Share

2. Jebakan

Author: VERARI
last update Last Updated: 2023-08-14 17:55:19

"Beraninya kau kembali ke rumah ini setelah semua yang terjadi! Dasar anak tidak tahu malu!" maki Simon.

Makian sang ayah membuat Laura membeku, kenapa sang ayah seperti ini?

Melihat wajah Laura yang kosong, telapak tangan Simon hendak melayang sekali lagi ke wajah putrinya. Namun, Nora, adik tiri Laura, segera mencegah dengan memegang lengan sang ayah.

"Papa! Apa yang Papa lakukan? Kenapa Papa mau memukul Kak Laura, Pa?!" seru Nora dengan wajah khawatir.

Simon menepiskan tangan sang putri. "Jangan ikut campur! Papa harus memberi pelajaran pada kakak sialanmu ini!"

Gilda, istri kedua Simon dan ibu kandung Nora, yang mendengar keributan itu ikut keluar.

Melihat adegan di depan mata, dia langsung membantu putrinya menahan sang suami. "Papa, sabar, Pa! Jangan begini!"

Sementara pasangan ibu dan anak itu berusaha menahan sang ayah, badan Laura gemetaran bukan main. Firasat buruk datang menghampiri. Apakah Simon tahu perbuatannya semalam?

"Diam! Kalian tidak tahu bagaimana aku harus menanggung malu saat Keluarga Smith membatalkan pernikahan karena kebejatan perempuan ini!" bentak Simon membuat semua orang terkejut.

Laura mengangkat kepalanya. "Apa…? Kenapa …?"

Mata Simon semakin berkilat marah karena Laura tak menyadari kesalahannya. Pria itu merogoh saku celana dan melempar sejumlah lembar foto tepat di wajah Laura.

"Lihat pakai matamu sendiri!"

Laura menangkap sebagian foto tersebut. Tangannya langsung gemetaran, bersamaan dengan air mata yang semakin deras mengalir.

Gambar dirinya sedang bersama seorang pria masuk ke kamar hotel terpampang di depan mata. Pria itu memunggungi kamera, sedangkan wajah Laura terlihat sangat jelas. Posisi tubuh mereka begitu intim sehingga tak perlu dipertanyakan lagi perihal apa yang akan terjadi begitu pintu kamar hotel itu tertutup!

"Kau masih mau bertanya alasannya dengan semua bukti ini?!" geram Simon. "Asal kau tahu, asisten Noah yang datang memberikan foto-foto ini dan menyatakan niatan Noah untuk membatalkan pernikahan kalian! Noah bahkan tidak sudi melihat wajahmu!"

Sontak, kaki Laura lemas hingga dia jatuh bersimpuh di depan Simon.

'Noah tahu semuanya?' batin Laura, sulit untuk percaya.

Di saat itu, Laura mendengar suara Nora berkata, "Pa, pasti ada salah paham! Nggak mungkin Kak Laura berbuat seperti ini!" Gadis itu menoleh kepada Laura. "Kak, ayo jelaskan!"

Mendengar ucapan Nora, Laura menatap sang adik tiri dengan pandangan kosong. Semua ini … bukankah semua ini seharusnya lebih diketahui oleh Nora yang di malam sebelumnya sepenuhnya sadar?!

"Kau yang mengajakku ke sana, Nora …." Tangisan Laura pecah seiring dia memegang lengan adiknya dengan kuat. "Bukankah seharusnya kau yang lebih tahu mengenai apa yang terjadi setelah aku mabuk!?"

"K-Kakak …." Nora memasang wajah terkejut bercampur tak berdaya. "Aku–"

Tudingan Laura kepada Nora membuat hati Simon panas. "Adikmu sudah berbaik hati mengadakan pesta pelepasan masa lajang untukmu, tapi sekarang kau malah melemparkan kelalaianmu padanya?!"

Laura terperangah. Melemparkan kelalaian? Dia bertanya! Lagi pula, Nora yang dari awal memaksanya untuk pergi ke tempat seperti itu! Sang ayah juga tahu!

Sebelum Laura bisa mengatakan apa pun, Nora langsung berlutut di hadapan Simon. "Papa! Kak Laura benar, ini semua terjadi karena salahku! Aku seharusnya tidak mengadakan pesta itu! Jangan salahkan Kak Laura, Pa!" pinta Nora.

Kalimat Nora terdengar membela, tapi kenapa Laura merasa adiknya itu seperti sedang membuat dirinya menjadi orang jahat yang sedang menuduh?!

"Nora! Kesalahannya bukan tanggung jawabmu!" tegas Simon.

Walau terdengar keras, tapi Laura bisa melihat kelembutan dari pancaran mata Simon untuk putri keduanya itu.

Pemandangan itu membuat dada Laura semakin sesak. Kenapa Simon tak pernah menatapnya seperti itu? Bukankah dia juga putri kandungnya!?

Simon melemparkan pandangan mematikan kepada Laura. "Katakan, siapa laki-laki yang bersamamu semalam?!"

"A-aku ... aku tidak tahu," jawab Laura lirih.

Laura hanya melihat wajah pria sekilas saat hendak meninggalkan kamar hotel itu, namun dia benar-benar tak tahu siapa pria itu.

"Tidak tahu?! Jadi … kau menghabiskan malam bersama pria asing yang bahkan tidak kau kenal?!"

Sudah cukup, Simon tidak bisa bertahan lagi.

"Keluar."

Laura menatap sang ayah dengan mata membesar. "P-Papa …."

"Tutup mulutmu! Tidak sudi aku mengakui seorang putri sepertimu!" maki Simon dengan amarah menggebu. "Mulai dari hari ini, kau bukan putriku lagi. Keluar dari rumah ini!"

BRUK!

Laura bersujud di kaki sang ayah. "Papa! Papa jangan lakukan ini padaku!" pintanya dengan memelas.

Ke mana Laura harus pergi kalau dirinya diusir dari rumah ini!?

Dengan dingin, Simon berseru lantang, "Penjaga! Usir perempuan tidak tahu diri ini keluar dari kediaman!"

Tidak perlu waktu lama, sejumlah penjaga kediaman datang. Tanpa bisa menolak perintah sang tuan besar, mereka pun menyeret Laura dan melemparkannya keluar kediaman beserta sebuah koper besar yang berisi barang-barangnya.

"Papa! Papa!' Laura berusaha membuka gerbang kediamannya, tapi tidak ada orang yang mengacuhkannya.

Di dalam kediaman, Simon mendengus. "Jangan ada yang pernah menyebutnya lagi di kediaman ini! Laura Hartley sudah mati!" umum pria itu sebelum berbalik pergi ke kamarnya bersama sang istri.

Sementara itu, Nora tampak menatap Laura yang terus memohon untuk dimaafkan dari jendela kediamannya. "Kakakku yang malang …," gumamnya lirih.

Di saat itu, ponsel Nora berdering. Dia melihat layar dan langsung mengangkatnya dengan wajah tenang.

"Sepertinya kau begitu puas dengan hadiahku tadi malam?" tanya Nora dengan wajah berseri, maniknya memerhatikan bagaimana Laura mulai terlihat menangis di depan kediaman. "Bagaimana rasanya meniduri kakakku?"

Ya, memang benar. Dalang sebenarnya dari malapetaka yang menimpa Laura adalah Nora! Dia itulah yang dengan sengaja menjebak Laura agar mabuk dan bisa ditiduri oleh temannya. Semua demi membatalkan pernikahan kakak tirinya itu dan menggantikan posisinya untuk menjadi nona muda Keluarga Myers, istri dari Noah Myers!

"Apa kau gila?!" maki suara pria di ujung telepon yang lain, sukses membuat Nora mengerutkan kening. "Aku belum berhasil meniduri kakakmu! Dia dibawa pergi pria lain!"

"Apa?" Mata Nora melebar. "Bukankah dia tidur denganmu tadi malam?! Foto yang dikirimkan orangku–"

"Aku memang di foto itu! Tapi, bukan aku yang berakhir menidurinya! Seorang pria datang, menghajarku habis-habisan, dan melemparku keluar kamar! Asal kau tahu, sekarang aku saja ada di rumah sakit! Kau harus tanggung jawab, Nora!"

Nora mengabaikan makian temannya, otaknya sedang berputar mengenai informasi yang baru saja dia dapatkan.

Nora memandang ke arah gerbang, menyadari bahwa Laura sudah tidak ada.

Lalu … kalau bukan temannya, siapa yang tidur bersama Laura tadi malam?!

***

Hotel Star. Kamar 501.

Terlihat sosok seorang pria terbangun ketika mendengar dering ponselnya. Tangannya yang kekar meraih benda pipih itu, lalu menempelkannya di telinga.

"Tuan Asher! Akhirnya Anda mengangkat telepon saya!" Suara di ujung telepon lain mengejutkan pria tersebut, membuatnya membuka mata perlahan dan memamerkan manik hitam segelap malam yang memesona. "Ke mana Anda tadi malam?!"

Saat pertanyaan itu terlontar, Asher Smith mengerutkan kening dan gegas mendudukkan dirinya. Pria itu memerhatikan sekeliling dan menyadari, ini bukan kamarnya.

Serentak, potongan ingatan perihal apa yang terjadi di malam yang lalu membanjiri benaknya. Bagaimana dia memaksakan diri kepada seorang wanita malang dan bersumpah akan bertanggung jawab.

Teringat hal tersebut, Asher menggertakkan giginya. "Jemput aku sekarang," titah pria itu dengan tegas seraya mendudukkan diri di pinggir tempat tidur. Matanya menatap informasi hotel di nakas. "Hotel Star, kamar 501."

Detik Asher menyibak selimut, matanya terpaku pada noda darah dan sebuah kalung yang teronggok di tengah tempat tidur.

Sadar dirinya bukan hanya memaksakan diri, tapi juga merenggut kesucian wanita asing itu, Asher menyisir rambutnya dengan frustrasi. "Sial …."

Mendengar makian tuannya, asisten pribadi Asher sedikit panik. "Tuan? Apa ada yang salah?"

Dengan cepat, Asher kembali bertitah, "Segera cari tahu siapa yang memesan kamar ini!" Pria itu meraih kalung di tengah ranjang dan menambahkan, "Siapa pun dia … aku harus bertanggung jawab."

Comments (13)
goodnovel comment avatar
Mella Soplantila Mella
lanjutkan thor
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
semoga bisa sampai tamat bacanya ...
goodnovel comment avatar
yuliyuli guntur
lanjut aku suka ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gelora Hasrat sang Presdir   3. Berita Mengejutkan

    "Bisa-bisanya ayahmu berbuat seperti itu!" Suara teriakan terdengar dari dalam sebuah kamar salah satu kediaman besar di pinggir kota.Terlihat sosok Laura tengah duduk di sofa bersebelahan dengan sahabat baiknya, Emma Ruiz, putri dari Keluarga Ruiz.Laura telah menceritakan semua yang terjadi kepada Emma. Alhasil, temannya itu sangat marah. "Jelas-jelas Nora yang memaksamu pergi ke tempat itu, tapi kamu yang disalahkan sepenuhnya! Ayahmu kentara sekali pilih kasih!"Laura diam sembari memeluk lututnya, tak sedikit pun menanggapi komentar Emma. Sebab, dia sudah tahu sang ayah dari dulu lebih menyayangi Nora dibandingkan dirinya. Bertahun-tahun hidup bersama, ada beberapa hal yang selalu terjadi di kediaman Hartley.Jika Laura menginginkan sesuatu, Nora pasti akan memintanya. Di saat itu, Simon pasti memaksa Laura untuk mengalah dan memberikan miliknya kepada Nora. Jika Nora melakukan kesalahan, Laura-lah yang akan dihukum dengan alasan tidak memerhatikan dan menjaga adiknya.Semua

    Last Updated : 2023-08-14
  • Gelora Hasrat sang Presdir   4. Pria Itu

    Selagi semua pertanyaan itu melambung di benak Laura, dia mendengar Emma memaki dengan emosi menggebu."Dasar rubah licik! Aku yakin dari dulu Nora sudah mengincar Noah! Ini berarti apa yang menimpa Laura pasti ada hubungan dengannya!" Wanita itu tak lupa menambahkan, "Noah juga! Apa dia tidak tahu apa dampak pengumuman ini kepada Laura? Apa dia tidak memikirkan perasaan Laura?! Kalau aku bertemu dua orang hina itu nanti, akan kuhabisi mereka!"Suara Emma yang semakin lama semakin tinggi membuat Alan mendelik. "Jangan berteriak-teriak, bodoh! Cepat kecilkan volume suara TV! Laura bisa mendengar–"Mendadak, ucapan pria itu berhenti saat matanya mendarat pada sosok Laura yang membeku di tangga."L-Laura!"Teriakan Alan membuat Emma mengikuti arah pandang sang kakak dan spontan mematikan televisi. Kakak-adik itu membeku di tempat hingga Laura berjalan mendekat.Emma dan Alan langsung berdiri dan menghampiri Laura."Laura, jangan pedulikan dua orang hina itu, oke? Mereka tidak pantas kau p

    Last Updated : 2023-08-14
  • Gelora Hasrat sang Presdir   5. Pencuri

    Sadar dirinya membuat bingung Theo, Laura memaksakan sebuah senyuman."Y-ya, saya baik-baik saja, maaf ... saya agak gugup." Laura duduk di kursi yang ditunjukkan Theo.Kedua tangan Laura saling terpaut dan meremas. Dia tak bisa menatap ke arah pria di hadapannya. Hingga sepasang manik matanya yang sedang melihat ke arah meja menemukan benda yang tampak familiar.Laura memicingkan mata untuk mengamati kalung yang berada di dekat tangan Asher. Setelah dapat melihatnya dengan jelas, kedua bola matanya membulat lebar.'Kalung itu .…' Laura menyipitkan matanya melihat benda yang familiar yang sedang dipegang oleh Asher.Laura kehilangan kalungnya. Dia mulai ingat ketika beberapa minggu yang lalu, ketika mandi, dirinya sudah mencari kemana-mana, namun belum juga menemukannya. Ketika melihat kalung itu ada di tangan Asher, Laura ingin bertanya untuk memastikan apakah itu benar kalung miliknya.Tanpa Laura ketahui, kalung yang telah dia cari-cari selama beberapa minggu terakhir, ternyata jatu

    Last Updated : 2023-08-14
  • Gelora Hasrat sang Presdir   6. Wanita Bermasalah

    Laura tersentak dan sontak meneteskan air mata. Bukan hanya karena rasa sakit di pergelangan tangannya, tetapi kata-kata Asher sangat menyakitkan hati.Mencuri? Bagaimana mungkin Laura mencuri benda miliknya sendiri?"Apa kau mau bekerja di sini hanya untuk mencuri?!" Asher menatap Laura nyalang, "Nona Laura, aku akan melaporkanmu ke polisi!" tegasnya seraya menarik Laura menuju pintu.Laura hanya bisa menggeleng sambil menangis terisak. "Tidak! Lepaskan aku!" teriak Laura, "Aku sama sekali tidak mencuri!"Ucapan Laura membuat Asher menghentikan langkahnya. "Tidak mencuri?" ulangnya. Kening pria itu berkerut seiring dirinya lanjut bertanya, "Kalau tidak mencuri, apa kalung ini milikmu?"Pertanyaan Asher membuat Laura terdiam. Haruskah Laura mengatakan kebenarannya?"Aku …!"Baru saja Laura ingin mengatakan sesuatu, pening yang sangat mendadak menyerang kepalanya. "Ugh …."Asher tampak kaget. "Nona Laura?"Namun, Laura tak mampu untuk bahkan membalas ucapan Asher. Pandangannya yang bur

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gelora Hasrat sang Presdir   7. Batas Kebohongan

    Hening. Tidak ada yang bersuara.Laura mengangkat pandangan, lalu melihat wajah Asher tampak kebingungan."Diperkosa?" Laura tidak bohong. Dirinya memang tak berdaya di kala Asher merudapaksa dirinya. Hanya saja, pria itu tak mengenalinya … atau bahkan tidak peduli.Dengan air mata yang mengalir turun menuruni wajahnya, Laura pun mulai bercerita, "Ya … saya diperkosa … dan itulah yang membuat saya ditendang keluar dari keluarga saya tanpa harta apa pun." Dia bersujud di hadapan Asher. "Saya tinggal di kediaman teman saya, tapi tidak bisa untuk waktu yang lama. Itulah alasan saya berusaha mencuri kalung itu, untuk mendapatkan uang dengan lebih cepat!"Laura tidak berbohong, tapi juga tidak sepenuhnya jujur. Dia memang diperkosa oleh Asher, juga ditendang keluar oleh Simon. Hanya saja, mengenai alasan dirinya mencuri, itu adalah sebuah kebohongan besar.Asher menatap bagaimana tubuh Laura bergetar selagi bersujud di hadapannya. Sepasang manik hitamnya mempelajari setiap gerak-gerik Laur

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gelora Hasrat sang Presdir   8. Bertemu Masa Lalu

    Selagi ketiga orang itu saling bertatapan dengan kaget, Asher mengerutkan keningnya dengan bingung. "Kalian saling mengenal?"Pertanyaan Asher mengalihkan fokus semua orang. Laura terlihat sedikit canggung. "Ah … ya, saya–"Belum sempat Laura selesai menjawab, Nora langsung buru-buru berkata, "Kami kenalan lama!" Dia menatap Laura dan memberikan pandangan penuh makna. "Laura adalah mantan karyawan perusahaan keluarga saya."Ucapan Nora sukses membuat Laura dan Noah mengerutkan kening. Kenalan lama? Mereka adalah kakak-adik!Di tempatnya, Noah menatap Nora dengan ekspresi keruh. "Nora, kamu–""Kak Noah …," panggil Nora dengan suara rendah. Pandangan gadis itu tampak menegaskan sesuatu seiring dirinya berucap dengan suara yang hanya bisa didengar Noah. "Jangan mempersulit keadaan."Kalimat Nora membuat Noah bungkam, paham bahwa gadis itu sedang memperingatkan bahwa situasi Laura sudah cukup rumit. Simon sudah menghapusnya dari daftar keluarga, jadi tak ada yang boleh mengungkit latar be

    Last Updated : 2023-08-31
  • Gelora Hasrat sang Presdir   9. Mengumbar Aib Keluarga

    “Lalu kenapa tunanganmu bilang jika Laura adalah kenalannya?” Asher tertawa tanggung. “Tidak bisa dipercaya, selain tidak sopan, dia juga suka berbohong. Apa yang dipikirkan kakakku saat ingin menikahkan kau dengan anak dari Keluarga Hartley itu? Dua-duanya sama-sama penipu ulung.”Noah tak dapat menjawab pertanyaan pamannya itu. Meskipun kecewa terhadap Laura, Noah tak ingin mengumbar aib Laura hingga mantan calon istrinya itu ditendang dari Keluarga Hartley.“Ceritanya panjang, Paman,” jawab Noah.Asher pun tak mau mendesak Noah yang terlihat sedikit kacau. Lagi pula, permasalahan keluarga sekretarisnya bukan masalah bagi dirinya.Di tempat lain, Laura yang baru mengetahui fakta bahwa Asher adalah paman dari Noah sedang melamunkan banyak hal.Apakah semua ini hanya kebetulan saja hingga dirinya berakhir bermalam dengan paman dari mantan tunangannya? Ataukah Noah sengaja menjebak Laura agar dapat memutuskan pertunangan dengan dirinya?“Kak ... Kak Laura baik-baik saja?” Nora menggunca

    Last Updated : 2023-09-05
  • Gelora Hasrat sang Presdir   10. Wanita Itu

    ‘Sekitar tiga minggu yang lalu. Saya tidak ingat tanggal pastinya, Paman.’ Ucapan Nora beberapa menit lalu mengusik pikiran Asher sehingga dirinya tak fokus membaca semua dokumen yang menumpuk di atas meja.Laura bersama seorang pria di kamar Hotel Star sekitar tiga minggu yang lalu. Namun, wanita itu mengaku padanya bahwa dirinya telah diperkosa pria tak dikenal hingga diusir dari rumah.Apakah pria yang dimaksud adalah dirinya?Selain itu, Laura juga ketahuan akan mencuri kalungnya. Bahkan, sejak awal Laura melihat kalung itu, Asher sempat bertanya karena Laura tampak terkejut saat melihatnya.Kalung itu memang bernilai tinggi. Tetapi, ada barang lain yang juga berharga di dalam ruangannya. Untuk apa Laura mengincar kalung itu? Yang pastinya, Laura tak akan bisa menjualnya tanpa surat-surat dari kalung tersebut. Berbanding terbalik dengan alasan Laura mencuri karena membutuhkan uang.Asher pun kembali teringat saat Laura pingsan. Tangan Laura yang menggenggam kalung itu masih menega

    Last Updated : 2023-09-05

Latest chapter

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status