Share

04. Hamil???

Author: ZuniaZuny
last update Huling Na-update: 2024-08-29 13:27:57

“Brengsek!” rintih Alex. “Aku pasti membalas semua perbuatanmu, aku janji!” 

Getaran ponsel di saku celana yang berserakan di lantai membuat Alex berusaha keras mengambilnya. Dengan tangan terikat, bisa dipastikan Alex sangat kesulitan mengambil ponsel tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya Alex berhasil mengangkat teleponnya seraya menekan tombol loudspeaker.

"Halo Boss, sudah semalaman Boss tidak memberi kabar. Apakah semua baik?" Terdengar suara laki-laki yang panik dari ujung telepon.

"Bagus, akhirnya kamu mencemaskanku. Cepat kesini, bodoh! aku di kamar …, entah dimana aku ini!"

"Apa? Ba– baik, boss."

Tak lama kemudian, anak buah Alex datang dan memanggil-manggil bosnya. Mereka terkejut melihat Alex diikat di kamar mandi tanpa sehelai busana pun. Usai ikatan dilepas, Alex segera menghantam dua anak buahnya dengan satu pukulan.

Plak

"Dasar kalian, sungguh bodoh!"

"A– ampun boss!"

"Ais, sudahlah. Sekarang cari lelaki yang membawa Lila-ku keluar hotel ini. Cepat periksa CCTV!"

Alex dan dua anak buahnya ke ruang petugas keamanan dengan wajah kesal. Tapi, tiba-tiba, wajah Alex berubah cemas ketika melihat Nicho dan Ardo berjalan keluar bar.

“Cepat kejar laki-laki itu!” bentak Alex kepada dua anak buahnya.

Nicho yang mendengar suara Alex, segera bersembunyi di lorong sempit antara dua gedung. Dia bersama Ardo menaiki tangga ke lantai dua. Sembari mengawasi Alex, keduanya mencari barang tumpul yang bisa dipukulkan nanti.

Kedua anak buah Alex mengejar hingga ke ujung lorong, tapi tidak menemukan siapapun. Mereka berbalik, hendak kembali ke bar dan melaporkan pada Alex kalau Nicho telah pergi entah ke mana. Namun, tiba tiba ….

Bugh.

Bugh.

Nicho dan Ardo memukul dua orang anak buah Alex. Setelahnya, merek segera pergi agar terbebas dari Alex.

Anak buah Alex yang sempat melihat kepergian Nicho segera melapor, "Boss, maaf. Mereka berhasil kabur."

“Sial, aku harus membunuh laki laki itu!” Alex menggertak kesal.

"Huft, untung saja," ucap Ardo. Mereka bisa bernafas lega setelah berhasil lolos dari kejaran Alex. 

"Ardo, antarkan aku pulang. Saat ini, Lily pasti sudah sampai rumah. Aku mencemaskannya."

"Baik, aku akan mengantarmu pulang. Oh ya, bagaimana jika Lily mengenalimu?"

"Entahlah, aku tak punya jawaban untuk hal itu. Aku akan mencari jawaban yang tepat dalam perjalanan nanti. Sekarang antarkan aku."

Mereka segera pergi menuju rumah Nicho, tak tahu jika Lily saat ini berada di Rumah sakit.

Rumah Sakit

 "Perut saya bermasalah, entah kenapa? rasanya sedikit mual,” kata Lily, menjelaskan kepada seorang perawat cantik yang berdiri di meja resepsionis.

"Baiklah saya akan mendaftarkan Anda pada Dokter Obgyn. Mohon tunggu sebentar."

Lily duduk menunggu antrian dengan gelisah hingga akhirnya namanya dipanggil. 

"Nona Lily."

"Iya." Lily masuk seorang diri, berjalan ragu menuju kursi pasien.

"Silahkan duduk. Bisa jelaskan, apa keluhan anda, Nona?"

Ketika dokter menanyakan keluhan secara detail, gadis itu terlihat cemas sampai berkeringat.

“Ada apa? Tidak masalah, ceritakan saja apapun keluhan anda.” Dokter Obgyn menyadari ada yang aneh dari gelagat Lily, apalagi keluhan yang dia katakan pertama adalah mual di bagian perut. 

“Kami para dokter punya kode etik. Kita hanya mendengar keluhan pasien. Rahasia atau tidak, semua harus diceritakan agar dokter bisa memberi anda obat yang cocok.”

"Aku mohon, ini jadi rahasia kita berdua, Dokter. Bagaimana?" tanya Lily ragu.

"Tenang, semua rahasia ini pasti aman.”

"Begini Dokter, aku merasakan nyeri pada bagian tubuh bawahku. Ada bercak darah segar di sprei dan aku sama sekali tidak ingat telah melakukan apa? Aku berusaha mengingatnya, namun sama sekali tak ingat," jelas Lily.

"Oh begitu, rupanya."

“Yang ingin aku tanyakan, apakah aku sudah …."

Lily tak sanggup lagi berkata kata. Dokter itu dengan sabar menunggu Lily kembali berkata. 

"Jika benar sudah terjadi hal yang tak kuinginkan, apa aku akan hamil, Dok?” Lily tiba-tiba menangis. “Aku tidak mau hamil anak seseorang yang bahkan aku sendiri tidak mengenalnya, Dok. Tolong aku, Dok, kumohon...”

Dokter Melvin mengangguk paham, "baiklah, tunggu disini sebentar.' Dokter Melvin keluar dan memanggil istrinya yang juga bekerja sebagai dokter kandungan. Dia adalah Evelyn.

Evelyn masuk dan menatap nanar pada sosok Lily. Dia langsung memeluk Lily, memposisikan diri sebagai seorang ibu yang baik.

"Saya paham, kamu berakhir seperti ini karena dijebak. Pengakuan kalau kamu tidak sadar ketika melakukan malam pertama, cukuplah menjelaskan kalau ada seseorang yang berniat buruk padamu."

Setelah menenangkan Lily, Evelyn meminta Lily berbaring dan menanggalkan celananya. "Rileks ya, aku akan memeriksanya."

Evelyn mengambil dan memasukkan suatu alat ke dalam inti tubuh Lily. Mengambil sampel dan memeriksa area tersebut. "Baiklah. Sudah selesai."

Lily bergegas bangun, memakai g string dan duduk kembali di kursi pasien. Dia harus menunggu hasil pemeriksaan yang di bawa ke laboratorium. 

Setelah menunggu hampir satu jam, hasil pemeriksaan Lily kini sudah di tangan Evelyn. Dia duduk dan memandang intens pada pasiennya. "Lily, dengan berat hati aku akan mengatakan, kamu sudah tidak virgin lagi. Selaput dara milikmu sudah robek." 

"A- Apa?"

"Benarkah dokter?" tanya Lily dengan perasaan tak bisa dijelaskan.

Meski sudah mempersiapkan jawaban ini, namun tetap saja Lily syok mendengar penuturan langsung dari Dokter yang memeriksanya.

“Dok, apakah ini benar-benar hasilnya?” Lily semakin cemas, memastikan sekali lagi.

“Iya,” lirih Evelyn. “Ada satu hal yang membuatku berpikir, apa ini termasuk tindak kejahatan atau tidak. Namun, robekan di selaput daramu ini benar-benar normal. Dalam artian, kamu melakukannya atas dasar suka sama suka, mau sama mau.”

"Dok, jangan bercanda!” bentak Lily, dia benar-benar syok mendengar penjelasan Evelyn.

Evelyn paham, Lily sedang dalam fase terendah dalam hidupnya. Dia mencoba tenang agar Lily tetap nyaman berada di dekatnya.

"Jadi, a-aku tidak menolak ketika kejadian itu terjadi?” tanya Lily yang lantas dijawab senyuman dan anggukan oleh Evelyn.

Lily menangis pilu di depan Evelyn. "Aku harus bagaimana sekarang? Aku sudah tidak suci lagi, Dok. Aku jadi perempuan hina. Bahkan, aku saja tidak tahu siapa yang sudah mengambil kehormatanku. Dok, apa gadis sepertiku masih layak disayang?”

Evelyn diam membuat Lily geram.

“Dok, jawab! Apa aku sehina ini sampai Dokter saja enggan untuk menjawab pertanyaanku?!” Semua keresahan Lily dia tumpahkan kepada Evelyn hingga dirinya tenang. 

"Tidak apa apa," jawab Evelyn sambil menepuk nepuk pundak Lily, memberinya kenyamanan dalam pelukan seorang ibu. “Sebagai dokter kandungan, ada banyak sekali fenomena yang terjadi. Apa yang kamu alami, juga dialami ribuan gadis lain.”

Lily tersentak mendengar jawaban Evelyn, detik berikutnya dia kembali menangis. Evelyn melanjutkan kalimat terakhir yang sedari tadi dia tahan. “Satu hal lagi, Lily.”

“Apa, Dok? Jelaskan padaku, sekarang juga!”

“A-ada indikasi kalau ka-kamu …,” Evelyn menahan suaranya, sejenak, dia tidak tega dengan Lily. Tapi, bagaimanapun, hasil tetaplah hasil. “Kamu hamil!”

"Apa?!"

Kaugnay na kabanata

  • Gelora berbahaya Kakak   05. Tanggung jawab

    Lila diminta masuk oleh Evelyn setelah Lily pingsan mendengar kabar kehamilannya. Evelyn menasehati Lila agar dia tetap mendampingi Lily, apapun keadaannya. Evelyn juga menjelaskan kalau Lily sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Jika dia tidak didampingi, ditakutkan kondisi Lily semakin memburuk, bahkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi."Bulan depan, bawa Lily kembali ke sini ya .... Kita lihat perkembangan pada fisik dan psikisnya. Kuatkan dia, apapun yang terjadi! Jangan sampai Lily sendirian, apalagi sampai dia depresi.” Evelyn memeluk Lila yang pipinya sudah dibanjiri air mata."Terima kasih Dokter, Anda sudah menghubungiku karena kondisi Lily pingsan tadi."Evelyn mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau janji sama Dokter untuk menemani Lily, kan?” Evelyn bertanya halus.“I-ini semua salahku, Dok! Aku yang memintanya masuk ke bar untuk menggantikanku, saudara kembarnya. Aku yang salah. Aku yang harusnya menderita. Tapi, kenapa Lily yang malah jadi korban? Kenapa, D

    Huling Na-update : 2024-08-29
  • Gelora berbahaya Kakak   06. Kembar.

    Alex tercengang mendengar kalimat yang keluar dari Lila. “Saudara Kembar?” tanyanya memastikan jika tak salah dengar.Lila memutar bola mata jengah. Duduk di Sofa dan meminum segelas air dingin.“Dia memang jarang di ekspos majalah dan infotainment tapi dia aktif di sosial media. Dia begitu berbanding terbalik denganku. Aku sampai merasa mual dengan cara berpakaiannya yang serba tertutup,” ejek Lila.Tangan Alex mengepal. Dia berusaha mencerna baik baik apa yang dijelaskan Lila. “Jadi, kau mencoba menipuku?” teriak Alex marah dan mencekik leher jenjang sang kekasih.“Tolong …, Lepaskan aku. Akh.”Lila berusaha melepas cengkraman tangan Alex dan memukul mukulnya sekuat tenaga.“Mati saja kau bitch. Berani sekali membohongiku.”Alex semakin kuat mencengkram leher Lila namun setan jahat menyuruhnya berhenti.‘kenapa juga aku harus membunuhnya? Bukankah menikmati tubuhnya lebih nikmat daripada membunuhnya,' bisik setan dalam diri Alex.Uhuk, uhuk, uhuk.Alex melepas cekikan di leher Lila.

    Huling Na-update : 2024-09-14
  • Gelora berbahaya Kakak   07. Diculik?

    "Alea," bentak Dion tak suka."Maaf sayang, tapi aku begitu menginginkannya? Kita sudah satu minggu tak bertemu. Aku merindukan belaianmu." Alea mengalungkan kedua lengannya pada leher Dion. Menghirup aroma mint yang membuatnya candu. Mereka adalah partner ranjang yang cocok dan Dion tak pernah menolak ajakannya. Namun sekarang, Dion tiba tiba saja menolak dan Alea harus tahu alasannya. "Katakan, siapa yang menghubungimu? Setelah itu aku akan melepasmu.""Nicho. Ya, Nicho yang menghubungiku. Dia meminta aku mencari data pribadi dari seseorang.""Seseorang? Siapakah itu?""Rahasia." Dion melepas pelukan Alea dan memicingkan mata tajamnya. "Aku sudah memberitahumu, sekarang pergilah!""Tidak mau."Dion sangat marah dengan sikap keras kepala Alea. Mata hitam itu menatapnya seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya membuat wanita berpakaian seksi itu langsung ketakutan. Dengan enggan, Alea pergi meninggalkan tamu langganannya. Dion sendiri segera pergi menuju apartemennya, bernia

    Huling Na-update : 2024-09-16
  • Gelora berbahaya Kakak   08. Penyelamat

    Dalam keadaan takut dan panik, Lily mencoba sekuat tenaga berontak. 'Tolong, tolong!'MmphSuara Lily tercekat di tenggorokan akibat mulutnya yang dibungkam. Tangannya segera diikat agar tak memberontak lagi. "Cepat urus wanita ini agar Diam. Aku akan menghubungi Bos," perintah ketua bodyguard Alex."Halo, Boss Alex. Kami membawa wanita yang Anda inginkan.""Kalian sungguh hebat. Tak sia sia aku langsung terbang kemari," ucap Alex di seberang. Dari suara, tampak sekali jika dia sangat bahagia. "Segera bawa ke tempatku."Lily melotot, tubuhnya gemetar saat mendengar percakapan melalui telepon itu. Dia sangat takut saat ini, mengingat Alex-lah yang memberinya obat laknat malam itu. Ya, Alex yang menyuruh tiga anak buahnya untuk menculik Lily. Dengan menculiknya, diharapkan lelaki yang bersama Lily datang untuk menolongnya.Tak butuh waktu lama, anak buah Alex dan Lily sudah tiba. Segera dihadapkan pada seorang lelaki yang kini duduk di kursi kebesarannya. Asap mengepul dari bibir, menam

    Huling Na-update : 2024-09-17
  • Gelora berbahaya Kakak   09. Trauma

    Setelah melarikan diri dari kejaran polisi, Alex menghubungi Lila dan berharap bisa bertemu kekasihnya. [Halo Lila, kamu di mana? Aku ada di Kanada. Temui aku sekarang.][Halo. Halo.]Suasana sangat berisik karena Lila berada di Club malam.[Maaf aku tak mendengarmu Alex. Suasana di sini sangat ramai.][Halo Lila, halo!?]Tut. Tut.Lila menutup panggilan Alex dan ingin segera pergi dari tempat tersebut. Dirinya berbohong tak mendengar Alex padahal Lila sangat takut jika bertemu Alex."Jenny bolehkah aku tidur di apartemenmu malam ini?" tanya Lila pada temannya Clubing saat ini."Em, boleh. Kebetulan pacarku di luar kota. Jadi aku ada teman jika kamu menginap.""Baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang!"Mereka meninggalkan Club. Lila mengaktifkan sim card 2 yang hanya di ketahui Alex sedangkan sim card yang biasa digunakan tak diaktifkan agar Lily dan keluarga tak mengganggu kegiatannya. Malam ini dia ingin bersenang senang namun semua gagal karena panggilan dari Alex.Sedangkan

    Huling Na-update : 2024-09-19
  • Gelora berbahaya Kakak   10. Lukisan

    Lily mendengar ucapan Nicho meski samar, untuk itulah Lily menanyakannya."Ah, tidak apa apa. Aku hanya berharap kamu baik baik saja, Lily.""Oh begitu."Seminggu berlalu.Ujian telah selesai, Lily dan Lila memutuskan untuk kembali ke Amerika. Selama satu minggu Nicho menghindar, tak menemui kedua adiknya membuat Lily sedikit tenang dan fokus menjalani ujian. Namun, hal ini membuat Nicho sungguh tersiksa. Dia tak bisa menggapai wanita yang disukai walau hanya memandang sejenak. Semua ini harus dia lakukan demi kebaikan bersama mengingat Lily seperti menjaga jarak darinya.Tiap malam Nicho memimpikan kenangan indah satu malamnya dengan Lily. Dia harus terbangun di tengah malam dengan keringat membanjiri dan basah pada bagian tubuh bawahnya. Semua seperti nyata, tak ayal tiap tengah malam Nicho selalu mandi air dingin untuk menetralkanya. Rasa itu benar benar membuat candu dan begitu menyiksa. Ingin sekali dia melampiaskan pada wanita di club malam namun kembali dia memikirkan Lily. Cuk

    Huling Na-update : 2024-09-21
  • Gelora berbahaya Kakak   11. Di sampingnya

    "Kejadian apa?" tanya Marco bingung.Auwh.Mendengar aduan Lila, Nicho tak fokus dan terkena pecahan piring."Kak, kamu berdarah," ucap Lily segera menarik tangan Nicho menuju pancuran air mengalir dari kran. Melihat perhatian Lily pada Nicho membuat Lila kesal dan berlari menuju kolam. Marco segera berlari mengejar Lila. "Lila, tunggu."Catlyn pun mengikuti mereka."Kamu tak apa apa, Lily?"Lily memandang Nicho sekilas dan melap jemarinya. "Harusnya aku yang menanyakan itu Kak. Yang terluka kamu bukan aku?"Nicho menunjuk bagian hati Lily, "kamu yang terluka di situ, jangan bilang kakak tak tahu." Seketika Lily tersenyum simpul dan tatapan mereka beralih pada Lila. Berharap jika sang adik tidak akan mengatakan hal yang mereka sepakati. 'Bagaimana jika Lila mengatakannya pada Daddy?' batin Lily menggigit bibir bawahnya dan memilin baju yang dipakai. Nicho melihat dan mengerti kegelisahan sang adik. "Tenanglah, Lila tak akan semudah itu mengatakan semuanya pada Daddy. Bukankah kalian

    Huling Na-update : 2024-09-22
  • Gelora berbahaya Kakak   12. Bercinta di pantai

    "Siapa?" tanya Lila penasaran."Tenanglah aku akan membuktikannya padamu.""Hal itu menunggu waktu lebih lama sedangkan aku tak bisa berlama lama."Lila mempunyai satu ide di mana rencana itu akan menguntungkannya. "Aku punya satu rencana.""Apa itu, Lila?""Kamu bertanggung jawablah menggantikan pelaku tersebut.""Apa?""Kamu sudah gila, ya? Bukan aku yang memperkosa Lily," teriak Alex marah namun Lila malah menggeleng."Aku punya bukti saat kamu membawa Lily masuk ruang hotel. Aku bisa memberitahukannya kepada Daddy Marco," ancam Lily."Tapi aku tak melakukannya?""Siapa yang akan percaya karena kamu tak punya bukti."Alex menyugar kasar rambutnya."Sudahlah Alex, ikuti saja rencana ini. Kamu yang akan diuntungkan di sini. Kamu bisa merasakan tubuh Lily sepuasnya," jelas Lila membuat Alex menimang nimang ucapan Lila.Sebenarnya Alex juga menginginkan tubuh Lily, melihat wanita itu dipermainkan saudara perempuannya sendiri membuat Alex kasihan."Tapi Lila, yang aku inginkan hanya kam

    Huling Na-update : 2024-09-24

Pinakabagong kabanata

  • Gelora berbahaya Kakak   55. Gugurkan kandunganmu!

    "Lila, jika kamu hamil, gugurkan kandunganmu.""Apa?"Lily dan Catlyn tercengang mendengar ucapan Marco.Jauh berbeda dengan Lila yang memang tak ingin mengandung anak dari Alex. "Kalian bisa bubar sekarang," ucap Marco.Lila bangun dari duduknya dan pergi ke kamar membuat Catlyn menggeleng pelan. Sedangkan Lily meski berat juga pergi, kali ini dia ke pantai belakang Villa. Lily memandang hamparan air berwarna biru dan menutup mata, membayangkan jika ada Nicho di sisinya saat ini. Lily teringat saat pertama kali Nicho menciumnya di sini, di pantai ini. Tersenyum dan mulai mengambil ponsel di saku celana.Lily memberitahukan semua kepada Nicho tanpa ada yang terlewatkan termasuk jika Alex tahu siapa pelakunya. Namun, ia tak memberitahukannya pada Marco karena alasan yang menguntungkan baginya.{Kak, jujur aku sangat penasaran dengan siapa orangnya? Haruskah aku menanyakan sendiri kepada Alex?}Pesan dikirim pada Nicho dan segera ada panggilan masuk darinya.[Halo, Kak Nicho.][Halo Li

  • Gelora berbahaya Kakak   54. Merayu Zoya

    “A- apa?”“Tunggu dulu Dilon, aku tak paham maksudmu,” ucap Nicho berusaha mencerna instruksi dari Dilon.“Dia Zoya, anak Bastian dengan istri barunya. Dia lebih muda 5 tahun dari kita. Aku ingin kamu mencuri perhatiannya Nicho , buat dia jatuh cinta padamu.”“Whats?”“No. No Dilon. Aku tak bisa melakukannya.”“Come on Nicho . Hanya mencuri perhatiannya, aku tak memintamu tidur dengannya?” ucap Dilon sedikit membentak.Nicho menggeleng.“Bagaimana jika Lily tahu?”“Aku janji tak akan membocorkan rahasia ini,” ucap Dilon cepat.“Bagaimana jika dia tak mau lepas dariku?”“Tenang saja, aku yang akan mengatasinya sebagai balas dendam kepada Bastian, si brengsekh itu.”“Dilon, ada banyak cara untuk membalas dendam, tidak dengan menjadikan anaknya sebagai tumbal.”“Lantas? Apa aku bunuh Bastian saja?”“Bukan begitu, Dilon.”“Aku tahu kamu hanya ingin memberi solusi terbaik untukku Nicho, tapi apa kamu tahu rasa sakit seperti apa yang aku alami? Semua balasanku ini tak sebanding dengan ras

  • Gelora berbahaya Kakak   53. Membuatnya jatuh hati

    [Apa!?][Iya, dan kini Daddy sangat marah, melaporkannya ke Polisi.][Apa?]Nicho semakin terkejut dengan penuturan yang baru saja Lily katakan.Alex bisa mengungkapkan tentang dirinya kepada Nicho . 'Bagaimana ini?' pikirnya cemas.[Iya kak dan Polisi sedang melacak keberadaan Alex.][Baiklah, terus kirimi aku info terbaru dari kasus ini. Sudah dulh ya, kakak ada urusan.][Em, baiklah. Kakak hati-hati di sana.][I love you Lily.]Panggilan berakhir."Ayo kita lanjutkan?"Nicho berusaha bersemangat tapi dia tak bisa membohongi seorang DilonMereka mulai menggali untuk mendapatkan abu Sienna.Dilon akan memindahkan ke tempat yang layak.***Alex baru saja selesai melakukan sesi pemotretan."John, apa cintaku masih di hotel?" tanya Alex."Maaf boss dia sudah pulang dan saya ingin menyampaikan jika Polisi sedang di luar mencari Anda, membawa surat penangkapan." Alex tersenyum smirk."Biarkan saja mereka menangkapku John. Pastikan semua media tahu. Aku sudah siap dengan resiko tak terk

  • Gelora berbahaya Kakak   52. Menghubungi Nicho

    "Lily, pesan dari siapa?"Pertanyaan Marco menarik akal sehat Lily."Ah itu, em, dari teman kuliahku Dad. Aku akan menghubungi kak Nicho."Lily beralih ke teras belakang fokus memanggil Nicho.Tak ada jawaban membuat Lily kesal."Ke mana dia?" gumam Lily.[Iya, terima kasih sudah memproses berkas yang aku kirimkan kepada Anda. Mohon bantuannya] ucap Marco berbicara dengan seseorang di telepon.Marco menghela napas panjang. "Aku telah melaporkan Alex ke Polisi dan semua sudah di proses.""Benarkah Sweety?" tanya Catlyn berharap jika dirinya tak salah dengar.Marco mengangguk.Mereka hanya bisa pasrah, berharap Lila segera ditemukan dan Alex ditangkap.Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seseorang masuk perlahan."Lila?"Semua terkejut melihat kedatangan Lila."Lila, kamu pulang sayang," ucap Catlyn berlari memeluk sang buah hati."Mom, hiks, aku ….""Sudah, tak usah kamu ceritakan, kami sudah tahu Sayang," jawab Catlyn.Lila memandang nanar Catlyn lalu Marco."Aku sudah melaporkan Ale

  • Gelora berbahaya Kakak   51. One more again

    “Apa?”Dilon mengangguk. “Mommy Sienna yang menceritakannya langsung kepadaku dan aku benci dengan lelaki psikopat seperti dia.”Puas mengeluarkan semua kebenciannya, Dilon mendekati Nicho. “Jadi Nicho, maukah kamu membantuku membalas dendam. Jika Marco tahu, dia juga akan membantuku, tapi aku tak mau melibatkan orang di masa lalu.”Dengan wajah sembab dan nanar, Nicho mengangguk. “Aku akan membantumu sebisaku.”Dilon memeluk bahagia pada Nicho, bersyukur mempunyai sahabat yang begitu perduli.“Oke, pertama-tama bantu aku mencari makam ibuku. tiga tahun terakhir ini aku mencarinya, tetapi tak menemukan bukit itu. Entah di mana makam mommyku,” lirih Dilon putus asa.“Tidurlah Dilon, esok hari kita mulai mencari pencariannya. Ok. Aku sungguh lelah,” jawab Nicho dengan suara paraunya.Dilon mengangguk dan mulai beralih ke kamar mandi, menggosok gigi, berganti baju dan mencuci tangan dan kaki sebagaimana yang diajarkan Sienna dan Catlyn kepada dua lelaki ini saat kecil.Nicho merebahkan t

  • Gelora berbahaya Kakak   50. Masa lalu yang kelam

    Hentikan?” teriak Dilon menggebrak pintu. Bastian hanya memandang sekilas pintu dan melanjutkan aktivitas. Dilon terus menatap bagaimana ayah kandung itu menyiksa ibu tercinta.Puas bersenang senang, Bastian meninggalkan Sienna yang tergolek lemah. Meski mereka diberi makanan enak, tapi Sienna dan Dilon tetap terpisah.Sienna tak bernafsu makan, tubuhnya lemas karena tak terisi makanan sama sekali. Ingin sekali bersama Dilon, tapi tak menemukan cara membuka pintu kamar tersebut.Sedangkan Dilon sendiri tetap makan dengan lahap. Dalam pikirannya saat ini adalah dia harus tetap sehat agar bisa menolong ibunya. Kejadian yang dilihatnya kemarin sungguh membuat Trauma yang mendalam.Dilon sungguh membenci Bastian, tak menyangka ayahnya begitu kejam. Mendengar derap langkah memasuki ruangan membuat Dilon segera naik di kursi melihat apa yang akan ayahnya lakukan.Plakh.Di tampar kejam pipi Sienna sambil kembali melakukan aksinya. Sienna bagai anjing piaraan yang dianiaya sang majikan. Dilo

  • Gelora berbahaya Kakak   49. 11 tahun lalu

    “Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”Dilon mengangguk membenarkan.Flashback 11 tahun yang lalu.“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh

  • Gelora berbahaya Kakak   48. Malam panjang bersama Alex

    Di tempat persembunyian Alex.“Alex, Alex. Di mana kamu?”Marco datang sendirian mencari Lila. Namun tak ada seorang pun di sana.Saat hendak berbalik, ada dua bodyguard muncul. “Anda mencari tuan Alex?”“Ya, di mana Tuan kalian, aku ingin memberinya pelajaran karena menculik anakku.”“Dia ada di suatu tempat dan sedang merekamnya untukmu.”Pengawal memberi tanda pengawal lain untuk menekan tombol live.“Ah, ah, yes ah.”“Damn it,”Plak. Plak.Di layar memperlihatkan Alex mengungkung Lila dan Lila menikmatinya.“Astaga!”Ponsel segera dijauhkan dari Marco.Marco tercengang, menutup mulut tak paham dengan yang Lila lakukan. “Di mana anakku? Di mana mereka saat ini?” tanya Marco berapi-api, tangannya mengepal hingga urat nadi kelihatan.“Tunggu saja di rumah, pak Tua. Besok anakmu akan pulang dengan sendirinya dalam keadaan sehat tak kekurangan apapun dan mungkin saja dia membawa bonus cucu untuk Anda, ha, ha, ha.” Ejek salah satu pengawal.“Kurang ajar kalian! Aku tak akan membiarkan k

  • Gelora berbahaya Kakak   47. Obat laknat itu lagi.

    “Ada Dokter di sekap di dalam?” teriak Lily membuat satpam dan perawat datang mengerumuni.“Ada apa?” tanya satpam.“Ada Dokter diikat di dalam dan pintunya terkunci.”Satpam tersebut segera mencari kunci cadangan semua pintu dan berhasil membuka pintunya.Ceklek.“Dokter.”“Apa yang terjadi? Di mana Lila, anakku?” tanya Catlyn.Lily sibuk membuka lakban dan ikatan di tangan dan kaki Zico.“Maaf Nyonya, aku tadi baru ingin bertanya keluhan Nona Lila, tiba-tiba ada yang membekam Nona Lila berbarengan dengan orang memukul kepalaku sehingga aku tak sadarkan diri.”“Oh my God,” lirih Catlyn.“Jadi Lila diculik? Siapa yang menculiknya?” tanya Lily sedangkan Catlyn sudah menangis histeris dan menghubungi sang suami.[Halo sweety. Ada apa?][Marco, Lila. Lila diculik?][Apa? Di mana kalian sekarang?][Kami di rumah sakit.][Kamu tenang sweety, aku akan menyelamatkan Lila, pasti Alex pelakunya.][Entahlah Marco, aku sungguh bingung saat ini, hiks hiks.][Kamu tenang dan pulanglah! Aku akan me

DMCA.com Protection Status