Scroll untuk lanjut baca 👋
“Lalu kenapa tunanganmu bilang jika Laura adalah kenalannya?” Asher tertawa tanggung. “Tidak bisa dipercaya, selain tidak sopan, dia juga suka berbohong. Apa yang dipikirkan kakakku saat ingin menikahkan kau dengan anak dari Keluarga Hartley itu? Dua-duanya sama-sama penipu ulung.”Noah tak dapat menjawab pertanyaan pamannya itu. Meskipun kecewa terhadap Laura, Noah tak ingin mengumbar aib Laura hingga mantan calon istrinya itu ditendang dari Keluarga Hartley.“Ceritanya panjang, Paman,” jawab Noah.Asher pun tak mau mendesak Noah yang terlihat sedikit kacau. Lagi pula, permasalahan keluarga sekretarisnya bukan masalah bagi dirinya.Di tempat lain, Laura yang baru mengetahui fakta bahwa Asher adalah paman dari Noah sedang melamunkan banyak hal.Apakah semua ini hanya kebetulan saja hingga dirinya berakhir bermalam dengan paman dari mantan tunangannya? Ataukah Noah sengaja menjebak Laura agar dapat memutuskan pertunangan dengan dirinya?“Kak ... Kak Laura baik-baik saja?” Nora menggunca
‘Sekitar tiga minggu yang lalu. Saya tidak ingat tanggal pastinya, Paman.’ Ucapan Nora beberapa menit lalu mengusik pikiran Asher sehingga dirinya tak fokus membaca semua dokumen yang menumpuk di atas meja.Laura bersama seorang pria di kamar Hotel Star sekitar tiga minggu yang lalu. Namun, wanita itu mengaku padanya bahwa dirinya telah diperkosa pria tak dikenal hingga diusir dari rumah.Apakah pria yang dimaksud adalah dirinya?Selain itu, Laura juga ketahuan akan mencuri kalungnya. Bahkan, sejak awal Laura melihat kalung itu, Asher sempat bertanya karena Laura tampak terkejut saat melihatnya.Kalung itu memang bernilai tinggi. Tetapi, ada barang lain yang juga berharga di dalam ruangannya. Untuk apa Laura mengincar kalung itu? Yang pastinya, Laura tak akan bisa menjualnya tanpa surat-surat dari kalung tersebut. Berbanding terbalik dengan alasan Laura mencuri karena membutuhkan uang.Asher pun kembali teringat saat Laura pingsan. Tangan Laura yang menggenggam kalung itu masih menega
Theo terkejut mendengar ocehan atasannya. “Maksud Anda, wanita yang Anda cari adalah Laura Wilson?” “Dia tahu bahwa dirinya sedang mengandung anakku dan tidak meminta pertanggungjawaban dariku? Menarik sekali … apa yang akan kau lakukan ke depannya, Nona Laura?” gumam Asher. Asher cukup takjub oleh sikap Laura. Bukan malah memohon pada Asher agar menikahi dirinya, namun Laura justru memohon agar tidak dipecat dari perusahaannya. Pada umumnya, wanita lain akan segera menuntut pertanggungjawaban Asher. Untuk apa bekerja keras jika Asher dapat memberikan segalanya? “Apa tidak sebaiknya Anda bicara dengan Nona Laura? Jika sampai ada yang tahu jika Anda menghamili seorang wanita, itu akan merusak reputasi Anda, Tuan. Bagaimana jika kita meminta Nona Laura untuk menggugurkan anak itu? Sebagai gantinya, kita bisa memberi Nona Laura-” “Apa kau bilang?!” bentak Asher memotong ucapan Theo yang saat ini sedang panik. “Kau ingin aku melenyapkan keturunanku?” geram Asher tak terima. Theo menun
“Keluar.” Asher segera mengusir Laura sebelum kelepasan bicara karena marah. Bagaimana tidak marah? Laura seenaknya saja akan menikah dengan pria lain, sedangkan wanita itu tengah mengandung anaknya! Asher tak terima dengan keputusan Laura. Akan tetapi, Asher juga tak bisa langsung mengatakan bahwa dirinya adalah pria bejat yang telah merenggut kesucian Laura dengan paksa. Mau ditaruh di mana wajahnya jika tiba-tiba meminta Laura untuk menikah dengannya, setelah mengatakan bahwa Laura adalah pencuri dan penipu ulung? Asher tetap bersikeras bahwa Laura-lah yang seharusnya mendatangi dirinya. Meskipun saat ini, Asher merasa gusar karena mendengar Laura akan segera menikah. Menikah … satu kata yang jauh dari kamus seorang Asher Smith. Pria yang tahun depan menginjak usia kepala empat itu sudah lama tidak memikirkan tentang pernikahan. Bahkan, ketika ibunya terus menjodohkan dirinya, Asher masih tetap nyaman dengan kesendiriannya sehingga dirinya selalu menolak perjodohan itu. Wal
DUK! Kepala Laura tepat membentur pada telapak tangan Asher yang sigap menghalangi di saat dirinya meringkuk dan dahinya hampir mengenai tepi meja. Perut Laura yang tadinya nyeri menjadi kram dan sangat menyakitkan hingga menjalar ke bawah. Asher gegas melangkah lebar dan membantu Laura duduk di sofa. Wanita itu tak menyadari perubahan mimik wajah sang atasan yang menjadi panik seketika. “Apa lagi yang sakit?” Pria yang tak biasa bicara lembut itu, suaranya terdengar seperti sedang mengeluh dan kesal. Laura jadi semakin tertekan karena merasa bahwa Asher sedang menyalahkan dirinya yang membuang-buang waktu berharga sang Presdir itu. “Maaf ... saya akan kembali ke ruangan saya sekarang … ugh …,” rintih Laura saat berusaha bangkit. “Diam di sini dan jangan banyak bergerak!” tegas Asher, kemudian dia segera menghubungi dokter perusahaan agar cepat datang. Melihat sang wanita merintih menahan sakit di perutnya, tangan Asher seperti hendak mengelus untuk meredakan sedikit kesakitanny
“Mama … Papa … Emma! Aku punya berita bagus!” seru Alan. Laura ingin menghentikan Alan karena malu. Tetapi, Alan terlihat sangat bahagia. Laura pun membuntuti Alan yang kini sedang mencari-cari seluruh anggota keluarganya. Emma yang mendengar teriakan Alan bergegas turun dari lantai dua dan menghampiri mereka. “Ada apa? Papa dan Mama sedang keluar menghadiri pertemuan dengan orang penting.” Alan berlari kecil, lalu memeluk Emma setengah mengangkat badannya. Emma meronta-ronta sambil memaki kakaknya. “Laura akan menjadi adik iparmu sebentar lagi, Em!” seru Alan. “Sungguh?” Senyuman terbit di wajah Emma. Dia sampai menjambak kecil rambut kakaknya karena berhasil membujuk sahabatnya. “Tapi … kenapa kau kelihatan bahagia sekali? Bukankah kau bilang kalau Laura hanya boc- um ….” Alan segera membekap mulut adiknya dengan telapak tangan. Dia ingat pernah mengatakan pada Emma jika Laura hanya bocah ingusan dan dia tak akan pernah tertarik atau menggodanya. Tentu saja, Alan mengatakan i
Laura duduk termenung di dalam kamar, memikirkan ucapan ayah Emma beberapa saat lalu. ‘Hillary Smith meminta perjodohan dengan Alan atau ….” Biarpun Benjamin tak mengatakan seluruhnya, Laura tahu apa yang dimaksud ayah Emma tersebut. Hillary Smith, keponakan dari Asher Smith itu memiliki perusahaan yang hampir setara dengan milik pamannya. Mana mungkin Keluarga Ruiz dapat menolak mereka? Hillary lebih dari mampu untuk menjatuhkan bisnis Keluarga Ruiz jika keinginannya ditolak. Karena itu, Benjamin mengatakan kepada Laura dan Alan untuk mempercepat pendaftaran pernikahan mereka. Kalaupun mereka telah memasukkan berkas ke Dinas Pencatatan Sipil, dan Hillary tetap bersikeras menikah dengan Alan, maka pendaftaran itu juga bisa dibatalkan olehnya. TOK TOK! Emma membuka pintu kamar yang tak tertutup rapat setelah mengetuknya. “Lau … aku mau bicara denganmu.” “Masuklah.” Laura berusaha mempertahankan ketenangan agar Emma tak khawatir padanya. Kepala Emma terus tertunduk tatkala dudu
“Kau masih ingat biaya penalti yang harus kau bayar saat mengundurkan diri, bukan?” Asher bicara setenang mungkin supaya tidak membuat Laura terlalu tertekan. Meskipun dadanya terasa panas karena kebodohan wanita di hadapannya yang bersikeras tak mau mengungkap kebenarannya. Laura mengeluarkan kertas lain dan menyerahkannya kepada Asher. “Saya sudah membaca baik-baik surat kontrak kerja ini, Tuan. Jika belum ada satu bulan bekerja di sini, maka saya bisa mengundurkan diri tanpa membayar biaya penalti. Saya hanya tidak akan mendapatkan gaji saya, dan saya bersedia menerima itu.” Sebelumnya, pikiran Laura terlalu kacau untuk membaca ulang surat kontrak tersebut. Dia hanya mendengarkan ucapan Asher tentang biaya penalti tersebut sehingga membuatnya percaya begitu saja. Kenapa Asher harus membohongi dirinya mengenai biaya penalti itu? Apa tujuan pria itu?Laura sempat penasaran, tetapi dia sudah tak peduli lagi dan segera menepis tanda tanya dalam benaknya.“Jadi, kau tidak jadi menikah