Share

03. Kepergok

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-29 13:26:55

"Akh!"

Lily merasakan sakit kepala yang begitu hebat datang melanda. 

Bukan karena potongan ingatan yang timbul, lebih tepatnya Lily menolak ingatan tentang hal itu. Bagaimana tidak? Ciuman itu membuat kepalanya sakit.

Hiks hiks.

'Lily.'

Nicho melihat Lily terduduk di lantai melalui celah pintu kamar mandi. Ingin sekali menolong Lily yang menangis, namun dia takut ketahuan.

Tak ada alasan yang tepat untuk mendekati Lily. Nicho juga ingin tahu, apa yang sebenarnya Lila rencanakan. 

'Kenapa dia menyuruh Lily menggantikan posisinya? tidak, aku tidak akan gegabah. Sabar Nicho,' batin Nicho memikirkan banyak hal, namun tatapannya tak beralih dari adik yang telah ditiduri. 

Lily melepas sprei yang membalut tubuhnya.

Gleg.

Nicho seketika meremang, teringat kembali kejadian penuh gairah semalam. Tubuh Lily begitu mulus dan putih seputih salju, sungguh tubuh yang proporsional.

Jika tidak memakai pakaian ketat, orang lain tak akan tahu jika Lily mempunyai tubuh yang begitu indah. Dan Nicho sudah berhasil mengklaim jika Lily adalah miliknya.

Brak!

"Lily, kenapa lama sekali?" Lila tiba-tiba membuka pintu dan membentak Lily. “Cepat turun sebelum rekaman CCTV itu bisa diedit setelah 8 jam!”

"Iya sebentar, aku sedang berganti pakaian.” Lily ingin memastikan kondisinya terlebih dahulu, tapi Lila segera memotong. "Cepatlah!"

Kring kring.

Tiba tiba ponsel Nicho berdering keras. Nicho yang sadar ada telepon masuk, cepat-cepat mematikan dering ponselnya.

"Siapa disana?" ucap Lila.

Lily dan Lila saling pandang.

"Sepertinya ada seseorang di kamar mandi," ucap Lila mendengar jelas ada sesuatu di kamar mandi. 

"Aku tak mendengarnya Lila."

Nicho semakin panik, jantungnya berdebar keras, setelah mendengar langkah kaki menuju kamar mandi. 

Brakh.

Pintu dibuka lebar, tak ada siapa siapa. Lila melihat shower terjatuh. "Ternyata gagang shower terjatuh."

Tidak ada kecurigaan sedikitpun dalam diri Lila karena dia mengira Lily kemarin tidak sadar menaruh shower itu di tempat yang salah sehingga tersenggol udara hangat yang terhempas dari pengering tangan. Lila masuk dan mulai memasang shower pada tempatnya. Beruntung Nicho cepat bersembunyi di bathup dengan menarik gorden penyekat sehingga dia tidak ketahuan.

“Lila cepatlah, kita tidak punya waktu lagi. Kita juga harus menganalisis kejadian kemarin malam, mencocokkan dengan beberapa tamu yang datang. Ini pasti butuh waktu lama. Aku rasa tubuhku sakit dan butuh istirahat," ajak Lily.

“Benar juga katamu,” lirih Lila. "Ayo pergi!"

Keduanya turun ke lantai satu dan pergi ke ruang CCTV bar. Beberapa kali kejadian itu diulang, tapi tidak ada satupun kamera yang menyorot kamar 16 lantai tiga, kamar yang menjadi saksi hilangnya kesucian Lily.

"Kenapa durasinya pendek sekali? kita harus melihat, berapa lama Alex bersamamu dan keluar dari kamar ini," ucap Lila tak merasa bersalah sedikitpun. 

"Apa maksudmu Lila?" Lily tak terima adiknya berkata lugas dan menyakiti hatinya.

"Ah itu, maksudku…" Ucapan Lila menggantung begitu saja.

"Apa CCTV ini rusak? Atau, pihak bar sudah memanipulasinya?” Lila menatap sinis petugas keamanan bar, mengalihkan perkataan konyol yang bisa jadi menyakiti hati Lily tadi.

"Itu tidak mungkin, Lila,” nilai Lily, polos.

“Mungkin saja, pihak bar pasti sudah disuap untuk menghapus rekaman asli dan menggantinya dengan rekaman ketika pria itu sudah keluar dari ruangan! Aku bisa pastikan, Alex telah membayar kalian!”

"Ayo jawab, kalian jangan hanya diam saja!"

Petugas keamanan bernama John hanya mengangkat kedua bahunya. “Entahlah, aku juga tidak tahu. Seingatku, rekaman CCTV tidak bisa dihapus atau dipangkas sebelum delapan jam. Bukannya kau sudah tahu tentang hal itu?”

“Mustahil! CCTV ini pasti sudah diubah!” Lila tetap tidak percaya ucapan John.

“Terserah apa katamu. Aku baru sampai di sini jam lima tadi, sementara yang menjaga CCTV sejak kemarin malam adalah temanku. Jika kau ingin mencari keributan di sini, maka aku tidak segan mengusirmu, sekarang juga!”

“Lila, sudahlah, tenangkan dirimu,” balas Lily. “Mungkin benar kata petugas keamanan. CCTV ini nyata. Pria itu benar-benar cerdas sampai bisa mengelabui CCTV bar.”

"Alex …, sialan!” Lila mendengus kesal.

Lila menuruti omongan Lily dan tak mempermasalahkan kejanggalan pada CCTV tersebut. Tanpa mereka tahu, Nicho telah menyuruh Ardo untuk menghapus rekaman CCTV sebelum dia masuk kamar. Ardo tidak menghapus melainkan memangkas hasil CCTV itu, memperpendek durasinya. Namun, hal itu malah menyebabkan Nicho terkurung di kamar sampai Ardo datang menemuinya nanti.

Tentu, uang yang dihabiskan untuk menyuap petugas keamanan cukuplah mahal, tapi hal itu tidak dipermasalahkan Nicho daripada dia harus ketahuan telah mengambil kesucian Lily, apalagi berdampak pada kehancuran keluarganya nanti.

Nicho sendiri hampir keluar kamar mandi namun diurungkan saat terdengar suara langkah kaki masuk kamar hotel.

"Lily, ini tidak bisa dibiarkan, kamu harus melaporkan Alex agar dia mau mengaku dan bertanggung jawab atas kejahatan yang diperbuat!” Lila mengepalkan tangannya.

"Tidak, belum tentu Alex yang melakukannya." 

"Lily, buktinya sudah jelas di sini," ucap Lila, memotong. “CCTV itu pasti sudah direkayasa Alex sebelum dia meninggalkanmu sendirian di sini!”

"Tidak Lila, firasatku mengatakan bukan Alex yang meniduri aku," bohong Lily.

"Apa maksudmu?”

Lila merasa curiga pada kakak kembarnya itu. Tatapan penuh telisik membuat Lily beralih, tak nyaman.

"Entahlah,” Lily menunduk ragu, seketika memasang wajah sedih. “Tolong rahasiakan kejadian ini dari orang tua kita, ya?”

"Tentu, itu pasti jadi aib keluarga. Tapi, sebelumnya, kita harus periksa kandungan untuk mengetahui apakah kamu hamil atau tidak?” jawab Lila, menegakkan kepala Lily dan berkata, “Tapi, berjanjilah juga agar kamu tidak membenciku.”

“Aku tidak pernah benci padamu, Lila, aku hanya syok karena aku tidak menyangka kehormatanku akan diambil semudah itu.” Lily kembali sedih mengingat malam naas yang telah terjadi.

“Oke, sebelum siang, kita harus periksa tentang kehamilanmu dulu.”

“Ti-tidak, tidak mungkin aku hamil!” Lily menggeleng dengan mata berkaca-kaca. “Ini mustahil, Lila, kamu jangan bercanda!?”

“Untuk berjaga-jaga, kita harus memeriksanya dulu.”

"Baiklah."

Mereka mengemasi barang barangnya, meninggalkan Nicho sendirian di kamar mandi. 

Akh.

Lily kembali meringis kesakitan pada bagian inti tubuhnya. Berjalan pelan keluar hotel menuju mobil Lila, sementara lelaki yang membuatnya kesakitan hanya bisa memandang nanar kepergiannya.

Lila dan Lily sudah meninggalkan bar dan hal ini menguntungkan bagi Nicho, dia segera mengirim pesan pada Ardo agar menjemputnya. Nicho keluar dari kamar mandi, dilihat sekeliling kamar hotel yang menjadi saksi bisu pergulatan panas yang dilakukan bersama Lily. Nicho melihat bercak darah pada sprei yang tergeletak di lantai,  segera memungut, melipat dan berniat membawanya pergi.

Sementara itu, di kamar sebelah. Alex baru saja terbangun, matanya mengerjap dan terbuka lebar saat menyadari dimana dia berada, tubuhnya tanpa sehelai kain pun serta kaki-tangan terikat.

“Brengsek!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gelora berbahaya Kakak   04. Hamil???

    “Brengsek!” rintih Alex. “Aku pasti membalas semua perbuatanmu, aku janji!” Getaran ponsel di saku celana yang berserakan di lantai membuat Alex berusaha keras mengambilnya. Dengan tangan terikat, bisa dipastikan Alex sangat kesulitan mengambil ponsel tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya Alex berhasil mengangkat teleponnya seraya menekan tombol loudspeaker."Halo Boss, sudah semalaman Boss tidak memberi kabar. Apakah semua baik?" Terdengar suara laki-laki yang panik dari ujung telepon."Bagus, akhirnya kamu mencemaskanku. Cepat kesini, bodoh! aku di kamar …, entah dimana aku ini!""Apa? Ba– baik, boss."Tak lama kemudian, anak buah Alex datang dan memanggil-manggil bosnya. Mereka terkejut melihat Alex diikat di kamar mandi tanpa sehelai busana pun. Usai ikatan dilepas, Alex segera menghantam dua anak buahnya dengan satu pukulan.Plak"Dasar kalian, sungguh bodoh!""A– ampun boss!""Ais, sudahlah. Sekarang cari lelaki yang membawa Lila-ku keluar hotel ini. Cepat periksa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Gelora berbahaya Kakak   05. Tanggung jawab

    Lila diminta masuk oleh Evelyn setelah Lily pingsan mendengar kabar kehamilannya. Evelyn menasehati Lila agar dia tetap mendampingi Lily, apapun keadaannya. Evelyn juga menjelaskan kalau Lily sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Jika dia tidak didampingi, ditakutkan kondisi Lily semakin memburuk, bahkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi."Bulan depan, bawa Lily kembali ke sini ya .... Kita lihat perkembangan pada fisik dan psikisnya. Kuatkan dia, apapun yang terjadi! Jangan sampai Lily sendirian, apalagi sampai dia depresi.” Evelyn memeluk Lila yang pipinya sudah dibanjiri air mata."Terima kasih Dokter, Anda sudah menghubungiku karena kondisi Lily pingsan tadi."Evelyn mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau janji sama Dokter untuk menemani Lily, kan?” Evelyn bertanya halus.“I-ini semua salahku, Dok! Aku yang memintanya masuk ke bar untuk menggantikanku, saudara kembarnya. Aku yang salah. Aku yang harusnya menderita. Tapi, kenapa Lily yang malah jadi korban? Kenapa, D

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Gelora berbahaya Kakak   06. Kembar.

    Alex tercengang mendengar kalimat yang keluar dari Lila. “Saudara Kembar?” tanyanya memastikan jika tak salah dengar.Lila memutar bola mata jengah. Duduk di Sofa dan meminum segelas air dingin.“Dia memang jarang di ekspos majalah dan infotainment tapi dia aktif di sosial media. Dia begitu berbanding terbalik denganku. Aku sampai merasa mual dengan cara berpakaiannya yang serba tertutup,” ejek Lila.Tangan Alex mengepal. Dia berusaha mencerna baik baik apa yang dijelaskan Lila. “Jadi, kau mencoba menipuku?” teriak Alex marah dan mencekik leher jenjang sang kekasih.“Tolong …, Lepaskan aku. Akh.”Lila berusaha melepas cengkraman tangan Alex dan memukul mukulnya sekuat tenaga.“Mati saja kau bitch. Berani sekali membohongiku.”Alex semakin kuat mencengkram leher Lila namun setan jahat menyuruhnya berhenti.‘kenapa juga aku harus membunuhnya? Bukankah menikmati tubuhnya lebih nikmat daripada membunuhnya,' bisik setan dalam diri Alex.Uhuk, uhuk, uhuk.Alex melepas cekikan di leher Lila.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Gelora berbahaya Kakak   07. Diculik?

    "Alea," bentak Dion tak suka."Maaf sayang, tapi aku begitu menginginkannya? Kita sudah satu minggu tak bertemu. Aku merindukan belaianmu." Alea mengalungkan kedua lengannya pada leher Dion. Menghirup aroma mint yang membuatnya candu. Mereka adalah partner ranjang yang cocok dan Dion tak pernah menolak ajakannya. Namun sekarang, Dion tiba tiba saja menolak dan Alea harus tahu alasannya. "Katakan, siapa yang menghubungimu? Setelah itu aku akan melepasmu.""Nicho. Ya, Nicho yang menghubungiku. Dia meminta aku mencari data pribadi dari seseorang.""Seseorang? Siapakah itu?""Rahasia." Dion melepas pelukan Alea dan memicingkan mata tajamnya. "Aku sudah memberitahumu, sekarang pergilah!""Tidak mau."Dion sangat marah dengan sikap keras kepala Alea. Mata hitam itu menatapnya seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya membuat wanita berpakaian seksi itu langsung ketakutan. Dengan enggan, Alea pergi meninggalkan tamu langganannya. Dion sendiri segera pergi menuju apartemennya, bernia

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • Gelora berbahaya Kakak   08. Penyelamat

    Dalam keadaan takut dan panik, Lily mencoba sekuat tenaga berontak. 'Tolong, tolong!'MmphSuara Lily tercekat di tenggorokan akibat mulutnya yang dibungkam. Tangannya segera diikat agar tak memberontak lagi. "Cepat urus wanita ini agar Diam. Aku akan menghubungi Bos," perintah ketua bodyguard Alex."Halo, Boss Alex. Kami membawa wanita yang Anda inginkan.""Kalian sungguh hebat. Tak sia sia aku langsung terbang kemari," ucap Alex di seberang. Dari suara, tampak sekali jika dia sangat bahagia. "Segera bawa ke tempatku."Lily melotot, tubuhnya gemetar saat mendengar percakapan melalui telepon itu. Dia sangat takut saat ini, mengingat Alex-lah yang memberinya obat laknat malam itu. Ya, Alex yang menyuruh tiga anak buahnya untuk menculik Lily. Dengan menculiknya, diharapkan lelaki yang bersama Lily datang untuk menolongnya.Tak butuh waktu lama, anak buah Alex dan Lily sudah tiba. Segera dihadapkan pada seorang lelaki yang kini duduk di kursi kebesarannya. Asap mengepul dari bibir, menam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Gelora berbahaya Kakak   09. Trauma

    Setelah melarikan diri dari kejaran polisi, Alex menghubungi Lila dan berharap bisa bertemu kekasihnya. [Halo Lila, kamu di mana? Aku ada di Kanada. Temui aku sekarang.][Halo. Halo.]Suasana sangat berisik karena Lila berada di Club malam.[Maaf aku tak mendengarmu Alex. Suasana di sini sangat ramai.][Halo Lila, halo!?]Tut. Tut.Lila menutup panggilan Alex dan ingin segera pergi dari tempat tersebut. Dirinya berbohong tak mendengar Alex padahal Lila sangat takut jika bertemu Alex."Jenny bolehkah aku tidur di apartemenmu malam ini?" tanya Lila pada temannya Clubing saat ini."Em, boleh. Kebetulan pacarku di luar kota. Jadi aku ada teman jika kamu menginap.""Baiklah kalau begitu ayo kita pergi sekarang!"Mereka meninggalkan Club. Lila mengaktifkan sim card 2 yang hanya di ketahui Alex sedangkan sim card yang biasa digunakan tak diaktifkan agar Lily dan keluarga tak mengganggu kegiatannya. Malam ini dia ingin bersenang senang namun semua gagal karena panggilan dari Alex.Sedangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Gelora berbahaya Kakak   10. Lukisan

    Lily mendengar ucapan Nicho meski samar, untuk itulah Lily menanyakannya."Ah, tidak apa apa. Aku hanya berharap kamu baik baik saja, Lily.""Oh begitu."Seminggu berlalu.Ujian telah selesai, Lily dan Lila memutuskan untuk kembali ke Amerika. Selama satu minggu Nicho menghindar, tak menemui kedua adiknya membuat Lily sedikit tenang dan fokus menjalani ujian. Namun, hal ini membuat Nicho sungguh tersiksa. Dia tak bisa menggapai wanita yang disukai walau hanya memandang sejenak. Semua ini harus dia lakukan demi kebaikan bersama mengingat Lily seperti menjaga jarak darinya.Tiap malam Nicho memimpikan kenangan indah satu malamnya dengan Lily. Dia harus terbangun di tengah malam dengan keringat membanjiri dan basah pada bagian tubuh bawahnya. Semua seperti nyata, tak ayal tiap tengah malam Nicho selalu mandi air dingin untuk menetralkanya. Rasa itu benar benar membuat candu dan begitu menyiksa. Ingin sekali dia melampiaskan pada wanita di club malam namun kembali dia memikirkan Lily. Cuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-21
  • Gelora berbahaya Kakak   11. Di sampingnya

    "Kejadian apa?" tanya Marco bingung.Auwh.Mendengar aduan Lila, Nicho tak fokus dan terkena pecahan piring."Kak, kamu berdarah," ucap Lily segera menarik tangan Nicho menuju pancuran air mengalir dari kran. Melihat perhatian Lily pada Nicho membuat Lila kesal dan berlari menuju kolam. Marco segera berlari mengejar Lila. "Lila, tunggu."Catlyn pun mengikuti mereka."Kamu tak apa apa, Lily?"Lily memandang Nicho sekilas dan melap jemarinya. "Harusnya aku yang menanyakan itu Kak. Yang terluka kamu bukan aku?"Nicho menunjuk bagian hati Lily, "kamu yang terluka di situ, jangan bilang kakak tak tahu." Seketika Lily tersenyum simpul dan tatapan mereka beralih pada Lila. Berharap jika sang adik tidak akan mengatakan hal yang mereka sepakati. 'Bagaimana jika Lila mengatakannya pada Daddy?' batin Lily menggigit bibir bawahnya dan memilin baju yang dipakai. Nicho melihat dan mengerti kegelisahan sang adik. "Tenanglah, Lila tak akan semudah itu mengatakan semuanya pada Daddy. Bukankah kalian

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22

Bab terbaru

  • Gelora berbahaya Kakak   108. Jamahlah aku!

    Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.

  • Gelora berbahaya Kakak   107. Lagi dan lagi

    "Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai

  • Gelora berbahaya Kakak   106. Zico sudah beristri

    "Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak

  • Gelora berbahaya Kakak   105. Pertunangan Lila dan Zico

    Nicho segera mengambil nasi dan memotong ikan sebagian, mulai makan ditemani keheningan malam, makan dengan begitu lahap. Entahlah mungkin karena lapar atau karena masakan dari Lily, yang jelas Nicho sungguh bahagia sekaligus sedih, saat ini.Air mata menetes jatuh di makanan sehingga terasa asin. Namun, Nicho terus makan dengan lahap tanpa menghiraukan air mata yang kini semakin deras menetes.Uhuk. Uhuk.Saking semangat makan dalam tangis, Nicho sampai tersedak.Bugh.Bugh.Nicho memukul mukul dadanya sendiri dan segera minum jus yang dibuat Lily.BrakhNicho menggebrak meja, meluapkan semua amarahnya. "Brengsek kamu Dilon. Tega sekali kamu menjeratku, menodai sucinya persahabatan kita. Aku tak akan pernah memaafkanmu, argh," teriak Nicho kesal. Dirinya bangkit dan mulai mencuci piringnya dan sisa Zoya, membereskan semua sisa makanan.Memandang nanar pada pecahan gelas yang tadi sempat dijatuhkan Lily, Nicho segera mengambil sapu dan memungutnya ke tempat sampah. Dirinya terus fokus

  • Gelora berbahaya Kakak   104. Haruskah bertanggung jawab?

    "Kamu?" teriak Nicho."Kamu?"Dilon juga terkejut dengan adanya Zoya di tempat itu. Sungguh tak menyangka jika Zoya begitu nekat mengikutinya.Sebelumnya Dilon berpamitan pada Zoya, akan pergi menemui Nicho dan mengatakan perihal kehamilannya. Namun, Zoya malah mengikutinya dan berjalan satu langkah di depannya."Kenapa kamu ada di sini Zoya?" bentak Dilon."Jangan halangi aku Kak, aku mau mengatakannya langsung kepada Nicho," ucap Zoya mendekat.Nicho sendiri merasa linglung saat ini. Dia tak mengerti apa-apa, melihat ekspresi Lily yang sedih dan menghindar darinya. "Ada apa sebenarnya? Lily, katakan padaku?" pinta Nicho."Aku hamil anakmu, Nicho dan kamu harus bertanggung jawab," ucap Zoya lantang."Apa?"Nicho lebih syok dibanding Lily.Bagaimana tidak? dia tak menyentuh Zoya, tapi kini disuruh bertanggung jawab. "Kamu gila Zoya.""Ya, aku sudah tergila-gila denganmu dan kamu harus bertanggung jawab, Nicho.""Apa yang harus aku pertanggungjawabkan? Sedangkan aku tak pernah menyentu

  • Gelora berbahaya Kakak   103. Zoya hamil anak Nicho?

    Tok, tok.Lily memandang pintu penginapan yang kini di ketuk seseorang."Lily, buka pintunya, Sayang," ucap Nicho dari luar.Lily membuka pintu dengan lemas. Nicho segera memeluk Lily. Namun Lily mundur, menolak dipeluk sang kakak."Ada apa, Lily?"Belum sempat Lily menjelaskan dan Nicho sendiri dalam kebingungan. Tiba tiba suara seorang wanita mengejutkannya. “Kak Nicho!”Wanita itu tersenyum. "Halo, Nicho?"Mata Nicho melotot dengan kehadiran seorang wanita berdiri di antara dirinya dan Lily saat ini."Kamu?""Kamu?"Dilon tak kalah syok melihatnya. Tadinya Dilon hanya ingin mengantar Nicho ke penginapan. Namun, hal yang tak terduga terjadi.Satu jam yang lalu.Lily bosan menunggu Nicho jadi dia ingin memasak hasil ikan yang mereka tangkap tadi.Lily mulai mengikat rambutnya dengan mencepol di atas, memakai apron layaknya seorang chef yang siap mengeksekusi ikan. Mulai dari membuang sisik dan kotoran, membuat bumbu serta memanggangnya.Kenapa di panggang, tidak digoreng?Karena Nich

  • Gelora berbahaya Kakak   102. Partner ranjang yang gagal

    Saat ini, Lila berada di kamarnya. Dirinya hendak beristirahat namun ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan.Di buka dan di baca isi pesan tersebut yang isinya sungguh membuat Lila tercengang."Ini,..."Dirinya tak bisa lagi berkata membaca semua yang Alex tuangkan lewat pesan.Air mata luruh membasahi pipi, tak bisa menjelaskan isi hati Lila saat ini. Antara sedih dan bahagia.Bukankah ini yang di harapkan?Harusnya dia bahagia karena terbebas dari jeratan seorang Alex?Namun mengapa membaca pesan itu, hati Lila teriris perih?Sangat sakit sekali.Tangannya gemetar dan tubuhnya berguncang hebat akibat tangisan yang Lila sendiri tak tahu alasannya.Di remas kuat ponsel dan dibanting ke kasur empuk serta dirinya ikut limbung di ranjang tersebut.Di sisi lain, Alex memandang setiap gerakan Stevani melepas sehelai demi sehelai gaun tipis di tubuhnya. Dengan satu hentakan, tubuh polosnya terpampang jelas menyapu kedua mata Alex.Siapapun akan tergoda dan bagian bawah mereka akan

  • Gelora berbahaya Kakak   101. Alex yang putus cinta

    Brakh.Nicho menutup pintu kasar dan segera memakai pakaian. Setelah itu beranjak ke kamar mandi dan Lily masih belum memakai pakaiannya, membuat Nicho menelan ludah. "Lily, kenapa belum berganti pakaian?"Lily diam saja. Dirinya masih terpaku mengingat pembicaraan penting dua orang tadi. "Siapa Kak yang datang?""Dilon.""Kenapa Kakak kesal dengan Kak Dilon? Bukankah dia sahabatmu?"Nicho menghindari tatapan Lily, membuat Lily yakin ada sesuatu yang disembunyikan Nicho. "Aku akan menyelesaikan masalah ini dan menceritakan semuanya kepadamu. Oke?"Lily mengangguk pasrah. Baginya saat ini adalah kepercayaan kepada Nicho yang terpenting."Baiklah aku pergi dulu."Cup.Nicho mencumbu bibir kenyal itu sekilas dan berbalik pergi.***"Boss, aku sangat bahagia. Anda sudah terbebas Bos," ucap John menjemput Alex.Ya, Alex telah bebas dalam waktu kurang sebulan. Sungguh politik yang luar biasa. Dengan kekuasaan yang dimiliki, Alex bisa keluar dengan cepat. Alex tersenyum dan merebahkan tubuh

  • Gelora berbahaya Kakak   100. Penyatuan cinta

    Catlyn tak tahu harus berkata apa lagi selain mengikuti kemauan Lila."Baiklah jika semua sudah deal. Besok saya akan ke sini lagi," ucap Zico berpamitan pada keluarga Marco."Sweety siapkan semuanya," ucap Marco berdiri setelah kepergian Zico."Tapi Sweety, aku melihat bahwa Lila tak setuju dan bingung dalam keputusan ini.""Apa maksudmu?" tanya Marco tak mengerti."Lila, apa benar yang dikatakan Mommy-mu?"Lila terdiam membuat Marco marah.BrakhMarco menggebrak meja sebagai pelampiasan amarahnya. "Jawab, Lila?"Lila gemetar melihat ayahnya yang emosi. Dirinya tak tahu harus berkata apa. Namun, rasa takut terhadap emosi sang ayah membuatnya semakin gemetar. Mau tak mau Lila harus jujur kepada Marco. "Maaf Dad aku hamil lagi.""Apa??""Aku belum sempat memakai kontrasepsi saat Alex menculik dan memperkosaku lagi," jawab Lila disertai tangis yang menjadi."Ya Tuhan!?" keluh Marco terduduk di sofa sambil memegang kedua kepalanya."Maaf Dad, harusnya aku berkata jujur kepadamu, tapi aku

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status