Nora lebih banyak mikirin Simon dan Noah daripada mikirin Gilda ternyata..
Berkat kebaikan Laura, Noah, Alice, Ariana, dan Aleah menginap di rumahnya. Asher mengatakan jika pemilik rumah ingin menggunakan rumah tersebut secara mendadak. Tak ingin melihat bayi Noah ke sana kemari dalam waktu yang singkat, Laura akhirnya memaksa mereka tinggal di rumahnya untuk sementara waktu, sekaligus menghabiskan waktu liburan mereka. Asher pun tak begitu mempermasalahkan keberadaan Noah di sekitar Laura lagi. Dia sangat tahu karakter keponakannya. Noah benar-benar sudah berubah dan hanya memedulikan keluarga kecilnya. Dia pun juga tahu jika Noah justru tampak tak nyaman ketika makan bersama mereka. Noah sesekali melirik Alice, seolah ingin memastikan jika sang istri tak cemburu kepada Laura. “Istrimu tidak akan menghilang lagi, kenapa kau terlihat khawatir seperti itu?” tegur Asher. “Noah kenapa, Paman?” Alice tak tahu menahu ketika dirinya terus dipandangi sang suami. Dia sibuk makan dan sesekali bermain dengan bayinya yang berada di kereta bayi sebelahnya. “Aku tid
Victor Carter, seorang pria yang tak lagi muda, beruntung memiliki seorang istri cantik dan kaya raya, juga selingkuhan muda yang memiliki perawakan kelas atas. Namun, semua itu sirna dalam sekejap ketika perselingkuhannya terbongkar. Belum lagi, dia harus menghadapi kenyataan bahwa si selingkuhan telah mengandung anaknya. Victor tak akan memiliki kesempatan rujuk dengan mantan istrinya lagi. Harapan Victor untuk kembali bersama Abigail pun lenyap begitu tahu ada pria lain yang telah mengisi hati wanita itu. Hidup Victor hancur karena kesalahannya sendiri. Namun, dia masih memiliki wanita yang dapat membuatnya senang. ‘Yah, tidak masalah dia mengandung anakku. Sebaiknya aku menikahinya saja.’ Begitulah awal Victor dan Nora menikah. Untuk menghindari kejaran para wartawan, Victor membelikan rumah untuk Nora yang jauh dari perkotaan. Dia jarang menengok Nora karena banyak pekerjaan yang harus diperbaiki setelah dia kehilangan beberapa aset yang sebelumnya merupakan milik Abigail.
Jauh sebelum Noah ataupun Simon tahu keberadaan Nora, Laura sudah lebih dulu mengetahuinya. Sejak pertemuan dengan Nora di rumah sakit, Laura segera memerintahkan Martin untuk mencari tahu tentangnya. Benar. Laura sengaja menyuruh Martin karena tak akan ada yang curiga dengannya. Martin hanyalah pekerja lepas yang mengurusi rumah-rumah di area pegunungan. Kebetulan lagi, dia pun ikut mengurus dua rumah Victor yang jaraknya tak begitu jauh dari rumah liburan Callista. Mulai hari itu, Laura berkomunikasi dengan Victor melalui Martin. Dia tak sepenuhnya percaya dengan Victor selagi Abigail menceritakan hal yang sebaliknya tentang Nora. Namun, setelah dicari tahu lebih jelas, rupanya gangguan kejiwaan Nora tak bisa diremehkan. Dengan memberikan sedikit investasi untuk Martin, yang sebenarnya ditunjukkan kepada Victor, Laura meminta pria itu untuk menjaga Nora supaya tidak pernah kabur darinya. Laura perlu memastikan jika Nora tak akan membahayakan keluarganya. Sayangnya, mereka justru
“Kenapa? Aku ingin supaya Papa bisa tahu keadaan Nora sekarang, Sayang. Aku tidak suka melihat Papa terus memikirkan tentang Nora tanpa sepengetahuanku,” bujuk Laura. Asher mencebik. “Jangan membantah!” “Ayolah, hanya makan malam saja kenapa tidak diizinkan?” rengek Laura sambil mengguncang badan Asher yang ada dalam pelukannya. “Tidak boleh! Kau sendiri yang bilang tidak memperbolehkan kami semua mengurus masalah Nora demi menjaga keamanan Claus dan Collin. Dan kau malah mengundang mereka? Batalkan saja niatmu!” tegas Asher. “Ya sudah, kita makan malam di tempat lain saja. Tidak perlu mengajak Claus dan Collin. Bagaimana kalau di sini? Kita bisa membuat meja dan kursi untuk makan malam di luar. Pasti akan menyenangkan sekali ….” Asher tak terlihat tertarik oleh usulan Laura. Apalagi, setelah mendengar bahwa Nora memiliki gangguan jiwa, Asher semakin menentang. Dalam keadaan waras pun, Nora tega menyakiti saudari tirinya, apalagi sekarang! “Nanti, setelah makan malam, kita bisa
“Vic, aku tidak yakin mereka akan senang melihatku.” Nora saat ini sedang berdandan cantik di depan meja rias. Victor tersenyum sambil melingkarkan kalung indah di leher Nora. “Siapa yang tidak akan senang melihat istri cantikku?” Mata Nora berbinar-binar melihat liontin berlian berbentuk hati kecil yang menggantung di lehernya. Dia mengusap lembut tangan Victor yang bersandar di bahunya. “Kau dapat uang dari mana bisa membeli ini? Cantik sekali ... aku suka ....” “Walaupun aku sudah tidak sekaya Asher Smith, aku masih bisa membelikanmu perhiasan. Kau ini ada-ada saja. Menyewa banyak pengawal untukmu saja aku masih mampu.” Victor membusungkan dada dengan bangga. Nora berbalik memeluk Victor. “Terima kasih!” Salah satu yang dulu membuat Victor berselingkuh adalah sikap Nora yang selalu menghargai pemberiannya. Meski Nora sempat berubah, Nora selalu terlihat bahagia setiap kali menerima hadiah apa pun darinya. Tak seperti Abigail yang memiliki segalanya. Perhiasan yang bernilai ra
Melihat gelagat Nora yang mulai gelisah, Victor menggenggam tangannya dengan kedua tangan. Berharap jika Nora akan jauh lebih tenang. “Nora, lihat depanmu ... sepertinya, Laura masih ingat makanan kesukaanmu,” bisik Victor. Nora mengalihkan pandangan pada makanan yang dikatakan Victor. Kali ini, Victor benar saat menebak makanan favorit Nora. “Laura pasti sengaja menyiapkan makanan ini untukmu.” Victor bicara di dekat telinga Nora. “Aku tiba-tiba jadi lapar.” Apakah Laura benar-benar sengaja menyiapkan itu semua untuknya? Mendadak, rasa marah Nora menguap. Berganti dengan haru yang menyelimuti kalbu. Matanya berembun karena masih ada orang yang mengingat makanan kesukaannya. Dan orang tersebut justru wanita yang dibencinya. Nora mulai mengingat pesan Victor supaya dirinya melupakan dendam dan amarah kepada orang-orang yang pernah menyakiti hatinya, juga membuatnya iri. Ternyata, Victor memang benar. Semua orang di sekelilingnya tampak bahagia karena tak memiliki pikiran jahat s
Sayup-sayup terdengar suara tangisan bayi yang tertangkap indra pendengaran Nora. Dia mendadak teringat oleh bayi yang pernah ada di rahimnya. Tangisan bayi itu membuat dirinya begitu sedih. Rasa sesal menjalar dalam dada. Nora mengira jika pikirannya sedang tak waras karena berkumpul dengan orang-orang ini. Sehingga dia berhalusinasi mendengarkan suara bayi. Akan tetapi, suara itu kian terdengar nyata. “Aku ingin ke toilet,” ujar Nora kepada Laura dan Ariana yang sedang berbincang. “Mau diantar?” Laura berbaik hati menawarkan. “Tidak usah. Aku sekalian mengajak Victor pulang, Kak- Nyonya Laura.” Nora ke kamar mandi untuk mencuci wajah. Dia tak peduli dengan riasannya dan hanya ingin menyegarkan diri. Namun, setelah keluar dari kamar mandi, suara bayi itu kembali terdengar. Nora pun mengikuti arah datangnya suara. ‘Oh, ternyata Alice dan bayinya ....’ Nora lega karena dia tidak gila karena mendengar suara bayi yang tak nyata. Dia lalu menjemput Victor yang sedang bicara dengan
Victor berulang kali membujuk Nora makan, tetapi wanita itu tetap meringkuk di dalam selimut. “Sayang, mandi dulu sekarang kalau tidak mau makan, “ bujuk Victor. Hanya dengan mandi, Nora mau beranjak dari kasur. Nora selalu ingin tampil mengesankan setiap kali bertempur di ranjang dengan suaminya. Sebab, dia ingin segera memiliki anaknya sendiri. Bayi yang kata Victor akan mencintai, percaya, dan mau menjaga dirinya. “Angkat aku, Vic, badanku lemas,” pinta Nora seraya menjulurkan kedua tangan. Victor segera menyambut dan mengangkat badan Nora. “Bagaimana tidak lemas? Kau seharian ini belum makan apa-apa.” Dia lalu menggendong Nora ke kamar mandi. Nora dan Victor berendam di air hangat sambil menggosok tubuh satu sama lain. Victor ingin mengatakan maksudnya mengenai kunjungan ke penjara. Akan tetapi, dia khawatir justru membuat Nora mengamuk, sebab Nora tak mau membicarakan masalah Gilda. Victor tak begitu tahu detail masalah Nora dan Gilda. Yang dia ketahui hanya tentang Gilda yan