Share

03. Kepergok

"Akh!"

Lily merasakan sakit kepala yang begitu hebat datang melanda. 

Bukan karena potongan ingatan yang timbul, lebih tepatnya Lily menolak ingatan tentang hal itu. Bagaimana tidak? Ciuman itu membuat kepalanya sakit.

Hiks hiks.

'Lily.'

Nicho melihat Lily terduduk di lantai melalui celah pintu kamar mandi. Ingin sekali menolong Lily yang menangis, namun dia takut ketahuan.

Tak ada alasan yang tepat untuk mendekati Lily. Nicho juga ingin tahu, apa yang sebenarnya Lila rencanakan. 

'Kenapa dia menyuruh Lily menggantikan posisinya? tidak, aku tidak akan gegabah. Sabar Nicho,' batin Nicho memikirkan banyak hal, namun tatapannya tak beralih dari adik yang telah ditiduri. 

Lily melepas sprei yang membalut tubuhnya.

Gleg.

Nicho seketika meremang, teringat kembali kejadian penuh gairah semalam. Tubuh Lily begitu mulus dan putih seputih salju, sungguh tubuh yang proporsional.

Jika tidak memakai pakaian ketat, orang lain tak akan tahu jika Lily mempunyai tubuh yang begitu indah. Dan Nicho sudah berhasil mengklaim jika Lily adalah miliknya.

Brak!

"Lily, kenapa lama sekali?" Lila tiba-tiba membuka pintu dan membentak Lily. “Cepat turun sebelum rekaman CCTV itu bisa diedit setelah 8 jam!”

"Iya sebentar, aku sedang berganti pakaian.” Lily ingin memastikan kondisinya terlebih dahulu, tapi Lila segera memotong. "Cepatlah!"

Kring kring.

Tiba tiba ponsel Nicho berdering keras. Nicho yang sadar ada telepon masuk, cepat-cepat mematikan dering ponselnya.

"Siapa disana?" ucap Lila.

Lily dan Lila saling pandang.

"Sepertinya ada seseorang di kamar mandi," ucap Lila mendengar jelas ada sesuatu di kamar mandi. 

"Aku tak mendengarnya Lila."

Nicho semakin panik, jantungnya berdebar keras, setelah mendengar langkah kaki menuju kamar mandi. 

Brakh.

Pintu dibuka lebar, tak ada siapa siapa. Lila melihat shower terjatuh. "Ternyata gagang shower terjatuh."

Tidak ada kecurigaan sedikitpun dalam diri Lila karena dia mengira Lily kemarin tidak sadar menaruh shower itu di tempat yang salah sehingga tersenggol udara hangat yang terhempas dari pengering tangan. Lila masuk dan mulai memasang shower pada tempatnya. Beruntung Nicho cepat bersembunyi di bathup dengan menarik gorden penyekat sehingga dia tidak ketahuan.

“Lila cepatlah, kita tidak punya waktu lagi. Kita juga harus menganalisis kejadian kemarin malam, mencocokkan dengan beberapa tamu yang datang. Ini pasti butuh waktu lama. Aku rasa tubuhku sakit dan butuh istirahat," ajak Lily.

“Benar juga katamu,” lirih Lila. "Ayo pergi!"

Keduanya turun ke lantai satu dan pergi ke ruang CCTV bar. Beberapa kali kejadian itu diulang, tapi tidak ada satupun kamera yang menyorot kamar 16 lantai tiga, kamar yang menjadi saksi hilangnya kesucian Lily.

"Kenapa durasinya pendek sekali? kita harus melihat, berapa lama Alex bersamamu dan keluar dari kamar ini," ucap Lila tak merasa bersalah sedikitpun. 

"Apa maksudmu Lila?" Lily tak terima adiknya berkata lugas dan menyakiti hatinya.

"Ah itu, maksudku…" Ucapan Lila menggantung begitu saja.

"Apa CCTV ini rusak? Atau, pihak bar sudah memanipulasinya?” Lila menatap sinis petugas keamanan bar, mengalihkan perkataan konyol yang bisa jadi menyakiti hati Lily tadi.

"Itu tidak mungkin, Lila,” nilai Lily, polos.

“Mungkin saja, pihak bar pasti sudah disuap untuk menghapus rekaman asli dan menggantinya dengan rekaman ketika pria itu sudah keluar dari ruangan! Aku bisa pastikan, Alex telah membayar kalian!”

"Ayo jawab, kalian jangan hanya diam saja!"

Petugas keamanan bernama John hanya mengangkat kedua bahunya. “Entahlah, aku juga tidak tahu. Seingatku, rekaman CCTV tidak bisa dihapus atau dipangkas sebelum delapan jam. Bukannya kau sudah tahu tentang hal itu?”

“Mustahil! CCTV ini pasti sudah diubah!” Lila tetap tidak percaya ucapan John.

“Terserah apa katamu. Aku baru sampai di sini jam lima tadi, sementara yang menjaga CCTV sejak kemarin malam adalah temanku. Jika kau ingin mencari keributan di sini, maka aku tidak segan mengusirmu, sekarang juga!”

“Lila, sudahlah, tenangkan dirimu,” balas Lily. “Mungkin benar kata petugas keamanan. CCTV ini nyata. Pria itu benar-benar cerdas sampai bisa mengelabui CCTV bar.”

"Alex …, sialan!” Lila mendengus kesal.

Lila menuruti omongan Lily dan tak mempermasalahkan kejanggalan pada CCTV tersebut. Tanpa mereka tahu, Nicho telah menyuruh Ardo untuk menghapus rekaman CCTV sebelum dia masuk kamar. Ardo tidak menghapus melainkan memangkas hasil CCTV itu, memperpendek durasinya. Namun, hal itu malah menyebabkan Nicho terkurung di kamar sampai Ardo datang menemuinya nanti.

Tentu, uang yang dihabiskan untuk menyuap petugas keamanan cukuplah mahal, tapi hal itu tidak dipermasalahkan Nicho daripada dia harus ketahuan telah mengambil kesucian Lily, apalagi berdampak pada kehancuran keluarganya nanti.

Nicho sendiri hampir keluar kamar mandi namun diurungkan saat terdengar suara langkah kaki masuk kamar hotel.

"Lily, ini tidak bisa dibiarkan, kamu harus melaporkan Alex agar dia mau mengaku dan bertanggung jawab atas kejahatan yang diperbuat!” Lila mengepalkan tangannya.

"Tidak, belum tentu Alex yang melakukannya." 

"Lily, buktinya sudah jelas di sini," ucap Lila, memotong. “CCTV itu pasti sudah direkayasa Alex sebelum dia meninggalkanmu sendirian di sini!”

"Tidak Lila, firasatku mengatakan bukan Alex yang meniduri aku," bohong Lily.

"Apa maksudmu?”

Lila merasa curiga pada kakak kembarnya itu. Tatapan penuh telisik membuat Lily beralih, tak nyaman.

"Entahlah,” Lily menunduk ragu, seketika memasang wajah sedih. “Tolong rahasiakan kejadian ini dari orang tua kita, ya?”

"Tentu, itu pasti jadi aib keluarga. Tapi, sebelumnya, kita harus periksa kandungan untuk mengetahui apakah kamu hamil atau tidak?” jawab Lila, menegakkan kepala Lily dan berkata, “Tapi, berjanjilah juga agar kamu tidak membenciku.”

“Aku tidak pernah benci padamu, Lila, aku hanya syok karena aku tidak menyangka kehormatanku akan diambil semudah itu.” Lily kembali sedih mengingat malam naas yang telah terjadi.

“Oke, sebelum siang, kita harus periksa tentang kehamilanmu dulu.”

“Ti-tidak, tidak mungkin aku hamil!” Lily menggeleng dengan mata berkaca-kaca. “Ini mustahil, Lila, kamu jangan bercanda!?”

“Untuk berjaga-jaga, kita harus memeriksanya dulu.”

"Baiklah."

Mereka mengemasi barang barangnya, meninggalkan Nicho sendirian di kamar mandi. 

Akh.

Lily kembali meringis kesakitan pada bagian inti tubuhnya. Berjalan pelan keluar hotel menuju mobil Lila, sementara lelaki yang membuatnya kesakitan hanya bisa memandang nanar kepergiannya.

Lila dan Lily sudah meninggalkan bar dan hal ini menguntungkan bagi Nicho, dia segera mengirim pesan pada Ardo agar menjemputnya. Nicho keluar dari kamar mandi, dilihat sekeliling kamar hotel yang menjadi saksi bisu pergulatan panas yang dilakukan bersama Lily. Nicho melihat bercak darah pada sprei yang tergeletak di lantai,  segera memungut, melipat dan berniat membawanya pergi.

Sementara itu, di kamar sebelah. Alex baru saja terbangun, matanya mengerjap dan terbuka lebar saat menyadari dimana dia berada, tubuhnya tanpa sehelai kain pun serta kaki-tangan terikat.

“Brengsek!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status