Halo ... updatenya agak lambat dan belum tau sampai kapan ya ... keadaan lagi nggak memungkinkan dan maaf kalau ada typo 🙏
Simon yang berada di ruangan sebelah sejak tadi telah mendengar semua pembicaraan mereka. Kini Simon yakin bahwa istri keduanya telah menipu dirinya sejak awal. Ketika Hanna mendorong kursi rodanya menuju ruang sebelah, Simon menggeleng dengan tatapan mengiba. Dia belum siap bertemu dengan Joanna dan Laura.Bagaimana jika semua orang di sana menghakimi dirinya karena telah berbuat kesalahan yang begitu besar pada Callista? Wanita yang dulu sangat dicintainya.“Maaf, Tuan, saya harus membawa Anda ke sana sesuai tanda yang diberikan Tuan Asher,” ujar Hanna sambil membuka pintu. Meskipun telah dirawat dengan baik, tetapi obat yang diberikan Gilda masih membuat kaki dan tangan Simon sebelah kanan lemah. Namun, Simon sebenarnya sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. Simon ingin berdiri dan berlari pergi, tapi dia tak mungkin melakukannya. Teringat oleh perjanjian dengan Asher yang menyuruh dirinya untuk menuruti semua kata-kata sang menantu.Asher telah menolongnya dari kematian. Simo
“Baiklah, aku akan kembali ke sana untuk mencari semua bukti itu.” Simon menjawab dengan penuh keyakinan. Simon sadar diri jika kesalahannya sangat besar dan tak dapat diampuni. Dia akan melakukan apa pun agar Laura mau memaafkan dirinya, termasuk merasakan lagi obat-obatan yang diberikan Gilda, dan mungkin akan membunuhnya. Orang suruhan Asher tak mungkin bisa membantu Simon lagi karena dia pun langsung meninggalkan kediaman Hartley tanpa pamit, tatkala mengeluarkan Simon dari rumah itu.Saat ini, Gilda dan Shane mungkin menyadari ada seseorang yang telah membantu Simon melarikan diri. Mereka pasti akan memperketat penjagaan ketika Simon tiba-tiba muncul kembali. Asher yang tadinya diam akhirnya angkat bicara, “Sebenarnya, itu tidak perlu. Aku sudah mendapatkan sedikit bukti dari orang lain.” Asher mengeluarkan sesuatu dari saku celana. Sebuah foto yang sama dikirimkan Jake untuk Vincent. Menunjukkan gambar Gilda yang sedang memberikan makanan dengan obat-obatan kepada salah satu
“Aku baru saja melihat berita, Vincent akan membunuh Gilda. Apa yang sebenarnya terjadi?” Simon mendorong kursi rodanya sendiri masuk ke ruang kerja Asher. Di dalam sana, Asher dan Joanna sedang berdiskusi. Mereka terkejut oleh pertanyaan Simon yang tiba-tiba muncul. Asher melirik ke arah Theo. Asisten pribadinya itu segera membuka ponsel untuk mencari berita terbaru, lalu menunjukkan kepada Asher. “Kegilaan macam apa lagi ini?” gumam Asher sambil berdecak-decak. “Vincent benar-benar kehilangan akal sehatnya.” “Jadi, benar apa katamu tadi? Vincent sungguh mengincar Callista dan menyuruh Gilda menggoda Simon?” “Apa?!” pekik Simon. “Itu tidak mungkin, bukan?” “Sayangnya, Vincent memang mencintai mendiang Mama Callista sampai sekarang. Orangku menemukan bukti di kediaman Myers beberapa hari lalu. Itu juga alasan Vin marah besar pada Gilda, setelah tahu perbuatannya.” Asher menunjukkan foto kepada Joanna, dan sebagian lagi untuk Simon. Tangan Simon gemetaran membaca semua tulisan t
“K-Kau ….” Gilda menahan amarahnya sekuat hati. Biar bagaimanapun, Laura adalah istri Asher Smith. Dia masih harus menunjukkan sosok ibu tiri tak berdosa di hadapan Laura. “Lalu kenapa kau ada di sini? Bagaimana jika papamu marah-marah lagi seperti dulu?” “Itu tidak akan terjadi, Nyonya Gilda Morrison.” Laura sengaja memanggil Gilda dengan nama belakang Shane. “Saya memiliki setengah saham di perusahaan ini dan surat kuasa dari Presiden Direktur Perusahaan Hartley untuk menjabat sebagai presiden direktur sementara.” “Laura, kau … kenapa memanggilku seperti itu? Tidak masalah jika kau memang menginginkan perusahaan ini, kau memang berhak duduk di kursi itu. Tapi, aku masih mama tirimu yang selama ini menganggap kau sebagai anak kandungku sendiri.” Dalam sekejap saja, Gilda mampu bermain peran dengan mudah. Laura membenarkan cerita Asher tentang wanita itu. Gilda tak seperti orang yang sedang berbohong padanya. Bahkan, wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat menyayangi Laura. Sayangny
Gilda dengan kalap membolak-balik surat perjanjian kerja sama dengan Smith Group. Matanya melebar tatkala membaca semua tulisan itu sama persis dengan semua yang dikatakan Asher. “I-Ini … bagaimana mungkin ….” Suara Gilda tersekat di tenggorokan. “Bukankah perjanjian ini tidak adil?! Apa Anda sengaja ingin menipu perusahan kami?!” “Bukankah kau sendiri yang menyetujui perjanjian itu? Kenapa kau jadi menuduh orang lain bersalah atas kebodohanmu?” Asher tersenyum miring. “Segera angkat kaki dari sini. Asisten pribadiku sudah tidak sabar menempati rumah kecil ini.” Di saat yang sama, Nora pulang untuk mengambil barang-barangnya. Dia sudah tak tahan lagi tinggal di sana bersama ayah kandungnya. Namun, kedatangan Nora disambut oleh pemandangan mencengangkan itu. Gilda meronta-ronta tatkala dua pengawal menyeretnya keluar. Tak berselang lama, barang-barang miliknya yang dimasukkan sembarangan ke dalam koper dibuang ke halaman begitu saja. Semua barang milik Nora pun juga dibawa keluar o
“Sayang, kau sudah tidak banjir darah, bukan?” Asher memeluk Laura dari belakang. “Aku ingin …,” desahnya. Laura lekas membalik badan dan tersenyum manis pada sang suami. “Baiklah, aku akan memberimu hadiah atas semua bantuanmu hari ini.” Asher bersorak kegirangan dalam hati. Dia langsung menyesap bibir Laura dengan menggebu-gebu. Merapatkan badan dan mulai mengusap lembut area intim istrinya. “Haaa ….” Laura meraup udara sebanyak-banyaknya ketika bibir Asher menyerang dadanya. “Pelan-pelan, Sayang … waktu kita masih panjang ….” Semakin Laura meminta Asher untuk pelan, pria itu justru mempercepat segalanya. Dia sudah berpuasa sangat lama dan merindukan tubuh istrinya. Dengan cepat, Asher menanggalkan pakaian dan membantu Laura melucuti gaun tidurnya. “Sayang … jangan sampai meninggalkan tanda.” Laura mendorong kepala Asher menjauh dari bawah tulang selangkanya. “Nanti kalau ada yang melihatku menyusui bayi-bayi kita, mereka akan melihat itu ….” Asher langsung turun ke bawah tanp
Di kelab malam, Jake menenggak minuman bersama Rick Gilmore, sahabat sekaligus sekretarisnya yang baru saja datang. Suasana hatinya sedikit tenang ketika bisa mengobrol dan berdiskusi dengan Rick. “Sudahlah, Jake. Aku pikir, keponakan iparmu benar. Biarkan mereka mendekam di penjara dan membayar semua kejahatan mereka dengan cara yang benar. Kau tidak perlu jadi penjahat hanya untuk menangkap penjahat.” Jake kembali menuangkan minuman di gelasnya, lalu meminumnya dengan sekali tegukan. “Aku tidak bisa puas hanya dengan itu, Rick, kau tahu semuanya sejak dulu.” Rick terus mengoceh seperti kata-kata Asher dan Joanna. Jake memutar bola mata bosan mendengar perkataan itu. Mendadak, manik mata birunya menangkap sosok familiar yang sedang duduk di depan meja bar. Bibirnya menyeringai licik. Rick pun segera melihat arah pandang sahabatnya. “Siapa itu? Kekasihmu?” “Nora Hartley. Bagus sekali dia sering bergaul di tempat seperti ini. Dia yang sudah menjebak keponakanku dulu.” Rick membuk
Wajah Simon menegang tatkala melihat seringai licik Jake. “Apa yang kau lakukan pada Nora, Jake?” “Entahlah …,” balas Jake sambil berlalu pergi. Simon segera menyusul Jake susah payah dengan kursi roda. Dia terus bertanya hal yang sama, tetapi Jake tetap tak mau membalas. Laura yang sejak tadi mengamati mereka pun gegas kembali ke tempat si kembar. “Aku melihat Paman Jake tadi. Ada masalah apa?” Hanna menunduk takut dan merasa bersalah. “Maaf, Nyonya. Saya menyerahkan Claus dan Collin dalam gendongan Tuan Simon sebentar. Tapi, bukan Tuan Simon yang memintanya. Saya sendiri yang melakukannya.” Laura sudah tahu tentang perbuatan Hanna dan dia tidak berniat menyalahkan Hanna. Sebab, Laura sendiri yang sengaja pergi agar Simon dapat melihat kedua cucunya. “Bukan itu pertanyaanku, Hanna. Apa yang dilakukannya dengan Paman Jake? Mereka sepertinya bertengkar tadi.” Hanna lantas menceritakan pembicaraan Jake dan Simon yang didengarnya. Laura terkesiap oleh kata ‘cucu baru’ itu. “Nora h