Beranda / CEO / Gelora Hasrat sang Presdir / 72. Kota yang Familiar

Share

72. Kota yang Familiar

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Laura menatap takut wajah pria yang ada tepat di atasnya. Cuping hidung Asher kembang-kempis dengan cepat. Terlihat jelas jika Asher begitu menggebu-gebu menantinya bicara.

“I-Itu … karena-”

“Karena apa?” potong Asher tak sabar.

Laura jadi semakin gugup. Apa yang ingin suaminya dengar? Apakah jika dia mengatakan kalimat yang salah, Asher akan marah atau kecewa padanya?

“Karena … aku istrimu … aku tidak mau suamiku memikirkan wanita lain.” Laura akhirnya mengatakan apa adanya, yang benar-benar ingin diucapkannya.

Mata Asher yang tadinya berbinar-binar jadi sayu, mulutnya melengkung ke bawah dan bahunya melemas. Asher kemudian berbaring miring dan memeluk Laura tanpa merespon istrinya.

‘Apa aku salah bicara? Kenapa dia terlihat kecewa? Lalu apa yang harus aku katakan?’

Laura benar-benar tak mengerti dengan kemauan suaminya, pun dia enggan bertanya karena tahu jika Asher tidak pernah menginginkan apa pun dengan semua yang telah dimilikinya.

Setidaknya, Laura sedikit paham jika Ash
VERARI

Masa iya suamimu nggak punya teman, Lau …

| 20
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Hermin Meki
asik ceritanya
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Mending teman wanita lah Lau, lebih tenang kalau teman wanita... Dari pada teman pria, nanti main anggar... Hehehehehehe...
goodnovel comment avatar
MissR
lanjut thoorr..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   73. Bulan Madu yang Sesungguhnya

    Teman wanita yang seperti apa? Apakah Asher berkencan dengannya? Laura tak bisa tidak memikirkannya. “Selagi kita ada di sini, kenapa kita tidak mengunjungi temanmu?” Laura ingin bertemu dengan teman wanita suaminya, juga ingin tahu hubungan mereka. Sejak pertemuan dengan wanita mencurigakan di parkiran, Laura jadi selalu terganggu saat suaminya menyebut wanita lain. Walaupun Laura sendiri yang bertanya dan curiga tanpa bukti apa pun.“Kenapa kita harus ke sana? Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu. Lagi pula, aku tidak begitu dekat dengannya,” tolak Asher tanpa menatap sang istri. Asher sebelumnya mengatakan bahwa dirinya banyak tahu tentang Kota Bloomhorn karena memiliki teman di kota itu. Namun, baru saja dia bilang jika tak begitu mengenal temannya. Laura memicingkan mata curiga. Kalau benar tak ada hubungan apa pun antara Asher dan teman wanitanya, mengapa Asher menolak bertemu dengannya? “Apa yang kau pikirkan sampai melihatku seperti itu?” Asher dapat membaca dengan

  • Gelora Hasrat sang Presdir   74. Festival

    “Ough … terus seperti itu ….” Asher memejamkan mata seraya mencengkeram dan menggerakkan pinggul Laura di atas pahanya. “Kau jadi semakin berani padaku ….” Laura tak mengindahkan kata-kata Asher yang semakin lama kian bertambah vulgar. Dia fokus mencari kenikmatannya sendiri. Namun, Laura segera letih karena posisinya tak nyaman dengan lutut dan kaki yang bersentuhan dengan bebatuan di dasar kolam. “Aku lelah …,” bisik Laura saat tubuhnya ambruk di dada Asher. Asher mengusap lembut rambut Laura dengan tangannya yang basah. Dia menunggu Laura menstabilkan pernapasannya. Lalu berdiri sambil menarik Laura bersamanya. “Putar badanmu,” titah Asher. “Aaahh ….” Laura tersenyum samar ketika merasakan bagian tubuh suaminya di dalam tubuhnya yang lebih terasa dari sebelumnya. Laura menyukai posisinya sekarang hingga suara desahannya tak berhenti memenuhi ruangan itu. Meskipun dia ingin melihat raut muka Asher yang ada di belakangnya.“Anak nakal harus dihukum!” Asher mengumpulkan rambut p

  • Gelora Hasrat sang Presdir   75. Teman Wanita

    Jika Asher tak mau mengaku kenal wanita yang sebelumnya bertemu di parkiran, Laura masih memakluminya. Karena Laura tak benar-benar tahu, Asher mengenal wanita itu atau tidak. Hanya insting Laura saja yang mengatakan bahwa Asher mengenalnya. Berbeda dari sekarang. Asher dengan tegas mengatakan tak mengenal dekat dengan teman wanitanya yang ada di kota ini. Akan tetapi, dari cara wanita itu bicara, mereka tampak cukup dekat hingga menyuruh Asher menghubunginya sebelum datang. Bahkan, wanita itu akan menyediakan kamar untuk Asher!Sudah jelas jika Asher selalu menemui wanita itu ketika datang di Kota Bloomhorn. Dan untuk pertama kalinya, Laura dapat melihat kegugupan yang ditunjukkan sang suami. Laura jadi semakin marah pada Asher. ‘Dasar pembohong!’ Laura memindai penampilan wanita itu dengan seksama. Wanita itu sepertinya seumuran dengan sang suami. Laura menduga jika Asher dan wanita itu sudah saling mengenal cukup lama.‘Cantik ….’ Laura mendadak merasa rendah diri. Tak ada keri

  • Gelora Hasrat sang Presdir   76. Bukan Jawaban

    Alih-alih menjawab pertanyaan Laura, Asher mengecup bibir merah muda sang istri. “Ini sudah malam, tidurlah ….” Laura sangat kecewa karena tahu jika Asher menghindar untuk menjawab. Dia hanya iseng bertanya, tetapi dia jadi semakin penasaran sekarang. “Jawab dulu ….” Asher menarik badan Laura ke dalam pelukannya. Dia sendiri tak tahu jawabannya. Yang Asher ingat, cinta itu begitu menyakitkan hati dan sangat ingin dia hindari. Kenapa harus jatuh cinta di saat Laura telah menjadi milik Asher seutuhnya? “Apa pun yang mendasari pernikahan ini, kita harus saling menghargai dan saling mengandalkan. Kata-kata cinta hanya untuk rayuan para pecinta. Dan kata-kata cinta tidak menjamin akan membuat hubungan rumah tangga kita bisa bertahan selamanya jika tidak ada kepercayaan di antara kita,” balas Asher bijak. Semua yang dikatakan Asher berbanding terbalik dengan keinginannya mendengar ungkapan cinta Laura. Asher baru memikirkan itu setelah Laura balas bertanya tentang perasaannya. Kenapa

  • Gelora Hasrat sang Presdir   77. Saling Mengenal

    Asher baru saja menyusul dan mencari-cari keberadaan istrinya. Dia yang mengatakan jika rumah tangga mereka tak memerlukan kata cinta, tetapi dia segera menyesali ucapannya sendiri. Karena itu, Asher hanya terdiam sambil memikirkan cara supaya bisa memperbaiki situasi yang terlanjur runyam akibat mulutnya. Dia merasa hubungannya dan Laura merenggang sejak membuka mata. “Ugh! Kau bodoh sekali!” maki Asher sambil menepuk mulutnya sendiri.Bahkan, ketika memegang ponsel pun, kepala Asher dipenuhi rencana-rencana agar dapat mencabut kata-katanya, sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya karena Asher selalu memegang ucapannya. Pun ketika Laura berpamitan dengannya, Asher hanya asal menjawab. Dan ketika dia tersadar bahwa Laura tak ada di kamar, Asher kalang kabut mencari Laura di semua tempat. Asher benar-benar tak ingat dengan ucapan Laura ketika berpamitan. Lebih tepatnya, Asher tak mendengarkan Laura. Asher menyisir setiap sudut hotel hingga memaksa petugas keamanan untuk menun

  • Gelora Hasrat sang Presdir   78. Mengunjungi Teman Asher

    Asher menarik pinggang Laura di saat mereka berjalan kembali ke hotel. Wajahnya berseri-seri menatap istrinya. “Dari mana kau tahu kalau aku lebih suka berdua-duaan di kamar daripada jalan-jalan di luar?” Asher menyeringai padanya. Laura menelan ludah susah payah. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Hanya karena ingin menunjukkan kemesraan mereka di depan wanita yang bisa jadi saingannya, Laura sampai berani berbohong walaupun mengandung banyak kebenaran di dalamnya. Dia baru merasakan dampaknya sekarang. “Itu … aku ….” Laura tergagap-gagap karena tak tahu harus berkata apa untuk menjelaskan pada Asher. Tak mungkin dia mengatakan jika dirinya cemburu! Ya, Laura telah menyadari bahwa dirinya sangat cemburu ketika membayangkan Asher memiliki masa lalu dengan Celine. Apalagi, ada Ashton yang sangat mirip dengan Asher. Laura sangat takut jika Celine dan Asthon akan merebut Asher darinya. “Kau cemburu, bukan?” Laura menggeleng-gelengkan kepala karena tak bisa berbohong pada Asher d

  • Gelora Hasrat sang Presdir   79. Pajangan

    ‘Kenapa Ashton bisa ada di kediaman Hughes?’ Laura tampak kebingungan melihat Ashton sudah berdiri di depannya. “Oh … kita bertemu lagi ….” Laura tak tahu jika Asher, Mia, dan Celine menempuh pendidikan di universitas yang sama. Asher tak begitu terkejut melihat anak dari Celine tersebut ada di sana. “Kalian sudah saling mengenal?” Mia melihat Asher seolah bertanya, ‘kau sudah mengenalkan Celine kepada Laura?’ Asher hanya mengangkat bahu meskipun dia dapat menangkap arti tatapan Mia. “Kami tidak sengaja bertemu di jalan.” Laura menjadi tak nyaman karena dia sendiri yang tak tahu apa-apa. “Apa ibumu juga ikut ke sini?” tanya Laura mencoba bersikap tenang. Dalam hati, Laura merasa tak dianggap suaminya. Kenapa masalah sepenting itu tak diceritakan suaminya? Apakah dirinya tak berhak tahu? Apa memang Asher tak menganggap penting dirinya?Asher sudah berbohong dua kali padanya dengan mengatakan tak mengenal Celine. Kenapa harus berbohong? Apa yang mereka sembunyikan darinya? “Paman A

  • Gelora Hasrat sang Presdir   80. Keinginan Asher

    “Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak pernah menganggapmu sebagai pajangan.” Asher duduk di tepi ranjang seraya mengusap kasar wajahnya. Salah apa lagi dirinya sehingga Laura kembali bertingkah? Mereka berdua terdiam cukup lama. Asher terus mengamati gerak-gerik istrinya yang tampak gelisah. Apa kandungannya bermasalah lagi? Tapi, Laura tak menunjukkan tanda-tanda sakit di perutnya. Dia hanya terlihat marah, yang Asher sendiri tak tahu sebabnya. Asher menarik Laura yang melemaskan badan sehingga kepalanya sampai mendongak ketika dipaksa duduk. Asher lantas memegangi tengkuk Laura yang enggan duduk dengan tegak. Laura kembali ambruk ketika Asher melepaskannya. Namun, Asher gegas menangkap Laura lagi sebelum jatuh sepenuhnya di kasur. Ketegangan yang Asher rasakan mendadak hilang. Tingkah Laura terlihat lucu di matanya. Namun, Asher menahan diri agar tak tertawa dan membuat Laura semakin kesal padanya. “Coba katakan padaku … apa yang kau inginkan? Kalau kau tidak bilang apa pun

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status