Carla suka kelepasan bicara waktu sedang gugup atau marah đ«ą
âJadi, kau marah-marah seperti ini hanya karena sepatu itu hadiah pertama dariku?â Jake tersenyum kecil. Dia membuang muka ke arah lain untuk menutupi pipinya yang menghangat dan pastinya sedang bersemu merah. âMaksudku ⊠sepatu itu sangat nyaman digunakan. Aku hanya mau sepatuku kembali. Di mana kau membuangnya? Truk sampah mungkin belum mengambilnya.â Jake semakin besar kepala karena Carla sampai akan berbuat sejauh itu untuk mencari barang pemberiannya. Tak ada yang tak senang ketika pemberiannya dihargai orang lain, apalagi oleh gadis yang disukainya. Jake berdeham. Lidahnya terasa kelu saat ingin bicara sesuatu. Rasanya seperti bocah remaja yang baru pertama kali ingin mengutarakan sesuatu yang sangat besar dan spesial. âTidak perlu dicari lagi,â kata Jake sambil menyusul Carla keluar. âAyo, kita beli lagi. Sepatu itu sudah kotor. Masih banyak sepatu yang lebih nyaman dipakai. Aku hanya membelikan sembarang untukmu waktu itu.â âSepatu itu mahal sekali. Mana mungkin aku tega m
Telinga Jake berkedut-kedut mendengar suara menggoda gadis di hadapannya. âCarla mau melakukan itu sekarang?â Seperti pria yang hendak pergi ke medan perang, semangat Jake meluap-luap. Pria mana yang akan menolak tawaran menggiurkan itu? Jake langsung mendekati Carla. Dia menarik pergelangan tangan Carla hingga bangun, lalu membimbingnya ke kamar gadis itu. âTunggu ⊠Dave bisa pulang sewaktu-waktu,â batin Jake. Masa bodoh! Ketika sampai di kamar itu, Jake langsung mengunci pintu. Carla tersentak dan menunduk. Jake berbalik dan langsung mengusap rambut Carla, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Kemudian melepaskan kancing kemejanya sendiri. Mata Carla bergerak naik-turun dari dada Jake ke wajahnya berulang-ulang. âKenapa kau melepas baju?â âBagaimana kita bisa melakukan itu kalau masih memakai pakaian?â Jake menggoda Carla dengan bibirnya yang mengambang di depan wajah gadis itu. Suaranya rendah dan sedikit berbisik, membuat wajah Carla semakin merah padam. Akan tetapi,
âOh, kalian semua berkumpul di sini. Wah, Emma sudah pulang rupanya.â Ariana mengambil barangnya yang terjatuh. âNyonya Ariana ...,â sapa Emma canggung. âKau membuatku kaget.â Ariana seolah tak mendengar kata-kata Jake barusan. âKau banyak sekali berubah.â Emma tersenyum kikuk. âYa, di sana cuacanya lumayan panas.â Mereka terdiam, tak tahu harus bicara apa lagi. Semua orang tahu jika Ariana sering mengamati Jake Wilson dan menduga bahwa dia menyukai pria itu. âAku membelikan baju untuk Claus dan Collin. Aku akan menaruhnya di kamar mereka.â Ariana sekalian pamit pulang. âTerima kasih, Oma Joanna, sudah mengantarku belanja.â Joanna terlihat seperti orang yang telah berbuat dosa besar pada Ariana. Dia menepuk lembut punggung Ariana sambil mengangguk dengan senyuman. Asher mengikuti kakaknya menuju kamar si kembar. âKau mendengar ucapan Jake?â tanya Asher, di saat mereka sampai di kamar. âYa,â jawab Ariana sambil mengeluarkan barang belanjaan dan menatanya di meja. âApa ini cukup
âOma, Carla punya dua adik yang masih sekolah. Sejak orang tuanya meninggal, Carla jadi tulang punggung keluarga. Dia sangat dewasa, dan aku yakin dia bisa menjadi istri yang baik untuk Paman Jake.â Laura terpaksa ikut campur karena Paman dan omanya terlihat diliputi amarah. âDia juga sangat bertanggung jawab pada pekerjaannya. Bayangkan saja, Oma, banyak sekali perempuan di luar sana dengan usia matang, tetapi masih sering bertingkah kekanakan,â lanjutnya. Asher Smith menatap Laura kecewa. âDiam saja kau, Sayang,â geram Asher tertahan. âLaura benar. Apa Mama lebih suka aku menikah dengan sembarang wanita, yang bisa saja hanya ingin mengincar hartaku?â Jake senang keponakannya sangat pengertian. Joanna tetap tak setuju dengan rencana itu. Masih ada perempuan usia matang yang lebih cocok dengan Jake, contohnya Ariana. âAku tahu, Mama ingin aku menikah dengan Kak Ariana, bukan?â Jake sengaja memanggil Ariana dengan sebutan itu agar Joanna ingat jika Ariana tak lagi muda, juga merupa
Simon lekas membopong Joanna menuju kamarnya. Berteriak kepada pelayan untuk memanggilkan dokter segera. âApa yang terjadi? Kenapa Mama tiba-tiba pingsan? Apa karena kata-kataku?â Simon sibuk menghubungi Jake yang tak kunjung mengangkat telepon. Sementara itu, kesadaran Joanna telah kembali. Dia dapat melihat keresahan Simon lebih jelas sekarang, bukan hanya sekedar sandiwara. Simon mondar-mandir di dekat ranjang dengan ponsel melekat di telinga. âKe mana kau Jake?â gumam Simon. Joanna mungkin baru paham alasan Callista bisa tergila-gila kepada pria itu. Simon sebenarnya sangat pengertian dan hangat kepada keluarga, jika bukan karena pengaruh orang-orang yang memfitnah Callista. Sayangnya, kematian Callista masih belum dapat diterima sepenuhnya sehingga dia tak bisa membuka hati atau sekedar bersikap baik kepada Simon. Saat ini pun, Joanna masih memejamkan mata, tak mau mendengar kekhawatiran Simon, yang mungkin dapat melunakkan hatinya, dan akan membuatnya lupa pada penderitaan C
Jake Wilson, pria yang mengenakan setelan mahal dan sepatu kulit mengilat, saat ini sedang duduk di sudut pasar. Dia menanti Carla selesai bekerja dengan sabar. Beberapa orang menatap Jake keheranan. Bukan hanya penampilan yang menarik perhatian, Jake sejak tadi senyum-senyum sendirian. Dari kejauhan, Carla tampak begitu indah di tengah-tengah daging yang menggantung di tokonya. Terkadang, Jake mengernyit sebal ketika melihat beberapa pria menggoda kekasihnya. âKurang ajar!â geram Jake. âTuan, bisakah kau pergi dari depan tokoku? Kau menakuti semua orang yang mau membeli di sini!â usir pria si pemilik kursi yang diduduki Jake. Jake mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya. Dia bahkan tak menghitung jumlahnya, lalu memberikan kepada pemilik toko itu. Tatapannya hanya fokus pada sang gadis yang telah mengisi hatinya. âJangan berisik selama aku duduk di sini!â kecam Jake. Pemilik toko itu langsung merebut uang dari tangan Jake dengan wajah berseri-seri. âSilakan duduk di sini
Beberapa jam sebelum Alan pergi ke toko daging Paulo, Hillary tiba-tiba datang menemui Alan di kantor. Menimbulkan keributan karena dia meminta langsung pada atasan Alan supaya bisa membawa pria itu pergi saat jam kerja. âEnak sekali kau mau putus sekarang! Tugasmu sebagai calon tunanganku masih banyak, Alan Ruiz!â sergah Hillary sambil berkacak pinggang. Sudah minggu lalu Alan memutuskan pertunangan dengan Hillary. Karena wanita itu sedang sibuk dan banyak pergi ke luar kota, Alan hanya menyampaikan kepada orang tua Hillary. Tak ada yang memedulikan hubungan mereka, di mana orang tua kedua pasangan itu tahu jika pertunangan mereka hanya sebagian dari rencana Asher untuk mendapatkan Laura. âTerserah kau. Aku sudah bilang kepada orang tuamu. Mau kau suka atau tidak, hubungan kita sudah berakhir. Lagi pula, ada wanita yang ingin aku dekati.â Alan sedikit pun tak mau melihat Hillary. Wanita itu dua kali memporak-porandakan hubungannya dengan wanita. Alan sebenarnya ingin memutuskan h
Carla membicarakan masa depan bersama Jake dengan santai karena berpikir bahwa mereka hanya sedang berangan-angan. Namun, betapa terkejut dirinya ketika Jake membelokkan pembicaraan mereka secara drastis, dengan lamaran yang mengejutkan. Jake mencium bibir Carla yang sedikit terbuka. Betapa lucunya wajah terkejut Carla sekarang di mata Jake. Dia memang sengaja bicara santai agar suasana tak tegang dan terkesan formal. Namun, Carla ternyata tetap sangat kaget dan gugup. âApa kau berubah pikiran dan tidak mau menikah denganku?â Jake mencium singkat bibir Carla sekali lagi untuk membangunkan gadis itu dari keterkejutan. âK-kau ... bagaimana bisa kau lincah sekali mengubah topik pembicaraan?â Jake tersenyum ringan sambil menggosok hidungnya. âLalu apa jawabanmu?â Wajah Carla bersemu merah selagi menyodorkan telapak tangan yang mengarah ke bawah. âPakaikan.â Dia berpaling muka begitu mengatakannya. Jake menyelipkan cincin di jari manis Carla secara perlahan. âKau juga perlu memakaik