Jangan nularin pembaca, ya, Ash!
“Ough … terus seperti itu ….” Asher memejamkan mata seraya mencengkeram dan menggerakkan pinggul Laura di atas pahanya. “Kau jadi semakin berani padaku ….” Laura tak mengindahkan kata-kata Asher yang semakin lama kian bertambah vulgar. Dia fokus mencari kenikmatannya sendiri. Namun, Laura segera letih karena posisinya tak nyaman dengan lutut dan kaki yang bersentuhan dengan bebatuan di dasar kolam. “Aku lelah …,” bisik Laura saat tubuhnya ambruk di dada Asher. Asher mengusap lembut rambut Laura dengan tangannya yang basah. Dia menunggu Laura menstabilkan pernapasannya. Lalu berdiri sambil menarik Laura bersamanya. “Putar badanmu,” titah Asher. “Aaahh ….” Laura tersenyum samar ketika merasakan bagian tubuh suaminya di dalam tubuhnya yang lebih terasa dari sebelumnya. Laura menyukai posisinya sekarang hingga suara desahannya tak berhenti memenuhi ruangan itu. Meskipun dia ingin melihat raut muka Asher yang ada di belakangnya.“Anak nakal harus dihukum!” Asher mengumpulkan rambut p
Jika Asher tak mau mengaku kenal wanita yang sebelumnya bertemu di parkiran, Laura masih memakluminya. Karena Laura tak benar-benar tahu, Asher mengenal wanita itu atau tidak. Hanya insting Laura saja yang mengatakan bahwa Asher mengenalnya. Berbeda dari sekarang. Asher dengan tegas mengatakan tak mengenal dekat dengan teman wanitanya yang ada di kota ini. Akan tetapi, dari cara wanita itu bicara, mereka tampak cukup dekat hingga menyuruh Asher menghubunginya sebelum datang. Bahkan, wanita itu akan menyediakan kamar untuk Asher!Sudah jelas jika Asher selalu menemui wanita itu ketika datang di Kota Bloomhorn. Dan untuk pertama kalinya, Laura dapat melihat kegugupan yang ditunjukkan sang suami. Laura jadi semakin marah pada Asher. ‘Dasar pembohong!’ Laura memindai penampilan wanita itu dengan seksama. Wanita itu sepertinya seumuran dengan sang suami. Laura menduga jika Asher dan wanita itu sudah saling mengenal cukup lama.‘Cantik ….’ Laura mendadak merasa rendah diri. Tak ada keri
Alih-alih menjawab pertanyaan Laura, Asher mengecup bibir merah muda sang istri. “Ini sudah malam, tidurlah ….” Laura sangat kecewa karena tahu jika Asher menghindar untuk menjawab. Dia hanya iseng bertanya, tetapi dia jadi semakin penasaran sekarang. “Jawab dulu ….” Asher menarik badan Laura ke dalam pelukannya. Dia sendiri tak tahu jawabannya. Yang Asher ingat, cinta itu begitu menyakitkan hati dan sangat ingin dia hindari. Kenapa harus jatuh cinta di saat Laura telah menjadi milik Asher seutuhnya? “Apa pun yang mendasari pernikahan ini, kita harus saling menghargai dan saling mengandalkan. Kata-kata cinta hanya untuk rayuan para pecinta. Dan kata-kata cinta tidak menjamin akan membuat hubungan rumah tangga kita bisa bertahan selamanya jika tidak ada kepercayaan di antara kita,” balas Asher bijak. Semua yang dikatakan Asher berbanding terbalik dengan keinginannya mendengar ungkapan cinta Laura. Asher baru memikirkan itu setelah Laura balas bertanya tentang perasaannya. Kenapa
Asher baru saja menyusul dan mencari-cari keberadaan istrinya. Dia yang mengatakan jika rumah tangga mereka tak memerlukan kata cinta, tetapi dia segera menyesali ucapannya sendiri. Karena itu, Asher hanya terdiam sambil memikirkan cara supaya bisa memperbaiki situasi yang terlanjur runyam akibat mulutnya. Dia merasa hubungannya dan Laura merenggang sejak membuka mata. “Ugh! Kau bodoh sekali!” maki Asher sambil menepuk mulutnya sendiri.Bahkan, ketika memegang ponsel pun, kepala Asher dipenuhi rencana-rencana agar dapat mencabut kata-katanya, sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya karena Asher selalu memegang ucapannya. Pun ketika Laura berpamitan dengannya, Asher hanya asal menjawab. Dan ketika dia tersadar bahwa Laura tak ada di kamar, Asher kalang kabut mencari Laura di semua tempat. Asher benar-benar tak ingat dengan ucapan Laura ketika berpamitan. Lebih tepatnya, Asher tak mendengarkan Laura. Asher menyisir setiap sudut hotel hingga memaksa petugas keamanan untuk menun
Asher menarik pinggang Laura di saat mereka berjalan kembali ke hotel. Wajahnya berseri-seri menatap istrinya. “Dari mana kau tahu kalau aku lebih suka berdua-duaan di kamar daripada jalan-jalan di luar?” Asher menyeringai padanya. Laura menelan ludah susah payah. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Hanya karena ingin menunjukkan kemesraan mereka di depan wanita yang bisa jadi saingannya, Laura sampai berani berbohong walaupun mengandung banyak kebenaran di dalamnya. Dia baru merasakan dampaknya sekarang. “Itu … aku ….” Laura tergagap-gagap karena tak tahu harus berkata apa untuk menjelaskan pada Asher. Tak mungkin dia mengatakan jika dirinya cemburu! Ya, Laura telah menyadari bahwa dirinya sangat cemburu ketika membayangkan Asher memiliki masa lalu dengan Celine. Apalagi, ada Ashton yang sangat mirip dengan Asher. Laura sangat takut jika Celine dan Asthon akan merebut Asher darinya. “Kau cemburu, bukan?” Laura menggeleng-gelengkan kepala karena tak bisa berbohong pada Asher d
‘Kenapa Ashton bisa ada di kediaman Hughes?’ Laura tampak kebingungan melihat Ashton sudah berdiri di depannya. “Oh … kita bertemu lagi ….” Laura tak tahu jika Asher, Mia, dan Celine menempuh pendidikan di universitas yang sama. Asher tak begitu terkejut melihat anak dari Celine tersebut ada di sana. “Kalian sudah saling mengenal?” Mia melihat Asher seolah bertanya, ‘kau sudah mengenalkan Celine kepada Laura?’ Asher hanya mengangkat bahu meskipun dia dapat menangkap arti tatapan Mia. “Kami tidak sengaja bertemu di jalan.” Laura menjadi tak nyaman karena dia sendiri yang tak tahu apa-apa. “Apa ibumu juga ikut ke sini?” tanya Laura mencoba bersikap tenang. Dalam hati, Laura merasa tak dianggap suaminya. Kenapa masalah sepenting itu tak diceritakan suaminya? Apakah dirinya tak berhak tahu? Apa memang Asher tak menganggap penting dirinya?Asher sudah berbohong dua kali padanya dengan mengatakan tak mengenal Celine. Kenapa harus berbohong? Apa yang mereka sembunyikan darinya? “Paman A
“Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak pernah menganggapmu sebagai pajangan.” Asher duduk di tepi ranjang seraya mengusap kasar wajahnya. Salah apa lagi dirinya sehingga Laura kembali bertingkah? Mereka berdua terdiam cukup lama. Asher terus mengamati gerak-gerik istrinya yang tampak gelisah. Apa kandungannya bermasalah lagi? Tapi, Laura tak menunjukkan tanda-tanda sakit di perutnya. Dia hanya terlihat marah, yang Asher sendiri tak tahu sebabnya. Asher menarik Laura yang melemaskan badan sehingga kepalanya sampai mendongak ketika dipaksa duduk. Asher lantas memegangi tengkuk Laura yang enggan duduk dengan tegak. Laura kembali ambruk ketika Asher melepaskannya. Namun, Asher gegas menangkap Laura lagi sebelum jatuh sepenuhnya di kasur. Ketegangan yang Asher rasakan mendadak hilang. Tingkah Laura terlihat lucu di matanya. Namun, Asher menahan diri agar tak tertawa dan membuat Laura semakin kesal padanya. “Coba katakan padaku … apa yang kau inginkan? Kalau kau tidak bilang apa pun
Laura memang sudah bertekad akan mencintai Asher sejak memutuskan menikah dengannya. Dia tak perlu menutup-nutupi fakta itu dan ingin memperjelas hubungan dalam pernikahan mereka. Sementara itu, Asher gugup setengah mati. Dia merasa menjadi remaja lagi karena situasi saat ini. “Lepaskan aku,” pinta Laura tanpa mendorong Asher. “Sebaiknya, kita segera ke ruang makan. Aku tidak ingin jantungmu meledak karena setiap detik yang aku dengar semakin bertambah kencang.” Sial … Asher lupa tentang debaran gila dalam dadanya. Dia justru mendekatkan telinga Laura sehingga dapat mendengarkannya. “Aku kepanasan! Kau tidak tahu? Suhu tubuh manusia yang meningkat dapat menyebabkan jantung berdetak lebih kencang berkali-kali lipat!” Entah dari mana Asher mendengar teori itu atau hanya asal bicara. “Mana ada yang seperti itu? Lagi pula, ruangan ini sangat dingin karena suhu pendingin ruangan yang rendah.” Laura mengangkat tangan di sela lengan Asher untuk menunjuk arah pendingin ruangan. “Aku kepa