Kata cinta yang tidak perlu diucapkan dengan kata-kata, biarlah kartu hitam yang bicara 😆😆
Asher baru saja menyusul dan mencari-cari keberadaan istrinya. Dia yang mengatakan jika rumah tangga mereka tak memerlukan kata cinta, tetapi dia segera menyesali ucapannya sendiri. Karena itu, Asher hanya terdiam sambil memikirkan cara supaya bisa memperbaiki situasi yang terlanjur runyam akibat mulutnya. Dia merasa hubungannya dan Laura merenggang sejak membuka mata. “Ugh! Kau bodoh sekali!” maki Asher sambil menepuk mulutnya sendiri.Bahkan, ketika memegang ponsel pun, kepala Asher dipenuhi rencana-rencana agar dapat mencabut kata-katanya, sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya karena Asher selalu memegang ucapannya. Pun ketika Laura berpamitan dengannya, Asher hanya asal menjawab. Dan ketika dia tersadar bahwa Laura tak ada di kamar, Asher kalang kabut mencari Laura di semua tempat. Asher benar-benar tak ingat dengan ucapan Laura ketika berpamitan. Lebih tepatnya, Asher tak mendengarkan Laura. Asher menyisir setiap sudut hotel hingga memaksa petugas keamanan untuk menun
Asher menarik pinggang Laura di saat mereka berjalan kembali ke hotel. Wajahnya berseri-seri menatap istrinya. “Dari mana kau tahu kalau aku lebih suka berdua-duaan di kamar daripada jalan-jalan di luar?” Asher menyeringai padanya. Laura menelan ludah susah payah. Keringat mulai bercucuran di dahinya. Hanya karena ingin menunjukkan kemesraan mereka di depan wanita yang bisa jadi saingannya, Laura sampai berani berbohong walaupun mengandung banyak kebenaran di dalamnya. Dia baru merasakan dampaknya sekarang. “Itu … aku ….” Laura tergagap-gagap karena tak tahu harus berkata apa untuk menjelaskan pada Asher. Tak mungkin dia mengatakan jika dirinya cemburu! Ya, Laura telah menyadari bahwa dirinya sangat cemburu ketika membayangkan Asher memiliki masa lalu dengan Celine. Apalagi, ada Ashton yang sangat mirip dengan Asher. Laura sangat takut jika Celine dan Asthon akan merebut Asher darinya. “Kau cemburu, bukan?” Laura menggeleng-gelengkan kepala karena tak bisa berbohong pada Asher d
‘Kenapa Ashton bisa ada di kediaman Hughes?’ Laura tampak kebingungan melihat Ashton sudah berdiri di depannya. “Oh … kita bertemu lagi ….” Laura tak tahu jika Asher, Mia, dan Celine menempuh pendidikan di universitas yang sama. Asher tak begitu terkejut melihat anak dari Celine tersebut ada di sana. “Kalian sudah saling mengenal?” Mia melihat Asher seolah bertanya, ‘kau sudah mengenalkan Celine kepada Laura?’ Asher hanya mengangkat bahu meskipun dia dapat menangkap arti tatapan Mia. “Kami tidak sengaja bertemu di jalan.” Laura menjadi tak nyaman karena dia sendiri yang tak tahu apa-apa. “Apa ibumu juga ikut ke sini?” tanya Laura mencoba bersikap tenang. Dalam hati, Laura merasa tak dianggap suaminya. Kenapa masalah sepenting itu tak diceritakan suaminya? Apakah dirinya tak berhak tahu? Apa memang Asher tak menganggap penting dirinya?Asher sudah berbohong dua kali padanya dengan mengatakan tak mengenal Celine. Kenapa harus berbohong? Apa yang mereka sembunyikan darinya? “Paman A
“Kenapa kau bicara seperti itu? Aku tidak pernah menganggapmu sebagai pajangan.” Asher duduk di tepi ranjang seraya mengusap kasar wajahnya. Salah apa lagi dirinya sehingga Laura kembali bertingkah? Mereka berdua terdiam cukup lama. Asher terus mengamati gerak-gerik istrinya yang tampak gelisah. Apa kandungannya bermasalah lagi? Tapi, Laura tak menunjukkan tanda-tanda sakit di perutnya. Dia hanya terlihat marah, yang Asher sendiri tak tahu sebabnya. Asher menarik Laura yang melemaskan badan sehingga kepalanya sampai mendongak ketika dipaksa duduk. Asher lantas memegangi tengkuk Laura yang enggan duduk dengan tegak. Laura kembali ambruk ketika Asher melepaskannya. Namun, Asher gegas menangkap Laura lagi sebelum jatuh sepenuhnya di kasur. Ketegangan yang Asher rasakan mendadak hilang. Tingkah Laura terlihat lucu di matanya. Namun, Asher menahan diri agar tak tertawa dan membuat Laura semakin kesal padanya. “Coba katakan padaku … apa yang kau inginkan? Kalau kau tidak bilang apa pun
Laura memang sudah bertekad akan mencintai Asher sejak memutuskan menikah dengannya. Dia tak perlu menutup-nutupi fakta itu dan ingin memperjelas hubungan dalam pernikahan mereka. Sementara itu, Asher gugup setengah mati. Dia merasa menjadi remaja lagi karena situasi saat ini. “Lepaskan aku,” pinta Laura tanpa mendorong Asher. “Sebaiknya, kita segera ke ruang makan. Aku tidak ingin jantungmu meledak karena setiap detik yang aku dengar semakin bertambah kencang.” Sial … Asher lupa tentang debaran gila dalam dadanya. Dia justru mendekatkan telinga Laura sehingga dapat mendengarkannya. “Aku kepanasan! Kau tidak tahu? Suhu tubuh manusia yang meningkat dapat menyebabkan jantung berdetak lebih kencang berkali-kali lipat!” Entah dari mana Asher mendengar teori itu atau hanya asal bicara. “Mana ada yang seperti itu? Lagi pula, ruangan ini sangat dingin karena suhu pendingin ruangan yang rendah.” Laura mengangkat tangan di sela lengan Asher untuk menunjuk arah pendingin ruangan. “Aku kepa
Mia mengangguk pada Kate, tanda menyuruhnya untuk mengajak Ashton pergi dari sana. Dia tak ingin anak Celine akan salah paham dengan situasi sekarang. Sementara ibu bocah tampan itu sedang tertegun oleh kata-kata Asher. Dia pikir, telinganya keliru mendengar suara yang keluar dari mulut Asher. “A-Asher … kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau sudah melupakan hubungan kita? Kau bilang-” “Mia, istriku sudah lapar. Kau mengundang kami bukan untuk meladeni orang asing, bukan?” Suara Asher semakin rendah dan terdengar ketus. Dia bahkan tak sudi melihat wajah Celine yang berkerut hampir menangis. “Tidak! Aku benar-benar sudah melarangnya untuk bicara denganmu, Ash. Maafkan aku.” Mia segera keluar, lalu mengajak Asher dan Laura meninggalkan tempat itu. “Celine, datanglah lain waktu dan jangan lupa mengabariku lebih dulu.” Celine menggeleng-geleng pelan. Dia tak mendengar ucapan Mia. Hanya kata-kata menyakitkan Asher sebelumnya yang terus bergema di kepala. Asher memang jarang bersikap
“Maafkan aku. Tapi, aku tidak pernah berniat mengkhianatimu. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku,” pinta Celine dengan tatapan memelas. Asher melirik singkat wanita itu. Dia ingin tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Celine. Setelah kepergian Celine yang mendadak dan tanpa kabar, Asher segera mencari keberadaannya. Dia tak tinggal diam dan ingin tahu, kenapa Celine tiba-tiba meninggalkan dirinya? Asher pun sempat merasa terpuruk setelah kepergian Celine. Namun, ketika Asher mengetahui alasan kepergiannya, Asher berubah membenci wanita itu. Dari semua informasi yang dikumpulkannya, Nathan, sepupu Asher telah melakukan hubungan badan dengan Celine di belakangnya. Asher yang marah besar pada sepupunya, segera mencari-cari Nathan yang tiba-tiba ikut menghilang. “Nathan sengaja melakukan itu padaku karena dia iri denganmu. Dia memberiku obat dan membawaku ke hotel malam itu. Aku berusaha menghubungimu, kau harusnya ingat itu … tapi, kau tidak menjawab panggi
Asher adalah pengusaha hebat yang dikenal dapat mengubah suatu masalah yang akan merugikan jadi peluang besar. Rupanya, pria itu juga bisa melakukannya bukan hanya dalam masalah bisnis, namun juga urusan asmara.Nyatanya, dengan beberapa kalimat Asher yang dilebih-lebihkan, Laura semakin liar ketika melayaninya. Asher sampai kelelahan semalam suntuk melayani godaan sang istri. “Jangan tergoda pada wanita mana pun. Kau sudah berjanji akan mencintaiku kalau aku juga memberikan hatiku.” Laura memeluk Asher yang masih berkeringat dengan sangat erat. Asher tersenyum-senyum di atas puncak kepala Laura. “Baiklah. Kau berhasil menambah sedikit rasa cintaku.” Laura mendongak, Asher pun langsung mengubah lekuk bibirnya kembali datar. “Hanya bertambah sedikit?” protes Laura. Asher menepuk bibirnya sendiri dengan telunjuk. “Aku akan menambah sedikit lagi.” “Tapi, aku lelah. Kau tidak khawatir dengan bayi kita?” “Aku hanya menyentuh bibirku. Kenapa kau jadi berpikir lebih? Jangan terlalu bers