sampai 5 menit, manajer restoran tergopoh-gopoh datang ke hadapan Gian dengan sikap hormat dan menjaga kesopanannya. "Tuan, Tuan mohon bersabar dulu. Kami tidak bermaksud menyinggung Tuan.”Sebenarnya Gian ingin tertawa melihat sikap hormat sekaligus ketakutan si manajer restoran. “Mana pemilik tempat ini?” Dia berusaha tetap menjaga wibawanya sebagai orang terkuat di Indonesia.“Itu … bos besar sedang ada di luar negeri dengan keluarganya, mohon Tuan tidak mempersulit kami orang kecil ini.” Manajer susah-payah mengumpulkan nyalinya meski tak berani berlama-lama menata
Meski terkejut dan membawa banyak pertanyaan di benaknya, apalagi melihat sikap ramah perwira tinggi polisi di depannya, Gian tidak serta-merta mengendurkan waspadanya.“Kalau boleh bertanya, ada urusan apa Bapak sekalian mendatangi aku?” tanya Gian disertai pandangan tajam mengawasi gerak-gerik kedua pria gagah di depannya.“Bagaimana kalau kita berbincang dulu di dalam agar enak dan nyaman?” Komjen Hanung masih menghiasi wajahnya dengan senyum.Meski waspada, tapi Gian tak yakin kedua orang di depannya ini bisa melakukan sembarang tindakan padanya. Maka, dia mempersilahkan mereka masuk dan duduk di ruang tamu kamar hotelnya.“Silahkan bicara.” Gian tak ingin banyak berbasa-basi.“Adik Gian sungguh orang yang lugas.” Entah apakah ini pujian atau bukan dari Komjen Hanung. Sembari tersenyum kecil, dia berbicara, “Begini, Adik Gian, tentunya pembicaraan ini sehubungan dengan beberapa negara yang sudah menghubungi Adik.”Gian teringat dengan pihak Amerika, Rusia, China, dan Jerman. Dia b
Gian lekas mempersiapkan dirinya begitu terdengar bunyi pintu kamar hotelnya didobrak dengan tidak sabar.Sudah pasti, pendobraknya tidak ingin menunggu koordinasi dengan pihak hotel terlebih dahulu.Alhasil, belasan orang berseragam pakaian karet dari ujung kepala sampai kaki sambil menenteng peluru karet sudah memenuhi ruang depan kamar hotel Gian.Baru saja Gian menjejakkan kakinya di ruangan itu dari kamar tidur, dia sudah disemprot air sabun oleh beberapa orang. Jelas sekali bahwa mereka ingin melemahkan kekuatan elektrokinesis dia.Tapi, Gian tidak hanya bergantung pada kekuatan eletrokinesis dia saja dan tetap merangsek maju.Namun, betapa kagetnya dia ketika dia mendapati beberapa peluru bius yang biasa digunakan untuk gajah sudah menuju ke arahnya.Dia menghindari semua peluru itu menggunakan kekuatan supernya. Itu karena Gian belum yakin seberapa tangguh tubuhnya melawan peluru bius jenis berat begitu.Di hati Gian, hanya ada satu kalimat pegangannya, bahwa dia tidak boleh t
Anggota pasukan khusus itu tak berdaya ketika senjata mereka diambil paksa dari tangan menggunakan sulur listrik. Ada juga yang langsung melepaskan senjatanya begitu sulur listrik menempel di senjatanya seakan dia ngeri apabila tersetrum.Anggota pasukan yang baru saja datang, hendak menyemprotkan air sabun lagi ke Gian untuk melemahkan remaja itu, namun pistol khusus orang itu sudah dirampas terlebih dahulu oleh Gian.“Kenapa kalian begitu berhasrat padaku? Kenapa kalian malah sibuk ingin menangkapku padahal aku sudah membereskan urusan Gunawan?” Ada kemarahan di sorot mata tajam Gian ketika dia menyingkirkan satu demi satu senjata pasukan khusus.“Lekaslah menyerahkan dirimu, Nak Gian!” Seorang anggota pasukan masih bisa berteriak meski senjatanya baru saja dirampas.“Menyerahkan diri? Enteng sekali lidah kalian menggulirkan kalimat itu!” Makin marah, Gian menangkap tubuh-tubuh pasukan khusus di depannya menggunakan sulur listrik sehingga itu terlihat seperti sebuah jaring menyebar.
“Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu
Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be
Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora
Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp
Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad
Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia
Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg
Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah
Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra