Bagaimana reaksi Nora kalau bertemu Noah lagi?
“Bukan urusan kita. Kalau salah menuduh orang, kita yang akan mendapatkan masalah,” ujar Noah dengan rahang menegang. Noah menggandeng Alice memutar lewat jalan lain. Mereka bisa terlihat jika lewat dari sisi kanan atau depan rumah. “Kalian tidak jadi jalan-jalan ke puncak?” Ariana sedang berbaring di sofa bersama Aleah yang berada di dalam keranjang bayi sebelahnya. “Paman Asher tidak mengizinkan kami ke sana,” keluh Noah, “aku agak lelah. Bisakah Mama menjaga Aleah dulu?” “Dengan senang hati.” Ariana meringis senang. “Kalau perlu, kalian buat anak lagi saja. Mama yang akan jadi mamanya Aleah.” “Melahirkan itu sakit, Mama. Nanti Noah tidak mau menemaniku lagi.” Noah biasanya ikut bercanda dengan kedua wanita yang dicintainya itu. Namun, dia langsung masuk ke kamar tanpa menanggapi. Alice tahu jika Noah masih memikirkan apa yang baru saja mereka saksikan. Terlepas dari kegilaannya terhadap Laura dulu, Noah mudah sekali merasa iba atau terpengaruh oleh orang lain. Alice lantas m
“Tuan Victor! Apa Anda tidak waras!?” pekik Noah. Walau dalam kondisi terdesak pun, dia masih berusaha bicara sopan dengan tidak mengatakan gila. Victor mengayunkan tongkat golf ke arah Noah. Namun, Noah berkelit ke kanan dan kiri hingga keduanya terengah-engah. “Tuan Victor! Hentikan! Dasar gila!” teriak Ariana selagi melepaskan sandal rumah dari kakinya. Victor hanya melihat ke arah Ariana sekilas. Tak peduli dan terus menyerang Noah. Ariana melesat ke belakang Victor dan mulai memukulnya dengan sandal. “Hentikan! Jangan lukai anakku!” “Mama! Jangan ikut campur!” sergah Noah. Noah hilang konsentrasi saat berkelit dari serangan Victor karena melihat ayunan tangan Victor hampir mengenai ibunya. Alhasil, satu pukulan tongkat golf mendarat tepat di bahunya. “Argh!!” Noah segera menangkap tangan Victor ketika hendak memukulnya lagi. “Lepaskan! Kau lelaki brengsek! Kau mengikuti kami dan ingin mencuri istriku, bukan!?” Para bawahan Victor tak berani mencegah tuannya. Mereka hanya
Berkat kebaikan Laura, Noah, Alice, Ariana, dan Aleah menginap di rumahnya. Asher mengatakan jika pemilik rumah ingin menggunakan rumah tersebut secara mendadak. Tak ingin melihat bayi Noah ke sana kemari dalam waktu yang singkat, Laura akhirnya memaksa mereka tinggal di rumahnya untuk sementara waktu, sekaligus menghabiskan waktu liburan mereka. Asher pun tak begitu mempermasalahkan keberadaan Noah di sekitar Laura lagi. Dia sangat tahu karakter keponakannya. Noah benar-benar sudah berubah dan hanya memedulikan keluarga kecilnya. Dia pun juga tahu jika Noah justru tampak tak nyaman ketika makan bersama mereka. Noah sesekali melirik Alice, seolah ingin memastikan jika sang istri tak cemburu kepada Laura. “Istrimu tidak akan menghilang lagi, kenapa kau terlihat khawatir seperti itu?” tegur Asher. “Noah kenapa, Paman?” Alice tak tahu menahu ketika dirinya terus dipandangi sang suami. Dia sibuk makan dan sesekali bermain dengan bayinya yang berada di kereta bayi sebelahnya. “Aku tid
Victor Carter, seorang pria yang tak lagi muda, beruntung memiliki seorang istri cantik dan kaya raya, juga selingkuhan muda yang memiliki perawakan kelas atas. Namun, semua itu sirna dalam sekejap ketika perselingkuhannya terbongkar. Belum lagi, dia harus menghadapi kenyataan bahwa si selingkuhan telah mengandung anaknya. Victor tak akan memiliki kesempatan rujuk dengan mantan istrinya lagi. Harapan Victor untuk kembali bersama Abigail pun lenyap begitu tahu ada pria lain yang telah mengisi hati wanita itu. Hidup Victor hancur karena kesalahannya sendiri. Namun, dia masih memiliki wanita yang dapat membuatnya senang. ‘Yah, tidak masalah dia mengandung anakku. Sebaiknya aku menikahinya saja.’ Begitulah awal Victor dan Nora menikah. Untuk menghindari kejaran para wartawan, Victor membelikan rumah untuk Nora yang jauh dari perkotaan. Dia jarang menengok Nora karena banyak pekerjaan yang harus diperbaiki setelah dia kehilangan beberapa aset yang sebelumnya merupakan milik Abigail.
Jauh sebelum Noah ataupun Simon tahu keberadaan Nora, Laura sudah lebih dulu mengetahuinya. Sejak pertemuan dengan Nora di rumah sakit, Laura segera memerintahkan Martin untuk mencari tahu tentangnya. Benar. Laura sengaja menyuruh Martin karena tak akan ada yang curiga dengannya. Martin hanyalah pekerja lepas yang mengurusi rumah-rumah di area pegunungan. Kebetulan lagi, dia pun ikut mengurus dua rumah Victor yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah liburan Callista. Mulai hari itu, Laura berkomunikasi dengan Victor melalui Martin. Dia tak sepenuhnya percaya dengan Victor selagi Abigail menceritakan hal yang sebaliknya tentang Nora. Namun, setelah dicari tahu lebih jelas, rupanya gangguan kejiwaan Nora tak bisa diremehkan. Dengan memberikan sedikit investasi untuk Martin, yang sebenarnya ditunjukkan kepada Victor, Laura meminta pria itu untuk menjaga Nora supaya tidak pernah kabur darinya. Laura perlu memastikan jika Nora tak akan membahayakan keluarganya. Sayangnya, mereka justru
“Kenapa? Aku ingin supaya Papa bisa tahu keadaan Nora sekarang, Sayang. Aku tidak suka melihat Papa terus memikirkan tentang Nora tanpa sepengetahuanku,” bujuk Laura. Asher mencebik. “Jangan membantah!” “Ayolah, hanya makan malam saja kenapa tidak diizinkan?” rengek Laura sambil mengguncang badan Asher yang ada dalam pelukannya. “Tidak boleh! Kau sendiri yang bilang tidak memperbolehkan kami semua mengurus masalah Nora demi menjaga keamanan Claus dan Collin. Dan kau malah mengundang mereka? Batalkan saja niatmu!” tegas Asher. “Ya sudah, kita makan malam di tempat lain saja. Tidak perlu mengajak Claus dan Collin. Bagaimana kalau di sini? Kita bisa membuat meja dan kursi untuk makan malam di luar. Pasti akan menyenangkan sekali ….” Asher tak terlihat tertarik oleh usulan Laura. Apalagi, setelah mendengar bahwa Nora memiliki gangguan jiwa, Asher semakin menentang. Dalam keadaan waras pun, Nora tega menyakiti saudari tirinya, apalagi sekarang! “Nanti, setelah makan malam, kita bisa
“Vic, aku tidak yakin mereka akan senang melihatku.” Nora saat ini sedang berdandan cantik di depan meja rias. Victor tersenyum sambil melingkarkan kalung indah di leher Nora. “Siapa yang tidak akan senang melihat istri cantikku?” Mata Nora berbinar-binar melihat liontin berlian berbentuk hati kecil yang menggantung di lehernya. Dia mengusap lembut tangan Victor yang bersandar di bahunya. “Kau dapat uang dari mana bisa membeli ini? Cantik sekali ... aku suka ....” “Walaupun aku sudah tidak sekaya Asher Smith, aku masih bisa membelikanmu perhiasan. Kau ini ada-ada saja. Menyewa banyak pengawal untukmu saja aku masih mampu.” Victor membusungkan dada dengan bangga. Nora berbalik memeluk Victor. “Terima kasih!” Salah satu yang dulu membuat Victor berselingkuh adalah sikap Nora yang selalu menghargai pemberiannya. Meski Nora sempat berubah, Nora selalu terlihat bahagia setiap kali menerima hadiah apa pun darinya. Tak seperti Abigail yang memiliki segalanya. Perhiasan yang bernilai ra
Melihat gelagat Nora yang mulai gelisah, Victor menggenggam tangannya dengan kedua tangan. Berharap jika Nora akan jauh lebih tenang. “Nora, lihat depanmu ... sepertinya, Laura masih ingat makanan kesukaanmu,” bisik Victor. Nora mengalihkan pandangan pada makanan yang dikatakan Victor. Kali ini, Victor benar saat menebak makanan favorit Nora. “Laura pasti sengaja menyiapkan makanan ini untukmu.” Victor bicara di dekat telinga Nora. “Aku tiba-tiba jadi lapar.” Apakah Laura benar-benar sengaja menyiapkan itu semua untuknya? Mendadak, rasa marah Nora menguap. Berganti dengan haru yang menyelimuti kalbu. Matanya berembun karena masih ada orang yang mengingat makanan kesukaannya. Dan orang tersebut justru wanita yang dibencinya. Nora mulai mengingat pesan Victor supaya dirinya melupakan dendam dan amarah kepada orang-orang yang pernah menyakiti hatinya, juga membuatnya iri. Ternyata, Victor memang benar. Semua orang di sekelilingnya tampak bahagia karena tak memiliki pikiran jahat s