Share

04. Hamil???

Author: ZuniaZuny
last update Last Updated: 2024-08-29 13:27:57

“Brengsek!” rintih Alex. “Aku pasti membalas semua perbuatanmu, aku janji!” 

Getaran ponsel di saku celana yang berserakan di lantai membuat Alex berusaha keras mengambilnya. Dengan tangan terikat, bisa dipastikan Alex sangat kesulitan mengambil ponsel tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya Alex berhasil mengangkat teleponnya seraya menekan tombol loudspeaker.

"Halo Boss, sudah semalaman Boss tidak memberi kabar. Apakah semua baik?" Terdengar suara laki-laki yang panik dari ujung telepon.

"Bagus, akhirnya kamu mencemaskanku. Cepat kesini, bodoh! aku di kamar …, entah dimana aku ini!"

"Apa? Ba– baik, boss."

Tak lama kemudian, anak buah Alex datang dan memanggil-manggil bosnya. Mereka terkejut melihat Alex diikat di kamar mandi tanpa sehelai busana pun. Usai ikatan dilepas, Alex segera menghantam dua anak buahnya dengan satu pukulan.

Plak

"Dasar kalian, sungguh bodoh!"

"A– ampun boss!"

"Ais, sudahlah. Sekarang cari lelaki yang membawa Lila-ku keluar hotel ini. Cepat periksa CCTV!"

Alex dan dua anak buahnya ke ruang petugas keamanan dengan wajah kesal. Tapi, tiba-tiba, wajah Alex berubah cemas ketika melihat Nicho dan Ardo berjalan keluar bar.

“Cepat kejar laki-laki itu!” bentak Alex kepada dua anak buahnya.

Nicho yang mendengar suara Alex, segera bersembunyi di lorong sempit antara dua gedung. Dia bersama Ardo menaiki tangga ke lantai dua. Sembari mengawasi Alex, keduanya mencari barang tumpul yang bisa dipukulkan nanti.

Kedua anak buah Alex mengejar hingga ke ujung lorong, tapi tidak menemukan siapapun. Mereka berbalik, hendak kembali ke bar dan melaporkan pada Alex kalau Nicho telah pergi entah ke mana. Namun, tiba tiba ….

Bugh.

Bugh.

Nicho dan Ardo memukul dua orang anak buah Alex. Setelahnya, merek segera pergi agar terbebas dari Alex.

Anak buah Alex yang sempat melihat kepergian Nicho segera melapor, "Boss, maaf. Mereka berhasil kabur."

“Sial, aku harus membunuh laki laki itu!” Alex menggertak kesal.

"Huft, untung saja," ucap Ardo. Mereka bisa bernafas lega setelah berhasil lolos dari kejaran Alex. 

"Ardo, antarkan aku pulang. Saat ini, Lily pasti sudah sampai rumah. Aku mencemaskannya."

"Baik, aku akan mengantarmu pulang. Oh ya, bagaimana jika Lily mengenalimu?"

"Entahlah, aku tak punya jawaban untuk hal itu. Aku akan mencari jawaban yang tepat dalam perjalanan nanti. Sekarang antarkan aku."

Mereka segera pergi menuju rumah Nicho, tak tahu jika Lily saat ini berada di Rumah sakit.

Rumah Sakit

 "Perut saya bermasalah, entah kenapa? rasanya sedikit mual,” kata Lily, menjelaskan kepada seorang perawat cantik yang berdiri di meja resepsionis.

"Baiklah saya akan mendaftarkan Anda pada Dokter Obgyn. Mohon tunggu sebentar."

Lily duduk menunggu antrian dengan gelisah hingga akhirnya namanya dipanggil. 

"Nona Lily."

"Iya." Lily masuk seorang diri, berjalan ragu menuju kursi pasien.

"Silahkan duduk. Bisa jelaskan, apa keluhan anda, Nona?"

Ketika dokter menanyakan keluhan secara detail, gadis itu terlihat cemas sampai berkeringat.

“Ada apa? Tidak masalah, ceritakan saja apapun keluhan anda.” Dokter Obgyn menyadari ada yang aneh dari gelagat Lily, apalagi keluhan yang dia katakan pertama adalah mual di bagian perut. 

“Kami para dokter punya kode etik. Kita hanya mendengar keluhan pasien. Rahasia atau tidak, semua harus diceritakan agar dokter bisa memberi anda obat yang cocok.”

"Aku mohon, ini jadi rahasia kita berdua, Dokter. Bagaimana?" tanya Lily ragu.

"Tenang, semua rahasia ini pasti aman.”

"Begini Dokter, aku merasakan nyeri pada bagian tubuh bawahku. Ada bercak darah segar di sprei dan aku sama sekali tidak ingat telah melakukan apa? Aku berusaha mengingatnya, namun sama sekali tak ingat," jelas Lily.

"Oh begitu, rupanya."

“Yang ingin aku tanyakan, apakah aku sudah …."

Lily tak sanggup lagi berkata kata. Dokter itu dengan sabar menunggu Lily kembali berkata. 

"Jika benar sudah terjadi hal yang tak kuinginkan, apa aku akan hamil, Dok?” Lily tiba-tiba menangis. “Aku tidak mau hamil anak seseorang yang bahkan aku sendiri tidak mengenalnya, Dok. Tolong aku, Dok, kumohon...”

Dokter Melvin mengangguk paham, "baiklah, tunggu disini sebentar.' Dokter Melvin keluar dan memanggil istrinya yang juga bekerja sebagai dokter kandungan. Dia adalah Evelyn.

Evelyn masuk dan menatap nanar pada sosok Lily. Dia langsung memeluk Lily, memposisikan diri sebagai seorang ibu yang baik.

"Saya paham, kamu berakhir seperti ini karena dijebak. Pengakuan kalau kamu tidak sadar ketika melakukan malam pertama, cukuplah menjelaskan kalau ada seseorang yang berniat buruk padamu."

Setelah menenangkan Lily, Evelyn meminta Lily berbaring dan menanggalkan celananya. "Rileks ya, aku akan memeriksanya."

Evelyn mengambil dan memasukkan suatu alat ke dalam inti tubuh Lily. Mengambil sampel dan memeriksa area tersebut. "Baiklah. Sudah selesai."

Lily bergegas bangun, memakai g string dan duduk kembali di kursi pasien. Dia harus menunggu hasil pemeriksaan yang di bawa ke laboratorium. 

Setelah menunggu hampir satu jam, hasil pemeriksaan Lily kini sudah di tangan Evelyn. Dia duduk dan memandang intens pada pasiennya. "Lily, dengan berat hati aku akan mengatakan, kamu sudah tidak virgin lagi. Selaput dara milikmu sudah robek." 

"A- Apa?"

"Benarkah dokter?" tanya Lily dengan perasaan tak bisa dijelaskan.

Meski sudah mempersiapkan jawaban ini, namun tetap saja Lily syok mendengar penuturan langsung dari Dokter yang memeriksanya.

“Dok, apakah ini benar-benar hasilnya?” Lily semakin cemas, memastikan sekali lagi.

“Iya,” lirih Evelyn. “Ada satu hal yang membuatku berpikir, apa ini termasuk tindak kejahatan atau tidak. Namun, robekan di selaput daramu ini benar-benar normal. Dalam artian, kamu melakukannya atas dasar suka sama suka, mau sama mau.”

"Dok, jangan bercanda!” bentak Lily, dia benar-benar syok mendengar penjelasan Evelyn.

Evelyn paham, Lily sedang dalam fase terendah dalam hidupnya. Dia mencoba tenang agar Lily tetap nyaman berada di dekatnya.

"Jadi, a-aku tidak menolak ketika kejadian itu terjadi?” tanya Lily yang lantas dijawab senyuman dan anggukan oleh Evelyn.

Lily menangis pilu di depan Evelyn. "Aku harus bagaimana sekarang? Aku sudah tidak suci lagi, Dok. Aku jadi perempuan hina. Bahkan, aku saja tidak tahu siapa yang sudah mengambil kehormatanku. Dok, apa gadis sepertiku masih layak disayang?”

Evelyn diam membuat Lily geram.

“Dok, jawab! Apa aku sehina ini sampai Dokter saja enggan untuk menjawab pertanyaanku?!” Semua keresahan Lily dia tumpahkan kepada Evelyn hingga dirinya tenang. 

"Tidak apa apa," jawab Evelyn sambil menepuk nepuk pundak Lily, memberinya kenyamanan dalam pelukan seorang ibu. “Sebagai dokter kandungan, ada banyak sekali fenomena yang terjadi. Apa yang kamu alami, juga dialami ribuan gadis lain.”

Lily tersentak mendengar jawaban Evelyn, detik berikutnya dia kembali menangis. Evelyn melanjutkan kalimat terakhir yang sedari tadi dia tahan. “Satu hal lagi, Lily.”

“Apa, Dok? Jelaskan padaku, sekarang juga!”

“A-ada indikasi kalau ka-kamu …,” Evelyn menahan suaranya, sejenak, dia tidak tega dengan Lily. Tapi, bagaimanapun, hasil tetaplah hasil. “Kamu hamil!”

"Apa?!"

Related chapters

  • Gelora berbahaya Kakak   05. Tanggung jawab

    Lila diminta masuk oleh Evelyn setelah Lily pingsan mendengar kabar kehamilannya. Evelyn menasehati Lila agar dia tetap mendampingi Lily, apapun keadaannya. Evelyn juga menjelaskan kalau Lily sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Jika dia tidak didampingi, ditakutkan kondisi Lily semakin memburuk, bahkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi."Bulan depan, bawa Lily kembali ke sini ya .... Kita lihat perkembangan pada fisik dan psikisnya. Kuatkan dia, apapun yang terjadi! Jangan sampai Lily sendirian, apalagi sampai dia depresi.” Evelyn memeluk Lila yang pipinya sudah dibanjiri air mata."Terima kasih Dokter, Anda sudah menghubungiku karena kondisi Lily pingsan tadi."Evelyn mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau janji sama Dokter untuk menemani Lily, kan?” Evelyn bertanya halus.“I-ini semua salahku, Dok! Aku yang memintanya masuk ke bar untuk menggantikanku, saudara kembarnya. Aku yang salah. Aku yang harusnya menderita. Tapi, kenapa Lily yang malah jadi korban? Kenapa, D

    Last Updated : 2024-08-29
  • Gelora berbahaya Kakak   06. Kembar.

    Alex tercengang mendengar kalimat yang keluar dari Lila. “Saudara Kembar?” tanyanya memastikan jika tak salah dengar.Lila memutar bola mata jengah. Duduk di Sofa dan meminum segelas air dingin.“Dia memang jarang di ekspos majalah dan infotainment tapi dia aktif di sosial media. Dia begitu berbanding terbalik denganku. Aku sampai merasa mual dengan cara berpakaiannya yang serba tertutup,” ejek Lila.Tangan Alex mengepal. Dia berusaha mencerna baik baik apa yang dijelaskan Lila. “Jadi, kau mencoba menipuku?” teriak Alex marah dan mencekik leher jenjang sang kekasih.“Tolong …, Lepaskan aku. Akh.”Lila berusaha melepas cengkraman tangan Alex dan memukul mukulnya sekuat tenaga.“Mati saja kau bitch. Berani sekali membohongiku.”Alex semakin kuat mencengkram leher Lila namun setan jahat menyuruhnya berhenti.‘kenapa juga aku harus membunuhnya? Bukankah menikmati tubuhnya lebih nikmat daripada membunuhnya,' bisik setan dalam diri Alex.Uhuk, uhuk, uhuk.Alex melepas cekikan di leher Lila.

    Last Updated : 2024-09-14
  • Gelora berbahaya Kakak   07. Diculik?

    "Alea," bentak Dion tak suka."Maaf sayang, tapi aku begitu menginginkannya? Kita sudah satu minggu tak bertemu. Aku merindukan belaianmu." Alea mengalungkan kedua lengannya pada leher Dion. Menghirup aroma mint yang membuatnya candu. Mereka adalah partner ranjang yang cocok dan Dion tak pernah menolak ajakannya. Namun sekarang, Dion tiba tiba saja menolak dan Alea harus tahu alasannya. "Katakan, siapa yang menghubungimu? Setelah itu aku akan melepasmu.""Nicho. Ya, Nicho yang menghubungiku. Dia meminta aku mencari data pribadi dari seseorang.""Seseorang? Siapakah itu?""Rahasia." Dion melepas pelukan Alea dan memicingkan mata tajamnya. "Aku sudah memberitahumu, sekarang pergilah!""Tidak mau."Dion sangat marah dengan sikap keras kepala Alea. Mata hitam itu menatapnya seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya membuat wanita berpakaian seksi itu langsung ketakutan. Dengan enggan, Alea pergi meninggalkan tamu langganannya. Dion sendiri segera pergi menuju apartemennya, bernia

    Last Updated : 2024-09-16
  • Gelora berbahaya Kakak   08. Penyelamat

    Dalam keadaan takut dan panik, Lily mencoba sekuat tenaga berontak. 'Tolong, tolong!'MmphSuara Lily tercekat di tenggorokan akibat mulutnya yang dibungkam. Tangannya segera diikat agar tak memberontak lagi. "Cepat urus wanita ini agar Diam. Aku akan menghubungi Bos," perintah ketua bodyguard Alex."Halo, Boss Alex. Kami membawa wanita yang Anda inginkan.""Kalian sungguh hebat. Tak sia sia aku langsung terbang kemari," ucap Alex di seberang. Dari suara, tampak sekali jika dia sangat bahagia. "Segera bawa ke tempatku."Lily melotot, tubuhnya gemetar saat mendengar percakapan melalui telepon itu. Dia sangat takut saat ini, mengingat Alex-lah yang memberinya obat laknat malam itu. Ya, Alex yang menyuruh tiga anak buahnya untuk menculik Lily. Dengan menculiknya, diharapkan lelaki yang bersama Lily datang untuk menolongnya.Tak butuh waktu lama, anak buah Alex dan Lily sudah tiba. Segera dihadapkan pada seorang lelaki yang kini duduk di kursi kebesarannya. Asap mengepul dari bibir, menam

    Last Updated : 2024-09-17
  • Gelora berbahaya Kakak   09. Trauma

    Setelah melarikan diri dari kejaran polisi, Alex menghubungi Lila dan berharap bisa bertemu kekasihnya. [Halo Lila, kamu di mana? Aku ada di Kanada. Temui aku sekarang.][Halo. Halo.]Suasana sangat berisik karena Lila berada di Club malam.[Maaf aku tak mendengarmu Alex. Suasana di sini sangat ramai.][Halo Lila, halo!?]Tut. Tut.Lila menutup panggilan Alex dan ingin segera pergi dari tempat tersebut. Dirinya berbohong tak mendengar Alex padahal Lila sangat takut jika bertemu Alex."Jenny bolehkah aku tidur di apartemenmu malam ini?" tanya Lila pada temannya Clubing saat ini."Em, boleh. Kebetulan pacarku di luar kota. Jadi aku ada teman jika kamu menginap.""Baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang!"Mereka meninggalkan Club. Lila mengaktifkan sim card 2 yang hanya di ketahui Alex sedangkan sim card yang biasa digunakan tak diaktifkan agar Lily dan keluarga tak mengganggu kegiatannya. Malam ini dia ingin bersenang senang namun semua gagal karena panggilan dari Alex.Sedangkan

    Last Updated : 2024-09-19
  • Gelora berbahaya Kakak   10. Lukisan

    Lily mendengar ucapan Nicho meski samar, untuk itulah Lily menanyakannya."Ah, tidak apa apa. Aku hanya berharap kamu baik baik saja, Lily.""Oh begitu."Seminggu berlalu.Ujian telah selesai, Lily dan Lila memutuskan untuk kembali ke Amerika. Selama satu minggu Nicho menghindar, tak menemui kedua adiknya membuat Lily sedikit tenang dan fokus menjalani ujian. Namun, hal ini membuat Nicho sungguh tersiksa. Dia tak bisa menggapai wanita yang disukai walau hanya memandang sejenak. Semua ini harus dia lakukan demi kebaikan bersama mengingat Lily seperti menjaga jarak darinya.Tiap malam Nicho memimpikan kenangan indah satu malamnya dengan Lily. Dia harus terbangun di tengah malam dengan keringat membanjiri dan basah pada bagian tubuh bawahnya. Semua seperti nyata, tak ayal tiap tengah malam Nicho selalu mandi air dingin untuk menetralkanya. Rasa itu benar benar membuat candu dan begitu menyiksa. Ingin sekali dia melampiaskan pada wanita di club malam namun kembali dia memikirkan Lily. Cuk

    Last Updated : 2024-09-21
  • Gelora berbahaya Kakak   11. Di sampingnya

    "Kejadian apa?" tanya Marco bingung.Auwh.Mendengar aduan Lila, Nicho tak fokus dan terkena pecahan piring."Kak, kamu berdarah," ucap Lily segera menarik tangan Nicho menuju pancuran air mengalir dari kran. Melihat perhatian Lily pada Nicho membuat Lila kesal dan berlari menuju kolam. Marco segera berlari mengejar Lila. "Lila, tunggu."Catlyn pun mengikuti mereka."Kamu tak apa apa, Lily?"Lily memandang Nicho sekilas dan melap jemarinya. "Harusnya aku yang menanyakan itu Kak. Yang terluka kamu bukan aku?"Nicho menunjuk bagian hati Lily, "kamu yang terluka di situ, jangan bilang kakak tak tahu." Seketika Lily tersenyum simpul dan tatapan mereka beralih pada Lila. Berharap jika sang adik tidak akan mengatakan hal yang mereka sepakati. 'Bagaimana jika Lila mengatakannya pada Daddy?' batin Lily menggigit bibir bawahnya dan memilin baju yang dipakai. Nicho melihat dan mengerti kegelisahan sang adik. "Tenanglah, Lila tak akan semudah itu mengatakan semuanya pada Daddy. Bukankah kalian

    Last Updated : 2024-09-22
  • Gelora berbahaya Kakak   12. Bercinta di pantai

    "Siapa?" tanya Lila penasaran."Tenanglah aku akan membuktikannya padamu.""Hal itu menunggu waktu lebih lama sedangkan aku tak bisa berlama lama."Lila mempunyai satu ide di mana rencana itu akan menguntungkannya. "Aku punya satu rencana.""Apa itu, Lila?""Kamu bertanggung jawablah menggantikan pelaku tersebut.""Apa?""Kamu sudah gila, ya? Bukan aku yang memperkosa Lily," teriak Alex marah namun Lila malah menggeleng."Aku punya bukti saat kamu membawa Lily masuk ruang hotel. Aku bisa memberitahukannya kepada Daddy Marco," ancam Lily."Tapi aku tak melakukannya?""Siapa yang akan percaya karena kamu tak punya bukti."Alex menyugar kasar rambutnya."Sudahlah Alex, ikuti saja rencana ini. Kamu yang akan diuntungkan di sini. Kamu bisa merasakan tubuh Lily sepuasnya," jelas Lila membuat Alex menimang nimang ucapan Lila.Sebenarnya Alex juga menginginkan tubuh Lily, melihat wanita itu dipermainkan saudara perempuannya sendiri membuat Alex kasihan."Tapi Lila, yang aku inginkan hanya kam

    Last Updated : 2024-09-24

Latest chapter

  • Gelora berbahaya Kakak   72. Cemburunya Alex pada kedekatan Lila dan Zico

    "Di-di perkosa?"Lila menghela napas panjang."Ceritanya sangat panjang. Setelah memerkosaku, dia selalu mencari cara untuk kembali menjamahku termasuk saat kamu menolongku di Rumah Sakit dan-""Dan saat kamu hendak kontrol waktu itu?" tanya Zico memutus perkataan Lila."Iya.""Brengsek sekali dia," umpat Zico marah. Dirinya merasa kasihan pada Lila.Berfikir secara logis dan memberi masukan kepada Lila."Lila, aku seorang psikiater. Melihat detail masalahmu aku jadi ingin memberimu saran, apakah kamu mau menerimanya?"Lila memandang penuh tanya pada Zico, berharap jika saran yang akan dia berikan adalah saran yang terbaik.Melihat Lila diam, Zico melanjutkan pembicaraan. "Lila, sebaiknya kamu besarkan janin yang kamu kandung. Terlepas kamu benci atau tidaknya kepada si Ayah janin ini, dia makhluk Tuhan yang bernyawa di dirimu. Sangat berdosa jika kamu membunuhnya. Jika dia langsung mati tidak apa apa, namun jika Tuhan menetapkan hidup bersamamu, apakah dia akan mati? Tentu tidak, dan

  • Gelora berbahaya Kakak   71. Gugurkan kandunganmu!

    Lila mengepalkan tangan, merasa marah dengan takdir yang diberikan Tuhan kepadanya."Lila, gugurkan kandunganmu?""Daddy?"Lily sungguh terkejut mendengar perintah sang Ayah."Sweety, jangan suruh Lila melakukan hal yang dibenci Tuhan?" keluh Catlyn tak suka dengan ucapan sang suami.Tiba tiba,..."Bugh.""Bugh.""Lila apa yang kamu lakukan?"Alexa dan Catlyn segera memegang tangan Lila yang dibuat untuk memukul mukul perutnya."Aku benci janin ini. Aku benci.""Lepaskan aku Mommy, Bibi. Biarkan Aku membunuh janin ini, aku tak mau. Aku tak mau hamil anak dari psikopat Alex. Lepaskan, lepaskan aku!?" teriak Lila sekeras mungkin sambil berusaha melepaskan diri dari cekalan Catlyn dan Alexa.Sedangkan Lily hanya diam terpaku, memposisikan jika situasi ini menimpanya sekarang, apa yang akan dia lakukan? Tentu saja dia akan mempertahankan bayinya karena menggugurkan kandungan adalah perbuatan yang dibenci oleh Tuhan dan menjadikanNYA murka.Tiba tiba air mata menetes membasahi pipi Lily."

  • Gelora berbahaya Kakak   70. Lila hamil?

    "Hampir saja aku menjamahnya," gumam Nicho merasa hampir mendapatkan Lily kembali.Nicho kembali membuka foto Lily dengan tanda kepemilikan di lehernya."Kenapa aku lupa tak mengabadikan moment kebersamaan kemarin," keluh Nicho. Di cium berkali kali poto tersebut.Nicho begitu tergila gila pada adiknya ini.{Lily tunggu aku. Aku akan segera pulang dan menyelesaikan semua ini. Aku mencintaimu Lily. I love you.}Dikirim pesan itu dan Nicho ingin segera terlelap namun bayangan Lily selalu muncul membuatnya ingin menghubungi Lily.Nicho memutuskan untuk menghubungi Lily.Panggilan ke satu, ke dua, ke tiga masih tak dijawab.Nicho putus asa. Dirinya mencari kotak berisi tentang sprei bernoda, membuka dan menjadikannya selimut.Menutup mata dengan memeluk sprei sambil membayangkan Lily ada di sisinya saat ini.Pada akhirnya Nicho pun terlelapPagi hari.Keluarga Marco telah menyelesaikan sarapan bersama."Tuan ada paket masuk, ucap pelayan masuk membawa paket.""Dari siapa?" tanya Marco. "

  • Gelora berbahaya Kakak   69. Berusaha meyakinkan Nicho

    "Catlyn, apa kamu sudah tahu jika Nicho akan bertunangan dengan Cella saat dia pulang nanti?" tanya Alexa berusaha mengorek informasi sebanyak mungkin untuk membantu Nicho."Cella? Ah iya, Marco pernah menyinggungnya. Namun,aku tak tahu jika akan terjadi pertunangan."Alexa mengangguk."Apa kamu tidak bertanya kepada Nicho? Apa kamu tak tahu Lily, jika Nicho pergi ke Kanada sengaja untuk menghindari pertunangan ini?""A- apa maksudmu Alexa?"Alexa tersenyum. "Catlyn, Nicho sudah mempunyai kekasih. Apa kamu tega memisahkan dia dari kekasihnya?""Apa? Kekasih?" Catlyn tak menyangka jika Alexa tahu detail masalah Nicho sejauh ini."He' ems. Dan sepertinya Nicho begitu mencintai kekasihnya."Lily sibuk menyimak dari tadi dan saat Alexa menyinggungnya, Lily tersenyum.'Terima kasih bi,’ batin Lily."Darimana kamu tahu semua ini, Alexa?"Alexa melirik Lily sekilas, "Diego, dialah yang menceritakannya kepadaku. Kita sebagai ibu Catlyn, aku harap kamu bisa membantu anakmu, Nicho. Coba bayangka

  • Gelora berbahaya Kakak   68. Hampir kepergok Catlyn

    "Kak sebaiknya kita pulang saja, ya?" tawar Lily.Nicho menggeleng, dirinya sungguh takut jika dia pulang, Marco segera menyuruhnya bertunangan dengan Cella."Aku tak bisa merawatmu di sini Kak. Bagaimana jika mommy mencari kita?"Nicho memegang erat tangan Lily membuat sang adik merasa bersalah.Lima menit kemudian, terdengar dengkuran halus dari Nicho. Lily merasa bersalah, di saat seperti ini dia tak bisa apa apa, hanya mendampingi Nicho, sesekali menggantikan waslap untuk mengompres kening Nicho.Lily ikut tertidur dengan posisi duduk di lantai. Nicho sendiri merasakan jika tubuhnya sangat lemas dan ingin terpejam meski Nicho sudah berusaha keras tetap sadar namun kuatnya efek obat yang disuntikkan Alexa membuatnya tak mampu menahan lagi, terlelap hingga berjam jam.Sore hari."Kau sudah bangun, Sayang," ucap Alexa melirik Nicho yang bergerak dan membuka mata.Nicho melihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 15.00 sore.Alexa sengaja pulang lebih awal demi membuatkan bubur dan menj

  • Gelora berbahaya Kakak   67. Demam tingi, Lily panik

    Kenapa kamu menanyakannya? Apa kamu tidak setuju aku menikahkan Nicho dengan Cella?""Ah bukan begitu bos, aku hanya bertanya kepadamu. Soal pertunangan itu biarkan Nicho sendiri yang memutuskannya," putus Diego.Semua relasi Marco sudah menunggu dan berdiri hormat saat ini."Maaf membuat kalian menunggu. Ayo kita mulai rapatnya."Rumah sakit."Dokter Alexa, kenapa Anda terlambat. Pasien hampir saja kehilangan nyawanya jika tadi tak ada dokter muda sedang berkunjung ke sini," ucap asisten perawat Alexa."Benarkah? Kenapa bisa terjadi hal seperti itu?""Tadi sebelum operasi, dia diberi suntikan namun entah mengapa reaksi gatal seluruh tubuh dan dia mengerang sakit di kepalanya."Alexa sungguh terkejut mendengar penjelasan dari perawatnya."Ya Tuhan. Berikan aku sampel suntikan dan kandungan apa saja yang terkandung di dalamnya. Lalu untuk Dokter muda itu, siapakah dia? Dari rumah sakit mana?"Perawat tersebut mengambil buku laporan data Dokter visit hari ini. Dan menunjuk seorang lelak

  • Gelora berbahaya Kakak   66. Berdua, penuh cinta di apartemen

    "Lily apa kamu ingin tinggal di sini?" tanya Alexa."Apa?" tanya Diego tak percaya jika istrinya menanyakan hal yang tak masuk akal.Lily mengangguk, membuat Diego semakin kesal. "Alexa apa maksudmu menanyakan hal itu?""Biarkan mereka di sini, Sayang?" Diego berdiri tegak, rahangnya mengeras, "Tidak, Alexa. Tidak!" Dia menekankan setiap kata dengan tegas dan mendominasi ruangan tersebut. "Tahukah kamu?" sambungnya, suaranya rendah namun jelas terdengar di seluruh penjuru, "Mereka akan terus berhubungan, berkali-kali tanpa henti." Setiap mata di ruangan itu terbelalak, terpana oleh kerasnya pernyataan Diego. "Apa maksudmu, Paman?" Lily menantang dengan mata yang menyala-nyala, suaranya penuh emosi. "Kami tidak pernah melakukan hal itu!" Tatapan Diego menusuk tajam, kilatan marah bersembunyi di balik matanya. Hampir saja dia menyatakan rahasia besar yang melibatkan Nicho, tetapi dengan cepat, dia menarik napas dalam dan menahan diri. Ada rahasia yang jika terungkap, bisa mengguncang

  • Gelora berbahaya Kakak   66. Ingin tinggal untuk merawatnya

    Da- darah," gumam Lily.Dirinya bergetar hebat. Melihat darah masih menyisakan trauma berat di pikirannya. Reflek Nicho mundut dan menutupi tangannya. "Ah, aku tidak apa apa Lily, jangan khawatir," ucap Nicho segera mencabut tangannya dari paku tersebut.AakhNicho mengerang, rasanya sedikit sakit namun tak sebanding dengan rasa trauma yang Lily alami."Hei Lily, aku tak apa+apa. Jangan khawatir," ucap Nicho sambil menutup lukanya dengan tangan berharap darah mau berhenti.Lily menggeleng dan memandang sekitar.'Tidak, ini tak boleh terjadi,' batin Lily, berdiri dan mencari kotak p3k di rumah tersebut. Dengan cepat Lily menemukan kotaknya dan membawakannya kepada Nicho.Meski gemetar, Lily tetap mengoleskan betadin pada luka Nicho dan meniup niupnya."Maaf Lily."Lily menggeleng dan terus meniup luka di tangan Nicho."Harusnya aku tak memaksamu,” sesal Nicho bergetar."Sudahlah kak, jangan bicara lagi." Lily terus meniup dan memplester tangan Nicho. Melihat tusukan paku dan darah yan

  • Gelora berbahaya Kakak   65. Terkena titanuas

    3 jam sebelumnya"Kamu sudah bangun, Kak?" tanya Lily mengerjapkan mata, melihat Nicho berpakaian casual dan memakai apron, sibuk di dapur memasak.Nicho berbalik melihat Lily, berjalan mendekat dan memberikan morning kiss untuk adik tercinta.Cup.Ciuman singkat, akan tetapi ada lumatan di selanya."Kak, kenapa menciumku. Aku baru tidur dan bisa saja ada sisa liur di bibirku."Nicho tersenyum tak menggubris ucapan Nicho."Morning baby. Tidurmu nyenyak sekali Lily, sampai-sampai semalam aku menjamah tubuhmu saja kamu tak bangun?"Apa?"Sontak Lily membuka selimut dan melihat tubuhnya masih memakai kaos dan jeans yang sama dengan semalam."Benarkah, Kak?" tanya Lily dengan polosnya.Nicho tertawa dan menggeleng. "Aku hanya bercanda.""Ah, Kakak ini."Lily memukul dada bidang Nicho.Auwh.“Sakit, Lily!"Namun, Lily hanya tersenyum melihat tingkah lucu sang Kakak.Detik berikutnya, Lily memeluk manja, bersandar di pundak kokoh dan tegak Nicho.Mata Lily tertuju pada teflon di atas kompor

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status