Firasat seorang ibu biasanya benar~~
“Tidak bisa. Aku sudah berjanji memberi Claus kesempatan. Aku harus mempertanggungjawabkan ucapanku,” tolak Asher tegas.“Apa kau tidak kasihan dengan situasi mereka?” Laura langsung menunjukkan raut wajah mengiba, yang tak pernah gagal membuat Asher meragu. Karena itu, Asher menghindari tatapannya, tak mau terpengaruh oleh bujuk rayunya.“Sayang, Claus sekarang sudah jadi pria dewasa. Kau tahu maksudku, bukan?” imbuh Laura.Laura sangat mengerti makna tatapan Claus yang begitu tajam pada Angela. Sejak kecil, Claus sangat menuruni sifat ayahnya sehingga Laura merasa bisa membaca isi pikirannya.Dia yakin jika Claus kesal karena tak bisa menyentuh Angela. Apalagi, Angela yang menurutnya sedang hamil muda itu, membutuhkan belaian kasih sayang Claus.Saat dia mengandung dulu, Asher juga selalu menginginkan dirinya. Claus pasti sedang merasakan gejolak itu, pikirnya.“Tidak. Aku tidak mau menarik ucapanku.”Jika ekspresi mengiba dan hampir menangis tak cukup menggoyahkan keputusan Asher,
Angela sampai sulit menelan makanan ketika melihat hadiah dari Laura yang terus berdatangan melewati pintu ruang makan. Dia kini menyadari jika beberapa hari ini terlalu santai sampai tak sempat memikirkan masa depannya.“Nona, Anda baik-baik saja? Saya akan mengambilkan alat makan yang baru,” tanya pelayan sambil mengambil garpu yang akhirnya jatuh ke lantai.“Y–ya ….”Pikiran Angela tak bisa tenang selagi menghabiskan sarapan dengan cepat. Dia harus segera mengatakan pada Claus, lalu mencari solusi bersama.Sebelum menemui Laura, Angela menyelinap ke lantai dua menuju kamar Claus. Dia mengetuk pintu dengan cepat dan panik, namun Claus tak kunjung membukakan.“Apa dia masih tidur? Astaga!”Tanpa sadar, gagang pintu berputar ketika dia tak sengaja menyentuhnya. Sepertinya, Claus lupa mengunci pintu kamar atau mungkin malah tak pernah memedulikannya.Angela bergegas masuk ke dalam. Seperti dugaannya, Claus masih tidur berbaring di ranjang. Angela sontak menutup mata dengan kedua tanga
Kehangatan itu lama-lama menjadi semakin panas. Claus justru tak bisa kembali tidur karena tubuhnya bereaksi menginginkan lebih dari sekedar berpelukan.Claus adalah pria normal yang masih cukup muda dan bersemangat. Tak elak, dia tergoda menyentuh tubuh wanita di depan mata.“Ugh … sial sekali aku ….”Tinju Claus mengepal di punggung Angela. Dia berusaha keras mengendalikan diri agar tak melakukan tindakan yang akan merugikan mereka berdua.‘Mari hitung anak domba saja. Biar dia keluar sendiri setelah bangun.’Anak domba dalam benak mengitari dirinya, tersenyum menghina. Dari ekspresi wajah mereka tampak mengejek Claus yang seperti pria pengecut karena tak berani menyentuh wanita.“Ugh!!” Claus langsung merapatkan mulutnya ketika tak sengaja melenguh keras. Angela tiba-tiba menggeliat, menyentuh titik-titik sensitif di tubuhnya. ‘Celaka! Badanku sangat panas sampai seperti akan meledak!’Claus bisa saja mendorong Angela sampai jatuh ke lantai, lalu pura-pura baru bangun. Namun, bad
“Sayang, itu ….” Keterkejutan Laura menghentikan ucapan Asher.Pintu di depan mereka akhirnya terbuka.Laura terbelalak. Mulutnya terbuka lebar.Melihat reaksi istrinya, Asher langsung menoleh ke dalam. Dia bahkan lebih terkejut dari Laura.“Cla–”Laura langsung menangkup mulut suaminya. “Jangan berteriak!”Asher gegas melepaskan tangan Laura yang menutup mulutnya. Kemudian, dia membanting pintu dengan kencang.Setidaknya, dia akan memberi waktu untuk Claus dan Angela untuk berpakaian lebih dulu. Seluruh badan mereka, kecuali kepala, hampir tertutup selimut. Asher tak tahu jika mereka masih berpakaian lengkap.“Aku harus menghajar anak itu! Sudah tahu salah, tapi dia mengulangi kesalahannya lagi! Kenapa kau selalu menghalangiku?!” “Tenangkan dirimu dulu, Sayang! Dengarkan aku!”Laura berusaha keras menarik Asher menjauhi kamar Claus.“Jangan manjakan anak-anak kita, Sayang! Kau selalu saja membela mereka! Mereka sudah dewasa dan seharusnya tahu mana yang salah dan benar! Tugas kita s
“Apa?!” teriak Ivy, sontak berdiri dengan raut wajah terkejut.Angela baru saja menceritakan rencana pernikahannya yang dipercepat, sekaligus ingin minta bantuan pada sahabatnya itu.“Nona Ivy, keluar dari sini kalau hanya akan mengganggu,” usir Duke.Bibir Ivy memucat. Dia lupa sedang menemani Duke yang akan bertemu dengan klien perusahaan.Duke membiarkan Ivy mengangkat panggilan telepon setelah melihat nama Angela. Namun, dia tak bisa menolelir kegaduhan yang akan membuat suasana tak nyaman.“Maaf, Tuan. Saya akan mematikan telepon.”Ivy lantas berbisik mengatakan pada Angela akan menelepon balik. Dia kembali duduk, memeriksa lagi kontrak kerja sama yang akan diserahkan pada kliennya.Akan tetapi, Duke jadi terusik oleh wajah cemas sekretarisnya yang tampaknya masih belum bisa berkonsentrasi pada pekerjaan. Dia ingin menanyakan apa yang terjadi pada Angela, tetapi merasa tak berhak ikut campur oleh masalah mereka.
“Datanglah ke kantorku besok Senin.” Asher menyeringai, lalu memutuskan sambungan telepon.Belum sempat dia menceritakan tentang Duke, Laura memelototinya agar kembali fokus pada pembicaraan mereka.“Matikan ponselmu. Kita sedang membahas masalah penting sekarang,” tegas Laura.Di depan mereka saat ini, duduk orang tua Angela yang baru saja datang, setelah diberi kabar jika putri mereka akan menikah.Claus baru datang ke ruangan itu sambil menutup mulutnya yang menguap. Dia hanya diberi tahu pelayan agar segera menemui orang tuanya.Ketika melihat orang tua Angela, Claus langsung berjalan tegak. Juga merapikan rambutnya yang acak-acakan selagi duduk di samping Laura.“Mama, kenapa tidak bilang ada tamu? Aku belum ganti pakaian begini,” bisik Claus.Alih-alih menjawab Claus, Laura hanya melirik sinis padanya. Laura sesungguhnya sedikit marah karena Claus melanggar aturan keluarga Smith.“Maafkan kami yang gagal mendidik putra kami, Tuan dan Nyonya Quin
Claus merasa sangat dirugikan. Dia tak melakukan kesalahan, tetapi terus dipojokan. Tubuh Claus mendadak lemas. Kalau jadinya akan disalahpahami begini, seharusnya dia benar-benar melakukannya dengan Angela meski sedikit memaksa. “Kami tidak melakukan apa pun,” ucap Angela lirih. Dia memohon pada Claus melalui tatapan matanya, supaya pria itu membantu untuk meyakinkan orang tua mereka. Namun, alangkah kagetnya Angela ketika Claus justru menanggapi dengan santai, “Ya sudah kalau begitu.” “Apa?!” Angela tanpa sadar meninggikan suara. “Angela.” Harry memperingatkan Angela dengan suara rendah dan tegas. Angela sungguh tak memahami Claus. Sejak awal, Claus selalu bersikeras bahwa mereka hanya dijebak, pun tak mau menikah dengannya. Apalagi, Claus juga punya wanita yang dicintainya. ‘Ya sudah, katamu? Kenapa kau malah pasrah begitu?!’ jerit Angela dalam hati. “Kalau menurutku, lebih baik acara pernikahan kami hanya perlu dihadiri orang terdekat saja. Dilaksanakan di ruma
Claus termenung memandang ponsel pintar di atas bufet. Hingga akhirnya, dia tersadar ketika Claudia memutus panggilan telepon.“Ah, kenapa aku malah melamun?”Saat Claus mengambil ponsel akan menghubungi Claudia, terdengar suara teriakan dari luar.“Keluar, Claus!”Brak! Brak!!Angela seperti akan mendobrak pintu kamarnya.“Tidak sabaran sekali, ck ck!”Claus mengabaikan ponselnya, menyeringai ke arah pintu. Dia sengaja tak memakai baju untuk memamerkan tubuh gagahnya.Mereka akan segera menikah. Claus takut jika Angela akan sangat terkejut senang sampai pingsan ketika melihat dirinya tak memakai busana di malam pertama. Alih-alih mendapatkan pengalaman pertama, Claus akan sangat kecewa.‘Kau harus menyiapkan hatimu, Angela Quinn.’Claus membuka pintu sambil kembali menunjukkan raut wajah datar. Meskipun demikian, sudut mulutnya bergerak-gerak kecil ketika melihat ekspresi marah Angela.Betapa menggemaskan wanita itu saat marah, pikirnya tak sengaja.“Ahh!!” Angela sontak memekik samb
“Untuk apa aku melakukan itu? Ada-ada saja …”Melihat Claus membuang muka, Angela yakin jika tebakannya benar. Dia tersenyum kecil oleh perhatian suaminya.‘Kami seperti sedang berkencan.’Sudah lama Angela tidak kencan dengan pria. Meski pacaran dengan Travis, selama beberapa bulan terakhir mereka jarang bertemu.Jika Travis pulang pun, dia lebih banyak membicarakan tentang desain perhiasan. Yang kemudian mendapatkan desain dari Angela.Selain itu, kencan dengan Claus cukup berbeda. Sebab, Claus tak mau mengakui setiap kali memberi perhatian kecil padanya. Dan itu cukup menggemaskan bagi Angela.Pria dewasa yang tampak kekanakan memperlakukan wanita. Meski sedikit kasar, namun Angela tak merasakan adanya kepalsuan.‘Sejak kapan aku merasa nyaman saat bersamanya?’…Setelah menikmati makanan di restoran yang tenang, mereka ke kasir untuk membayar. Pemilik restoran sendiri yang melayani.“Terima kasih banyak sudah meresevasi seluruh restoran ini, Tuan Smith. Semoga hidangan kami memuas
Claus Smith duduk di kursi baru yang belum lama disiapkan pemilik toko. Beberapa wanita yang lewat di depan toko berbisik-bisik sambil tersenyum ke arahnya. Ada pula yang senantiasa memandanginya dari kejauhan.Sejak kecil, Claus dan Collin banyak muncul di layar kaca pada acara-acara besar, baik pada berita bisnis maupun pemerintahan. Banyak yang mengenal dua wajah tampan itu, khususnya di ibu kota.Mereka tak pernah muncul langsung di depan umum. Karena itu, keberadaan Claus cukup menarik perhatian.Claus biasanya malas meladeni mereka. Namun, saat ini, dia menunjukkan karismanya terang-terangan.“Papaku bekerja di Smith Group, Tuan. Bolehkah aku berfoto denganmu? Aku ingin menunjukkan pada papaku,” pinta gadis yang memakai seragam SMP.Claus tersenyum miring. “Aku bahkan bukan selebriti.” Namun, tetap berpose dengan gadis itu.“Anda jauh lebih berharga dibanding aktor ternama, Tuan!”Melihat ada yang diperbolehkan mengambil foto dengan salah satu si Kembar Smith, beberapa gadis lai
Angela berniat menyusul Duke untuk menyerahkan desain yang terakhir dibuatnya. Dia ingin memastikan tim-nya tak mengalami kesulitan selama dia libur satu bulan.Alih-alih menemukan Duke, Angela justru melihat orang-orang berkerumun di jalan dekat perusahaan. Di antara kaki-kaki orang yang berdiri di sana, Angela melihat wajah yang familier.“Travis ….”Kertas-kertas dalam map berhamburan jatuh di tanah. Kedua tangan Angela terangkat, menutup mulutnya penuh keterkejutan.Suara keras sirene ambulance menyadarkannya. Namun, Angela tetap melangkah seperti orang linglung. Mendekati mantan kekasihnya yang sedang ditangani oleh tiga petugas medis.Travis diangkat ke atas brankar, lalu memasuki ambulance. Hanya tersisa darah yang menggenang di permukaan aspal.“Angela!” seru Leona, muncul di antara kerumunan orang yang mulai meninggalkan lokasi. ““Apa yang terjadi?” tanya Angela, masih tampak terkejut.Angela tak seharusnya khawatir. Namun, tak elak, dadanya sesak melihat Travis seperti oran
Ketika keluar dari ruang kerja Claus, Duke berpapasan dengan Angela. Dia bingung harus bereaksi apa ketika Angela tersenyum menyapa.“Selamat siang, Tuan Duke.”Alhasil, Duke hanya mengangguk singkat. Dia bahkan tak menatap Angela. Bukan karena dia membenci Angela karena tak bisa memilikinya, namun dia tak mau mengharapkan wanita yang telah menjadi istri pria lain.Setidaknya, Duke butuh waktu supaya hubungan mereka menjadi biasa. Hanya sekedar relasi kerja. Dia perlu melupakan sosok malaikat yang sangat diinginkan untuk pertama kalinya.Ya. Angela adalah keinginan pertama Duke Volker. Dia tak pernah menginginkan apa pun karena ayahnya selalu memberikan segalanya dengan mudah.“Apa Tuan Duke marah padaku?” gumam Angela bingung, menatap pria itu semakin menjauh dan akhirnya tak terlihat lagi di kantornya.***“Tuan Duke!” seru Travis Wood sambil berlari ke arah mobil Duke Volker di tepi jalan samping perusahaan.Duke menghentikan gerakannnya, menoleh ke belakang. Travis sudah berdiri d
Suasana hening dalam sekejap. Tiba-tiba, Claus tertawa keras.Apa Duke mencoba membodohinya? Jelas-jelas, dia sering menghabiskan waktu sejak kecil dengan Duke, tetapi tak pernah bertemu Angela Quinn. Bagaimana mungkin Duke jatuh cinta pada Angela sejak belasan tahun lalu?“Katakan itu benar. Lalu, apa kau mencoba merebut Angela dariku dengan menggagalkan pernikahanku?”“Kau sudah menikah dengannya. Hal ini tidak perlu kau pertanyakan.”Meski tak menjawab dengan tepat, namun Duke juga tak mengelak. Duke tak menyalahkan usahanya karena memang mendengar dari Ivy jika Angela terpaksa menikah dengan Claus.“Tidak. Aku harus tahu alasan kau mengakui telah menjebakku, sedangkan kita sama-sama tahu kalau kau tidak mungkin melakukan perbuatan rendahan seperti itu.”“Itu artinya, kau tidak cukup mengenalku.” Duke tak menyangkalnya.Sudah berkali-kali Claus kalah saat berargumen dengan Duke. Pria itu tak mudah diajak bicara, terlalu serius, namun ucapannya terkadang sulit untuk dibantah.Terleb
Perintah Claus justru membuat Angela sadar ada yang janggal. “Tapi, Claus, mana mungkin aku juga mencicipi kulit Collin untuk membedakan kalian? Aku juga tidak mau membuka bajunya untuk melihat semua tanda perbedaan yang kau sebutkan.”!!!Kepala Claus bagaikan terkena lemparan batu. Angela benar-benar merusak suasana!Namun, ucapan Angela benar. Tak mungkin Claus sudi melihat istrinya mencicipi tubuh Collin!Otak Claus berputar cepat agar Angela kembali terpancing. Namun, gairah membuat pikirannya kurang berfungsi dengan benar.Alhasil, Claus melemparkan dirinya ke belakang. Berbaring di ranjang sambil memijat pelipis.“Ugh … aku seharusnya tidak memaksakan diriku untuk membuatmu paham. Aku malah jadi kesakitan sendiri gara-gara kau sentuh.” Sakit yang selalu Claus katakan itu hanya menunjukkan gairahnya yang meluap dan ingin dipuaskan. Dia tak benar-benar sakit dan sebenarnya bisa mengalihkan pikiran ke arah lain agar mereda.Namun, dia tak mau. Untuk apa punya istri jika dia masi
Angela malu setengah mati. Rupanya, Claus serius dengan ucapannya, tak mengajaknya ke hotel untuk melakukan kegiatan panas.“Jangan mengalihkan perhatianmu, Angela Quinn!” tegas Claus.Angela buru-buru melihat jemarinya yang dibimbing Claus. Tampak titik kecil di samping kiri dada berotot suaminya.“Lalu, di sini …” Suara Claus semakin berat. Dia membuka telapak tangan Angela, menggerakkan perlahan di tubuhnya sampai ke otot perut. “Otot perut Collin tidak sekeras ini dan jauh lebih lembek,” bualnya. Angela mendadak merasakan panas di tubuhnya ketika melihat perut Claus, dan malah turun melihat ke bawahnya. Pipinya mulai merona, tetapi tak mengalihkan pandangan.Claus tersenyum samar. Kecerdasannya di luar akal sehat, pikirnya. Dia tahu Angela mulai merasakan sensasi yang menggelitik insting sebagai seorang istri.Claus tak berbohong jika dirinya hanya ingin menunjukkan perbedaan tubuhnya dengan Collin. Namun, jika Angela mau melakukan aktivitas panas seperti semalam, Claus dengan se
Claus terkesiap. Dia cemburu buta seperti Asher Smith?Mustahil! Angela yang mulai tergila-gila dan seharusnya cemburu!“Omong kosong! Jangan menyamakanku dengan Asher Smith! Pergi sana!”Collin mengumpat pada saudara kembarnya setelah dilepaskan. Dia juga minta maaf pada Angela meski tetap kesal pada Claus. Angela lantas ikut pulang dengan Claus di mobil yang sama. Memikirkan ucapan Collin dan sikap berlebihan Claus.Apa benar Claus cemburu?Angela tanpa sadar tersenyum. Dia ingin disayangi suaminya dengan tulus setelah pernah merasakan dikhianati pria.“Bisa-bisanya kau yang adalah istriku tidak bisa membedakanku! Kau benar-benar mengecewakan,” ucap Claus dingin, membuyarkan lamunan Angela.“Maaf … tapi, mama dan papamu saja terkadang tidak bisa membedakan kalian, Claus. Aku juga baru mengenalmu.”Claus membuang napas kasar. Dia kesal, tapi tiba-tiba memikirkan ide sempurna.“Kau harus belajar membedakanku dengan Collin.” Claus menendang belakang kursi sopir dengan gaya arogan. “Be
‘Kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak?’ batin Angela. Dia hanya duduk mendengar percakapan Collin dengan klien perusahaan.“Bibi Nora, kenapa tidak mampir ke rumah? Mama pasti akan senang bertemu denganmu.” Tampaknya, klien yang mereka temui berhubungan dekat dengan keluarga Smith. Collin sampai memanggilnya bibi dalam pertemuan resmi antara perusahaan mereka.Mendadak, Angela merasa janggal dengan cara bicara Collin. ‘Apakah karena mereka saling mengenal sehingga dia tampak hangat dan ramah?’ Suaminya jarang bersikap seperti itu.“Nanti saja. Aku ada urusan lain dan harus segera pergi setelah ini selesai.”Seperempat jam kemudian, mereka menyelesaikan urusan bisnis mereka. Nora segera berpamitan pulang setelah sekretarisnya membisikkan jadwal selanjutnya.“Sampai bertemu lagi … Claus atau Collin? Ya ampun, sejak tadi aku benar-benar bingung siapa kau?” Nora terkekeh kecil. “Co—Claus, Bibi. Hati-hati di jalan.” Collin hampir lupa sedang bersandiwara di depan Angela. Beruntung, Ang