Setelah mencapai puncak klimaks, Arland dan Bella saling berpelukan hingga pagi. Novia mengetuk pintu kamar Bella karena ia merasa kesulitan untuk mencari dapur, rumah mewah itu begitu besar baginya, ia terus mengetuk pintu itu hingga Arland mendengar seseorang telah berdiri di depan pintu kamarnya. "Siapa?" "Mama, Novia haus," suara Novia terdengar di balik pintu, Arland segera memakai pakaiannya lalu menyelimuti tubuh Bella agar tidak dilihat oleh Novia jika mamanya tidur tanpa menggunakan pakaian. Setelah membuka pintu, Arland melihat Novia tetap berdiri sambil memegang boneka kecil. "Kamu haus?" tanya Arland dengan lembut. Novia tidak menjawab, ia hanya mengangguk, Arland tersenyum padanya. "Apakah bibi tidak mengisi botol minum di kamar kemarin malam?" "Tidak." Arland mengantar Novia ke dapur, setiap langkah ia melihat seluruh ruangan itu, sangat besar dan megah. "Rumah ini besar seperti istana, semuanya sangat indah," ucap Novia terkagum. Arland mengelus ra
"Novia tidak ada di sekolah," ucap Arland dengan panik. "Apa? bagaimana bisa?" Kay juga panik, selama ini Novia selalu aman bersamanya, tapi setelah Arland membawanya pulang ke rumah, Novia tiba-tiba hilang dari sekolah, pasti ada konspirasi, Kay segera berlari menuju garasi, dengan cepat ia segera tiba di sekolah bersama dengan Arland. "Apakah gurunya tidak memberi tahu jika Novia pulang lebih awal?" Kay sangat panik, ia ikut menjaga Novia sejak bayi, ia merasa sedih. Bella menangis, ia menelepon guru Novia tapi tidak di jawab, penjaga sekolah juga tidak ada, siapapun tidak ada yang bisa di tanya. "Kita harus lapor ke polisi, aku khawatir Novia diculik," ucap Arland, Kay langsung memutar mobilnya menuju kantor polisi, sedangkan supir yang mengantar Bella di suruh pulang ke rumah. Bella, Arland dan Kay segera tiba di kantor polisi, tapi sebelum melangkah masuk ponsel Arland berdering, nomor tidak diketahui. Langkahnya terhenti, ia diam sejenak menatap Bella dan Kay. Kay su
"Apa yang kau katakan? mengapa Novia bisa di culik pria jahat itu!" tanya Murni sambil memegang dadanya terasa sesak. "Novia hilang dari sekolah" "Kenapa bisa hilang?" "Gurunya tidak mengatakan apapun padaku kalau Novia pulang lebih awal, jadi aku menjemputmu sesuai jadwal pulang sekolah." "Sudah di pastikan itu kesalahan gurunya yang tidak bertanggung jawab, kita harus melaporkannya ke polisi supaya guru dimana pun tidak boleh ceroboh," jawab Murni, nafasnya masih terasa berat karena sakit di dadanya. Arland mengendarai mobilnya sesuai arahan dari Anthony. Kay sudah mempersiapkan perlawanan jika Anthony menyuruh anak buahnya untuk memukuli mereka berdua. "Sekarang aku sudah mempersiapkan peralatan jika Anthony melakukan sesuatu kecurangan, kita juga tidak boleh lengah, kita harus melawannya supaya di masa depan dia tidak melakukan hal yang merugikan orang lain," ucap Kay. "Kita memang harus melawannya, dia melakukan kesalahan besar karena sudah menculik anak kecil untuk
Arland dan Kay tiba di apartemen yang di katakan papanya, apartemen itu tidak jauh dari hotel tempat Bella bekerja dulu, Arland merasa curiga ada yang salah, dengan hati-hati ia menyuruh Kay untuk menyetir sedangkan ia fokus melihat situasi di sekelilingnya. Arland tidak turun dari mobil. Di segala arah Arland melihat tidak ada siapapun yang lewat, hanya beberapa orang yang keluar masuk dari dalam hotel. "Dia membohongi kita lagi, tidak ada siapapun di sini," Arland sudah sangat marah, lagi-lagi harus di bohongi oleh Anthony. "Sial, kita tidak bisa menghubunginya kalau dia sudah memutuskan panggilan." Arland masih fokus menatap sekeliling, tiba-tiba saja ia melihat seorang perempuan yang tidak asing baginya. Sepertinya Arland pernah bertemu dengannya dan mengobrol, Arland hendak keluar tapi Kay langsung mencegahnya. "Tidak aman jika aku keluar dari mobil, Anthony bisa saja bersembunyi di manapun," Kay memperingatkan Arland. Arland mengurungkan niatnya, ia tetap fokus mel
"Papa apa yang menempel ditubuh ku ini?" tanya Novia. "Jangan takut nak, sebentar lagi ini akan lepas dari tubuhmu, papa janji tidak akan membiarkanmu dalam bahaya." Novia hanya melihat semua orang menatapnya tanpa melakukan apapun, sepertinya Novia melihat ada kekhawatiran di wajah papanya dan juga Paman Kay. Arland melihat orang yang ia suruh untuk melepaskan peledak itu belum juga tiba, ia sangat khawatir, lagi-lagi Anthony menertawakan mereka seolah sangat bahagia melihat Arland tidak bisa berbuat apapun. "sudah kubilang jangan sok pintar, aku bahkan lebih licik dari ular, jika saja tadi kalian mendengarkan ucapanku putri kesayanganmu itu tidak akan terluka, tapi kau lebih memilih sok pintar," Anthony memperingatkan Arland dengan cara mengejeknya. Arland kehilangan kesabaran, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena selangkah saja ia bertindak nyawa putrinya tidak akan selamat, sedangkan Kay terus memikirkan cara agar menyelamatkan Novia, Arland dan Kay tidak memberitahu Be
"Dia pria yang luar bisa baik, tidak ada orang seperti dia yang mau menyelamatkan orang lain dengan mempertaruhkan nyawanya tanpa rasa takut, aku harus mencari tahu siapa dia," gumam Kay dalam hatinya. Arland menyuruh Kay untuk pulang ke rumah, Arland memintanya untuk bergantian menjaga pria itu, karena tidak mungkin jika mereka berdua menjaganya sementara mereka berdua butuh istirahat karena banyaknya permasalahan yang terjadi. "Kau pulang saja dulu, kita akan berjaga setelah istirahat, malam ini biar aku yang menjaganya," ucap Arland pada Kay yang sedang duduk di kursi. "Kau saja yang pulang, Novia sangat membutuhkan mu, lagi pula Bella juga pasti butuh kau di rumah, kejadian seperti ini pasti membuatnya ketakutan, kembalilah ke rumah," Kay menolak untuk pulang, ia ingin Arland menjaga Bella dan Novia, jika terjadi sesuatu Arland siaga di rumah. "Iya kau benar, kalau ada apa-apa hubungi aku, aku akan segera datang." Arland meninggalkan rumah sakit, meski begitu ia masih te
Menjelang pagi Arland menelepon Kay untuk menyuruhnya pulang supaya bisa istirahat di rumah, Arland juga sudah bersiap-siap menuju rumah sakit.Kay menunggu Arland tiba di rumah sakit baru ia pulang ke rumah dengan tenang, karena kemungkinan Anthony bisa datang kapan saja ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit Arland menunggu dokter yang memeriksa pria itu, belum sempat bertemu dengan dokter itu sekretarisnya dari kantor meneleponnya supaya datang ke kantor segera. Arland bingung karena tidak ada satupun orang yang tinggal di rumah sakit, tidak mungkin ia menyuruh Bella untuk berjaga di rumah sakit sampai ia kembali dari kantor. Arland pun meminta dokter yang merawat pria itu untuk selalu melihatnya setiap saat, setelah itu ia pun pergi ke kantor, sepanjang perjalanan pikiran yang sangat kacau, ia merasa tidak tenang, setibanya di kantor ia langsung memasuki ruangannya, sekretarisnya pun segera datang menghampirinya. "Ada masalah Pak, proyek yang sedang dibangun di sebelah Selat
Kay ketiduran hingga sore hari, ia melihat sudah pukul 16.00 WIB, Kay segera mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Arland. "Semuanya baik-baik saja?" Arland tidak bisa membalas pesan itu, ia masih dia bisa berpikir siapa yang membawa pria itu, ia merasa semakin hari semakin banyak masalah yang datang menimpanya. Dia pun pulang ke rumah karena merasa sangat lelah seperti memikul beban yang sangat berat. Setibanya di rumah ia disambut oleh Bella dan juga Novia, raut wajahnya sangat datar tidak ada senyuman sama sekali, Bella diam dia tidak bertanya apapun, mungkin saja Arland memang sedang mengalami masa sulit di kantor, itu yang terlintas di pikirannya. Arland segera masuk ke kamar mandi, ia berdiri di bawah shower, rasanya kepalanya hampir pecah, kali ini sangat sulit untuk memecahkan teka-teki yang ia alami. Bella menyuruh Novia untuk main di kamarnya, sementara ia menunggu Arland keluar dari kamar mandi, setelah Arland keluar Bella sudah menyiapkan semua pakaian
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"