Share

335. Figuran

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-04 14:32:10
Alan memaki dalam hati. Kenapa dia harus bertemu dengan mantan tunangannya di tempat yang akan digunakan untuk menenangkan pikiran?

Hillary justru semakin lahap mencium pria itu. Alan mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar.

“Siapa pria itu? Bukankah dia sedang dekat dengan Mark?”

Terakhir bertemu Hillary, wanita itu jelas-jelas menggandeng mesra Mark. Sekarang, Hillary berkencan dengan pria lain lagi.

“Untuk apa aku memikirkannya?” gerutu Alan sambil menghempaskan badan ke atas kasur.

Tak berselang lama, Paulo dan Gerry datang membawa makanan ringan dan beberapa kaleng bir. Alan langsung keluar dari kamar supaya mereka tak perlu melihat adegan senonoh di sebelah, apalagi pelakunya adalah mantan tunangannya sendiri.

“Kau kenal dengan orang-orang di sini?” tanya Alan kepada Paulo.”

“Tidak. Aku hanya membeli tempat ini waktu harganya masih murah untuk disewakan. Suatu saat nanti, aku akan tinggal di sini bersama istriku, yang mungkin sedang berkencan dengan pria lain sekarang.” Pa
VERARI

V : Udah menjelang sesi akhir. Akhirnya akan selesai 🙃 A : Katakan sekali lagi!! Kau ingin berhenti menulis tentang hidupku? *menatap tajam sambil mengambil pisau V : 🥶🥶

| 10
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
ind ri
engga ah ka, karna mata dia g setajam elang hehe kurang galak
goodnovel comment avatar
Deren
jan tamat dulu lah thor, ada konflik dikit² yg ga terlalu berat juga gpp.. jatuh cinta banget akutu sama Lasher, belum mau tamat... huahuaaa... :(
goodnovel comment avatar
Bhuncies
jangan tamat dulu, udah jatuh cinta sama lasher ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   336. Tawa Lepas

    “Kak Alan, kenapa duduk sendiri di sini?” Rachel membawakan makanan ringan untuk Alan. Dave saat ini sedang mengantar Fionna ke kamar kecil. Rachel jadi punya kesempatan mencari tahu tentang kepribadian Alan. Rachel tak ingin membuat Dave berpikir bahwa dirinya sejenis gadis lain yang suka menggoda pria. Untuk saat ini, Rachel hanya penasaran kepada pria yang lebih bersinar dari emas di sampingnya. Biarpun tertarik kepada Alan, Rachel perlu menyelidiki sifat dan perilakunya. Lagi pula, Rachel hanya menyukai Alan dan belum mau berpacaran. Perjalanannya masih panjang untuk mengenal cinta. Dia ingin memilih-milih pria yang tepat menyanding dirinya kelak dan tak mau terburu-buru memutuskan bahwa ketertarikannya merupakan cinta. ‘Suka dan cinta itu berbeda,’ batin Rachel membenarkan diri sendiri. “Beginilah aku. Seperti lubang hitam di antara jutaan bintang-bintang di angkasa.” Alan terkesiap ketika menyadari dirinya tak sengaja mengungkap isi di hati. “Maksudku, aku memang suka duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04
  • Gelora Hasrat sang Presdir   337. Tetangga

    [Selamat bekerja, Kak. Semoga harimu menyenangkan.] Alan tersenyum melihat pesan singkat dari Rachel. Dia bahkan baru saja bangun dan belum siap-siap bekerja. Teringat dengan dugaan tentang Rachel yang mungkin menyukai dirinya, senyuman itu memudar. Alan dilema .... Dia ingin membalas pesan Rachel karena tak suka mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Namun, jika dia terus bertukar pesan dengan Rachel, bagaimana jika tebakannya benar? Alan tak mau memberi harapan palsu kepada gadis itu. “Yang benar saja, Alan Ruiz. Dia masih sekolah.” Namun, bukankah sebentar lagi Rachel lulus sekolah? Alan menampar pipinya sendiri. Malu oleh pemikiran sempit ketika membayangkan dirinya akan berhubungan dengan gadis yang terlalu muda darinya. Tetapi, bukankah semalam dia mengatakan kepada Dave, bahwa usia yang terpaut jauh tak akan berpengaruh apa pun dalam hubungan asmara? Seperti Jake dan Carla, maupun Asher dan Laura .... “Argh!” Alan berguling seraya menggosok wajahnya dengan bantal. Dia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Gelora Hasrat sang Presdir   338. Kebetulan yang Betul

    Telapak tangan Hillary terasa perih setelah menampar pipi Alan. Dia segera menyesal karena bertindak terlewat batas. Di depan Hillary, Alan mengepalkan tangan dengan wajah memerah. Seumur hidupnya, baru sekali ini dia ditampar orang. Bahkan, Ben dan Pamela pun tak pernah main tangan saat dirinya melakukan kesalahan. Dan sekarang, dia tak merasa berbuat apa pun yang merugikan Hillary, tetapi wanita itu berani menamparnya. Jika di hadapannya saat ini bukanlah seorang wanita, Alan pasti akan membalas tamparan itu. Segila apa pun dirinya, tak mungkin dia melukai wanita. Itulah yang diajarkan kedua orang tuanya. Meski sebelumnya dia hanya tak suka dengan kepribadian Hillary, Alan jadi benar-benar membencinya. “Kau ... pergi dari sini sekarang,” geram Alan dengan merendahkan suara. Hillary terkesiap melihat cara Alan menatap dirinya. Selama bertunangan dengan Alan, pria itu selalu tersenyum meskipun tak menyukai sesuatu. Kalaupun marah, Alan tak akan menunjukkan ekspresi dingin seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Gelora Hasrat sang Presdir   339. Bukan Kencan

    ‘Aku berdebar-debar karena gadis kecil ini? Yang benar saja, Alan Ruiz!’ Alan ingin menampar diri sendiri supaya tersadar, tetapi tak mungkin dia lakukan di depan Rachel. “Kak Alan? Tidak jadi memesan makanan?” Rachel mengguncang tangan Alan yang bertengger di meja. ‘Sial! Kenapa halus sekali tangannya? Ya ampun, dia masih seperti bayi, Alan! Tentu saja tangannya halus!’ “Kak Alan!?” Alan tersentak dan segera menarik tangannya. Dia merasakan tanda-tanda bahaya jika terus bersentuhan dengan Rachel. “A-ah, iya ... sebentar Kakak pilihkan.” Rachel mengikik geli melihat Alan gemetaran memegang daftar menu hingga terbalik. “Kak Alan suka teka-teki?” “Maksudnya?” “Itu ... yang sedang Kakak pegang terbalik.” Rachel ingin tertawa terbahak-bahak, tetapi dia menahan diri agar tetap terlihat tenang. Alan gegas membalik daftar menu dengan gerakan gugup. ‘Memalukan sekali .... Argh!!!’ “Aku lihat, wajah Kak Alan tadi terlihat kusut sekali waktu jalan dengan temanmu. Kakak sedang ada masal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06
  • Gelora Hasrat sang Presdir   340. Dimabuk Cinta

    “Sayang ... angkat dulu ... teleponnya ...,” suruh Laura dengan napas tersengal-sengal. Suara nyaring di ponsel Asher terdengar hampir tiga puluh menit lamanya. Asher tak berniat menjawab selagi dirinya masih berolahraga panas dengan Laura di atas ranjang. Hingga suara panggilan mati dengan sendirinya. Asher melumat bibir Laura agar dirinya kembali fokus saat ponselnya kembali berdering. Dia menggeram marah dan mempercepat pergerakan badan hingga membuat Laura memekik tertahan oleh bibirnya. “Sial,” umpat Asher selagi menikmati puncak kepuasan. Dia gegas menyambar ponsel di nakas dengan posisi badan yang masih sama, tanpa melepaskan Laura yang meronta-ronta di bawah kuasanya. “Minggir dulu!” Laura mendorong dada Asher meskipun sia-sia belaka. Asher mengabaikan Laura, tetapi tetap menatapnya. Dia mengangkat telepon Hillary dengan dada kembang-kempis. “Kau tidak tahu jam berapa sekarang!?” bentak Asher. Waktu masih menunjukkan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Belum terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Gelora Hasrat sang Presdir   341. Mimpi Indah

    “Sebelum minta tolong pada orang yang tidak mengenalmu, bukankah kau harus memperkenalkan diri lebih dulu?” “Aku Cindy, kekasih mantan tunanganmu. Sebaiknya kita bicara secara langsung saja. Aku mohon ....” Cindy menangkup tangan di depan dada penuh permohonan. “Tidak kita bicara dari sini saja.” Alan kembali duduk di kursi balkon yang dekat dari penyekat. Alan selalu merasa dirinya memiliki masalah besar dengan kepribadiannya. Bukan hal yang buruk, tetapi cukup merepotkan. Dia tak bisa mengabaikan orang yang terlihat menyedihkan dan patut dikasihani. Cindy mengeluarkan air mata tanpa suara dan tiada henti. Dengan terpaksa, Alan mau mendengar wanita itu meski enggan. Namun, mereka hanya bicara dari balkon masing-masing. Alan juga ingin tahu, bagaimana bisa wanita itu mengenal dirinya? Sementara Alan baru saja pindah di apartemen itu. Dia pun tidak setiap waktu pulang ke sana. “Kau tiba-tiba memanggil namaku, sedangkan aku masih baru di sini. Dari mana kau tahu tentangku?” selidi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Gelora Hasrat sang Presdir   342. Alan Sakit

    Rachel tercenung sambil menatap kosong Emma yang sedang menata bekal makan siang untuknya. Selama tinggal bersama Emma dan Theo dulu, dia selalu dibuatkan bekal makan siang dan uang saku meskipun selalu menolak. Emma sepertinya sedang belajar mengasuh anak dengan Rachel. Sama seperti Theo, yang meskipun sering membuat Rachel kesal, dia tetap memperlakukan Rachel seperti anaknya walau gadis itu sudah belasan tahun. Namun, bukan itu yang menjadikan gadis itu termenung sambil menghela napas berulang-ulang. Bayangkan saja jika pria yang dia sukai, ternyata memiliki sisi yang agak ... memalukan. Bagaimana mungkin pria dewasa seperti Alan masih mengompol? ‘Apa Kak Alan sakit?’ “Rachel, kau melamunkan apa dari tadi?” Emma membuyarkan lamunan Rachel. “Aku tidak melamun ....” Tak mungkin Rachel bertanya kepada Emma. Bisa-bisa Alan membenci dirinya karena menyebarkan aibnya. “Kalau ada masalah, ceritakan padaku. Apa kau gugup menanti nilai ujianmu?” Rachel tersenyum tanggung. “Tidak, Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08
  • Gelora Hasrat sang Presdir   343. Pria Idola

    Bola mata Dave bergetar saat membaca namanya yang biasa ada di daftar urutan teratas, kini bergeser di bawah nama Rachel. Dia membuka sedikit mulut hingga lupa menangkupkannya lagi. Rachel menatap iba teman sekaligus saingannya. “Maafkan aku, Dave. Kau sudah belajar keras, tetapi aku merebut posisimu.” Bukan itu masalah Dave saat ini. Tak masalah dia meraih peringkat kedua. Dia tak akan rugi apa pun, selama masih bisa diterima di universitas yang diinginkannya. Akan tetapi, rencana Dave menjerat Rachel akhirnya gagal. Mereka mungkin tak akan pernah bertemu lagi. Rachel mungkin akan kembali ke negaranya untuk melanjutkan kuliah. Dan yang lebih parah, Rachel bisa menikah dengan Alan, bahkan sebelum dirinya menunjukkan kesuksesan. Meski hari ini sangat cerah dengan langit biru di luar sana, tampaknya Dave tetap sedang mengalami mimpi buruk. Dia sangat kecewa dan merasa tak berdaya. “Dave, jangan menangis ....” Rachel menunjukkan ekspresi prihatin meski batinnya tertawa jahat. ‘Akhir

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-08

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status