Arland dan Kay tiba di apartemen yang di katakan papanya, apartemen itu tidak jauh dari hotel tempat Bella bekerja dulu, Arland merasa curiga ada yang salah, dengan hati-hati ia menyuruh Kay untuk menyetir sedangkan ia fokus melihat situasi di sekelilingnya. Arland tidak turun dari mobil. Di segala arah Arland melihat tidak ada siapapun yang lewat, hanya beberapa orang yang keluar masuk dari dalam hotel. "Dia membohongi kita lagi, tidak ada siapapun di sini," Arland sudah sangat marah, lagi-lagi harus di bohongi oleh Anthony. "Sial, kita tidak bisa menghubunginya kalau dia sudah memutuskan panggilan." Arland masih fokus menatap sekeliling, tiba-tiba saja ia melihat seorang perempuan yang tidak asing baginya. Sepertinya Arland pernah bertemu dengannya dan mengobrol, Arland hendak keluar tapi Kay langsung mencegahnya. "Tidak aman jika aku keluar dari mobil, Anthony bisa saja bersembunyi di manapun," Kay memperingatkan Arland. Arland mengurungkan niatnya, ia tetap fokus mel
"Papa apa yang menempel ditubuh ku ini?" tanya Novia. "Jangan takut nak, sebentar lagi ini akan lepas dari tubuhmu, papa janji tidak akan membiarkanmu dalam bahaya." Novia hanya melihat semua orang menatapnya tanpa melakukan apapun, sepertinya Novia melihat ada kekhawatiran di wajah papanya dan juga Paman Kay. Arland melihat orang yang ia suruh untuk melepaskan peledak itu belum juga tiba, ia sangat khawatir, lagi-lagi Anthony menertawakan mereka seolah sangat bahagia melihat Arland tidak bisa berbuat apapun. "sudah kubilang jangan sok pintar, aku bahkan lebih licik dari ular, jika saja tadi kalian mendengarkan ucapanku putri kesayanganmu itu tidak akan terluka, tapi kau lebih memilih sok pintar," Anthony memperingatkan Arland dengan cara mengejeknya. Arland kehilangan kesabaran, dia tidak bisa berbuat apa-apa karena selangkah saja ia bertindak nyawa putrinya tidak akan selamat, sedangkan Kay terus memikirkan cara agar menyelamatkan Novia, Arland dan Kay tidak memberitahu Be
"Dia pria yang luar bisa baik, tidak ada orang seperti dia yang mau menyelamatkan orang lain dengan mempertaruhkan nyawanya tanpa rasa takut, aku harus mencari tahu siapa dia," gumam Kay dalam hatinya. Arland menyuruh Kay untuk pulang ke rumah, Arland memintanya untuk bergantian menjaga pria itu, karena tidak mungkin jika mereka berdua menjaganya sementara mereka berdua butuh istirahat karena banyaknya permasalahan yang terjadi. "Kau pulang saja dulu, kita akan berjaga setelah istirahat, malam ini biar aku yang menjaganya," ucap Arland pada Kay yang sedang duduk di kursi. "Kau saja yang pulang, Novia sangat membutuhkan mu, lagi pula Bella juga pasti butuh kau di rumah, kejadian seperti ini pasti membuatnya ketakutan, kembalilah ke rumah," Kay menolak untuk pulang, ia ingin Arland menjaga Bella dan Novia, jika terjadi sesuatu Arland siaga di rumah. "Iya kau benar, kalau ada apa-apa hubungi aku, aku akan segera datang." Arland meninggalkan rumah sakit, meski begitu ia masih te
Menjelang pagi Arland menelepon Kay untuk menyuruhnya pulang supaya bisa istirahat di rumah, Arland juga sudah bersiap-siap menuju rumah sakit.Kay menunggu Arland tiba di rumah sakit baru ia pulang ke rumah dengan tenang, karena kemungkinan Anthony bisa datang kapan saja ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit Arland menunggu dokter yang memeriksa pria itu, belum sempat bertemu dengan dokter itu sekretarisnya dari kantor meneleponnya supaya datang ke kantor segera. Arland bingung karena tidak ada satupun orang yang tinggal di rumah sakit, tidak mungkin ia menyuruh Bella untuk berjaga di rumah sakit sampai ia kembali dari kantor. Arland pun meminta dokter yang merawat pria itu untuk selalu melihatnya setiap saat, setelah itu ia pun pergi ke kantor, sepanjang perjalanan pikiran yang sangat kacau, ia merasa tidak tenang, setibanya di kantor ia langsung memasuki ruangannya, sekretarisnya pun segera datang menghampirinya. "Ada masalah Pak, proyek yang sedang dibangun di sebelah Selat
Kay ketiduran hingga sore hari, ia melihat sudah pukul 16.00 WIB, Kay segera mengambil ponselnya lalu mengirim pesan pada Arland. "Semuanya baik-baik saja?" Arland tidak bisa membalas pesan itu, ia masih dia bisa berpikir siapa yang membawa pria itu, ia merasa semakin hari semakin banyak masalah yang datang menimpanya. Dia pun pulang ke rumah karena merasa sangat lelah seperti memikul beban yang sangat berat. Setibanya di rumah ia disambut oleh Bella dan juga Novia, raut wajahnya sangat datar tidak ada senyuman sama sekali, Bella diam dia tidak bertanya apapun, mungkin saja Arland memang sedang mengalami masa sulit di kantor, itu yang terlintas di pikirannya. Arland segera masuk ke kamar mandi, ia berdiri di bawah shower, rasanya kepalanya hampir pecah, kali ini sangat sulit untuk memecahkan teka-teki yang ia alami. Bella menyuruh Novia untuk main di kamarnya, sementara ia menunggu Arland keluar dari kamar mandi, setelah Arland keluar Bella sudah menyiapkan semua pakaian
Arland dan Kay segera menuju rumah sakit, Bella dan Murni di rumah untuk menjaga Novia. Setelah tiba di rumah sakit, Arland segera menemui manager utama untuk melihat CCTV tadi pagi, Arland merasa ada yang tidak beres dengan hilangnya pria itu. Arland meminta salinan CCTV untuk untuk membuktikan siapa perempuan itu. Ternyata diluar dugaan, perempuan itu sama sekali tidak bisa dikenali, ia menggunakan masker dan kacamata hitam, pakaiannya tampak seperti jubah panjang, sama sekali tidak bisa di kenali. Saat Arland dan Kay merasa putus asa, seseorang yang tidak asing lewat setelah pria itu di bawa, Arland memperhatikan dengan jelas, ternyata ia melihat sahabat lama istrinya, Sunny. Segera ia dan Kay mencari Sunny supaya bisa mencari tahu siapa yang membawa pria yang masih koma itu. Arland pergi ke hotel bersama Kay, mereka bertanya pada resepsionis tapi Sunny tidak masuk hari ini, Arland bingung harus mencari kemana, tiba-tiba saja Kay ingat jika Sunny dan Bella dulu kos di b
"Rasanya sangat aneh ada orang tinggal di sini, satupun tidak ada manusia yang terlihat, perjalanan juga sangat jauh," ucap Kay pada Arland ketika mereka masih terus menelusuri jalan. "Kau bilang kau mampu melawan banyak mafia, melewati jalan ini saja kau sudah takut, mafia apa yang kau lawan?" "Lebih baik aku bertarung dengan banyak orang daripada harus menelusuri jalan sepi ini, bagaimana kalau kepala terbang lewat? tanpa tubuh tanpa kaki? memikirkannya saja sudah merinding!" "Kau masih percaya itu zaman sekarang? sudahi mimpi buruk mu itu!" Arland tiba-tiba berhenti di depan rumah mewah tapi tak berpenghuni, rumput dan tumbuhan liar lainnya sudah memenuhi halaman rumah, Arland mengajak Kay turun untuk melihat situasi sekitar, tetapi Kay langsung menolaknya. "Kau saja yang turun, aku menunggu di mobil," bulu kuduknya semakin berdiri, tidak ada serangga ataupun hewan lainnya yang berada di rumah mewah itu. "Rumah siapa ini?" tanya Kay sambil menggeleng kepala, ia melihat
"Kenapa kakimu tiba-tiba pincang? sebelum Arland pulang kakinya tidak apa-apa?" ucap Murni meledek Bella. Bella hanya tersenyum wajahnya merona, sedangkan Novia juga bingung melihat mamanya tiba-tiba pincang saat papanya pulang. "Iya tadi Mama baik-baik saja, kenapa tiba-tiba pincang?" Mendengar celotehan Novia semua orang di rumah itu pun tersenyum, wajah Bella tersipu malu, ia segera menyuruh Novia masuk ke kamarnya karena sudah jam 10.00 malam, sedangkan Bella juga masuk ke dalam kamarnya. Bella tersenyum mengingat kelakuan Arland sampai membuat kakinya pincang. "Dasar laki-laki, semuanya jadi meledek ku," ucap Bella lalu ia menutup wajahnya dengan bantal. Arland dan Kay singgah di apartemen, mereka akan melanjutkan pencarian esok hati, karena Kay menolak pergi ke tempat sunyi itu malam-malam. Kay sangat nyenyak tidur, ia terlihat lelah, tapi saat situasi mendesak ia selalu ada dan siap menyelesaikan tugasnya. Arland tidur disamping Kay, Arland tidak bisa tidur p
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"