Katanya nggak peduli sama Kevin.... 🙄
Menggantikan sang atasan yang masih di luar kota, Alan pergi ke perusahaan Hartley untuk mengurus kerja sama yang terjalin sejak lama. Alan biasanya menemui karyawan yang bertanggung jawab pada kerja sama perusahaan mereka. Namun, hari ini dia diundang langsung untuk menemui presiden direktur. Dia pun tak menyangka jika Laura yang duduk di kursi kebesaran, bukan Simon maupun Jake. “Asher mengizinkanmu bekerja? Lalu bagaimana dengan Claus dan Collin?” tanya Alan setelah menyesap kopi. Sejak lima tahun bekerja sama, baru pertama ini Alan disambut hangat hingga dijamu makanan dan minuman saat datang ke perusahaan Hartley. “Aku akan pulang sebelum makan siang dan Papa yang akan menggantikanku. Akhir-akhir ini, Papa sering sakit-sakitan.” “Paman Simon sakit apa?” Laura menghela napas. “Tidak tahu. Dadanya sering sakit. Waktu itu, aku sudah menemani Papa periksa lengkap di rumah sakit, tetapi tidak ada masalah kesehatan tertentu. Walaupun Papa pikir dia mengidap penyakit jantung, tapi
“Bukankah masa ujian sudah berakhir? Kau pasti punya banyak waktu luang.” Julian menatap Rachel prihatin. Rachel ingin sekali membungkam mulut pamannya. Tuduhan itu begitu jauh dari kenyataan. Dia hanya menyuruh orang mengamati Alan dan siapa saja wanita yang berhubungan dengannya. Tanpa sengaja, salah satu anak buah Rachel mengambil gambar Alan dan wanita bernama Cindy saat mereka berdiri di balkon. Rachel hanya menganalisa dari foto, di mana Cindy tampak menangis sambil bertatapan dengan Alan. Sejak mengetahui pertengkaran Alan dengan Hillary, Rachel dengan mudah menghubungkan situasi dan hubungan mereka. Namun, apa kata pamannya barusan? Berkunjung di apartemen Alan? Rachel juga mau, tetapi dia tidak akan pernah melakukannya sekarang. Meski tahu bahwa Alan pria lurus, Rachel tetap perlu waspada kepada pria dewasa. Kecuali saat di kediaman Ruiz, Pamela sungguh menyuruh Rachel membangunkan Alan. Ketertarikan Rachel kepada Alan belum dapat membuat Rachel seratus persen yakin bahwa
‘Kenapa situasinya jadi kacau seperti ini?’ batin Alan gugup hingga badannya keringat dingin. Alan Ruiz adalah pria yang pernah akan menghajar Asher Smith dan menantangnya demi Laura. Dia sudah terbiasa menghadapi Asher dan tak merasa gentar sedikit pun. Akan tetapi, pria yang kini duduk sambil menyesap kopi hitam dari cangkir mahal milik Pamela agak berbeda. Alan tak pernah sekali pun berurusan dengan Rangga Cakrawala dan tak begitu mengenalnya secara pribadi. Dia hanya pernah mendengar sosok Rangga dari beberapa orang di sekitarnya. Termasuk dari Pamela dan Emma yang selalu memuji Rangga. Namun, Alan mengesampingkan dua wanita yang hanya senang melihat wajah tampan itu. Konon, kata para pebisnis yang mengenal Rangga, pria itu sangat bengis dalam melawan para musuhnya. Dengan perangai yang tampak seperti air tenang, Rangga dapat menjadi ombak besar yang dapat menghanyutkan seluruh daratan ketika keluarganya terusik. Bahkan, Alan pernah mendengar dari temannya yang suka bergunjing
Di luar ruangan itu, Emma dan kedua orang tuanya turut mendengar pernyataan Alan yang mengguncang jiwa. Mereka terkejut bukan main. Tak ada yang pernah menyangka atau menduga bahwa Alan akan seberani itu. Bukan hanya itu saja. Kaki Pamela sampai lemas dan gemetaran hingga hampir jatuh jika Benjamin tak menangkap tubuhnya. “Jadi, kekasih yang Alan maksud adalah Rachel? Sejak kapan?” Pamela masih belum pulih dari keterkejutan. “Dasar, anak nakal itu! Bagaimana bisa dia ingin menjadikan Rachel sebagai istrinya? Apa dia tidak pernah bercermin!?” “Sabar, Mama ....” Benjamin pun tak dapat menanggapi sang istri dengan benar, kecuali menenangkannya. Tak ada yang tak terkejut oleh pengakuan Alan.“Aku ... tidak keberatan jika Rachel jadi adik iparku,” gumam Emma. Pamela menampar punggung Emma. “Apa kau juga kehilangan akalmu? Ibaratnya, Rachel masih bayi dan Alan sudah seperti kakek-kakek! Malangnya nasib Rachel kalau menjadi istri Alan!” Jadi, yang dikhawatirkan Pamela bukanlah putranya,
“Apa kau tahu yang Alan Ruiz katakan tadi? Dia dengan berani mengungkap perasaan cintanya, dan berniat menunggu Rachel hingga dewasa agar bisa menikahinya! Dia bahkan memanggilku ayah mertua! Kurang ajar sekali!” Rangga masih mengepalkan tangan dengan erat. Mengingat wajah Alan membuat dirinya ingin memukul sesuatu. “Wah ... aku tidak menyangka Alan orang yang sangat kotor pikirannya!” geram Asher. Asher membayangkan jika Alan sedang berencana menodai gadis suci. Pikiran buruknya tak terkendali setelah mendengar cerita Rangga. Kedua pria penguasa itu pun, akhirnya berangkat ke bandara sambil memaki Alan bersahut-sahutan. Baik Laura, Julian, dan Rachel hanya bisa saling memandang sarat makna. Asher maupun Rangga bukan pria yang banyak bicara, kecuali dengan istri mereka. Namun, saat menemukan teman sejenis dan sepemikiran, mereka bisa mengoceh panjang lebar, yang isinya hanya kemarahan pada Alan Ruiz. ‘Diam itu emas. Jangan melawan dua singa yang sedang mengamuk, apalagi mereka pu
Di tempat lain, Asher sedang merayu Laura agar diizinkan mengunjungi kediaman sang mantan. “Ada penjahat di rumah perempuan itu, Sayang. Aku ingin berkunjung dan menyapa penjahat itu sebentar.” “Aku mau ikut!” Laura juga sudah mengatakan berulang kali. Dia ingin ikut bersama Asher. Celine berbeda dari Rachel. Wanita itu benar-benar pernah menjalin kisah kasih masa muda bersama Asher. Laura khawatir jika Celine akan besar kepala didatangi Asher dan kembali menaruh hati pada suaminya. “Kau tidak boleh ikut! Terlalu bahaya jika kau ikut denganku! Apa kau mau melihatku hancur? Aku akan pergi bersama Julian. Kau bisa menjadikan Julian mata dan telinga untuk mengawasiku. Bukankah kalian jadi akrab akhir-akhir ini?” Laura terkesiap. Julian memang sering berkunjung sejak Rangga tak ada. Dia, Julian, dan Hanna sering bercerita banyak hal, tertawa bersama, juga membicarakan masalah wanita yang tak dapat dikatakan kepada Asher. Bersama Julian, Laura seperti menemukan sosok kakak yang hilang,
Hillary Smith di mata Alan dulu cukup menarik. Wanita itu punya kepribadian tegas dan ambisius. Punya semangat besar untuk memajukan bisnisnya.Lagi pula, Alan tahu jika dulu Laura tak mencintai dirinya. Alan akan mencoba untuk menerima statusnya yang telah menjadi tunangan Hillary. Pada dasarnya, Alan tak suka mempermainkan suatu hubungan. Itulah salah satu yang membuat Alan bertahan. Alan pikir, Hillary mau bertunangan dengannya karena tertarik padanya meski hanya sedikit. Malu oleh perasaannya sendiri dan bersikap tak menyenangkan, seperti Asher kepada Laura di awal mereka bersama. Namun, pemikiran itu langsung hilang begitu Alan tahu bahwa Asher memberikan Hillary salah satu aset Smith Group agar mau bertunangan dengannya. Hillary pun hanya bersikap baik padanya di saat ada keluarga besar mereka berkumpul.Alan masih bertahan dalam pertunangan yang tanpa arti itu. Juga untuk menunjukkan bahwa Laura tak merasa bersalah padanya. Meski kecewa karena Hillary ternyata sejak awal han
Benda berkilauan memantul di manik Alan. Meskipun hanya sekecil kuku kelingking, tetapi Alan tahu kelangkaan dan kisaran harganya. “Kau memberiku ini?” Alan tak ingin menyentuh benda berharga itu. Jika sampai tergelincir dari tangannya, kemudian hilang ... Alan sudah pasti harus menjual peternakan Keluarga Ruiz untuk menggantinya. “Ayah membelikan ini saat ulang tahunku yang ke-sepuluh tahun. Aku ingin kak Alan menyimpannya-” “Maaf, Rachel!” sela Alan, “Aku tidak bisa menerimanya! I-ini hadiah dari ayahmu. Kau tidak seharusnya memberikan ini padaku ....” “Ya sudah kalau Kak Alan tidak mau. Padahal, aku berniat menitipkan pada Kak Alan sampai lulus kuliah di sini.” Rachel tersenyum sendu. “Ternyata, Kak Alan tidak tertarik padaku ....” Sebelumnya, Julian sudah mengatakan kepada Rachel tentang pembicaraan Rangga dan Alan. Dia senang sekali mendengar Alan dengan tegas menginginkan dirinya. Akan tetapi, keputusan Rangga merupakan satu hal yang mutlak dan susah diubah. Karena itu, Ra