Keesokan harinya di perusahaan Bramonos'grup begitu banyak tamu yang hadir, semua karyawan terlihat sibuk, menyambut para tamu penting dalam perusahaan mereka. Sekitar jam sembilan pagi tepat, sebuah ruang telah terisi penuh, oleh para tamu yang datang.Kali ini bukan sebuah pesta yang akan di adakan namun sebuah rapat penting para pemegang saham utama di Bramonos'grup. Ratna dan Bramono berdampingan masuk ke dalam ruangan tersebut lalu duduk di tempat yang telah di atur khusus untuk mereka.Seorang MC pun membuka acara tersebut, untuk segera di mulai. Lalu mereka mulai saling menyapa dan memperkenalkan diri satu sama lain.Sampai akhirnya bagian terpenting dari acara itu, yaitu pengumuman para pemegang saham, seperti yang di ketahui Bramonos'grup menerapkan sistem pihak yang akan mempunyai kewenangan untuk memimpin perusahaan nanti, ada di tangan si pemilik saham terbesar. Awalnya Bramono memang pemilik 50 persen saham di perusahaan ini, karena beberapa tahun kemarin Bramono terl
Ratna menatap Bramono sekali lagi, dalam hatinya masih menyangkal dengan kenyataan ini, sejak kapan Bramono menikah, apalagi menikahi Mala, wanita jelek yang pernah dia sewa, untuk tidur bersama Bramono.Ratna kini menatap Mala, wanita yang entah dari mana asalnya itu.Bagaimana bisa Bramono menikahi nya, apa karena dia hamil? Batin Mala, melihat seorang anak laki-laki yang memang sangat mirip dengan BramonoRatna tidak pernah berpikir Mala akan hamil karena Bramono, karena peristiwa malam itu."Bodoh! Seharusnya aku memikirkan hal ini!" Batin Ratna membodohi perbuatan dulu."Aku masih tidak percaya dengan pernikahan kalian!" Teriak Ratna."Aku tidak butuh rasa percaya dari mu, kami yang menikah tidak ada sangkut pautnya denganmu!" "Jadi selama ini, kabar yang mengatakan anda menikah dengan nyonya Ratna, tidak benar?" Tanya seorang wartawan.Bramono menatap Ratna, yang terlihat pucat mendapat pertanyaan ini, membuat Bramono tersenyum kecil di sudut bibirnya."Rasakan wanita licik, ka
Bramono mengantar Mala dan Brama sampai ke rumah, setelah itu, Bramono langsung pamit pulang, tanpa berkata apa-apa lagi.Mala masih terus menatap kepergian Bramono dengan wajah sedih, hingga akhirnya Bramono menghilang dari balik pintu.Bramono yang berjalan cepat ke arah mobilnya, langsung menyalakan mesin mobilnya, dan segera pergi dari tempat itu.Keesokan harinya, Mala terkejut saat melihat Bramono sudah ada di dalam rumahnya lagi. Mala mengerutkan keningnya, memandang Bramono dengan bingung.Bramono tersenyum lalu menarik Mala masuk dalam pelukannya, melihat raut kebingungan di wajah Mala."Aku rindu padamu, makanya aku pagi-pagi sudah ke rumah ini," ucap Bramono.Mala menengadahkan kepalanya, merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan Bramono.Bramono tersenyum, melihat ekspresi tidak percaya di wajah Mala."Itu benar, aku tidak bohong! Semalam aku tidak bisa tidur membayangkan ciuman kita kemarin, rasanya ingin kulakukan lagi," bisik Bramono."Jangan bercanda terus, katak
Setelah berhasil menelepon seseorang Ratna segera bersiap untuk pergi ke suatu tempat, setelah yakin semua yang di perlukan sudah siap.Ratna mengendarai mobilnya sendiri, dengan kecepatan sedang. Ratna menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah, yang asing bagi dirinya, karena ini adalah pertama kalinya Ratna berkunjung ke rumah ini."sejak kapan dia membeli rumah ini?" batin Ratna bertanya-tanya.Selama ini Ratna selalu mengintai Bramono kemanapun dia pergi, secara diam-diam. Ratna turun dari mobilnya, lalu berdiri kembali menatap rumah yang ada di depan matanya.Ratna berjalan mendekati pagar rumah yang ternyata tidak di kunci, membuat Ratna dengan mudah masuk ke dalamnya.Ratna menatap pintu rumah itu, lalu dia berjalan perlahan mendekati pintu itu, kemudian perlahan mencoba membuka pintu tersebut.Ratna melebarkan kedua matanya, saat tahu ternyata pintu itu, tidak di kunci. Ratna tanpa berpikir panjang langsung membuka pintu itu, dan bergerak masuk ke dalam.Ratna berjalan
Mendengar ancaman Bramono, Ratna mengerutkan keningnya.Ratna jadi merasa jika Bramono memang sangat memperhatikan Mala, Ratna bisa melihat bagaimana panik nya Bramono, saat tadi Mala bertanya padanya."Pergi kamu dari rumah ini, sekarang juga! Sebelum aku kasar padamu!" Usir Bramono."Dan ingat jangan pernah menguji kesabaran ku, karena sekali lagi akan ku pastikan, jika kamu sampai melakukan itu, apalagi sampai membuat Mala pergi dariku, aku yakin setelah itu kamu pun akan ikut mati tanpa aku sentuh!" Ancam Bramono.Bramono menyeret tangan Ratna, keluar dari rumahnya, bahkan Bramono tanpa rasa bersalah mendorong Ratna hingga terjatuh di depan pagar.Bramono menutup pagar dengan kuat, karena kesal. Bramono pun segera masuk ke dalam rumah lagi, mencari Mala.Tapi Mala sudah tidak ada di tempatnya, Bramono pun segera berlari ke arah kamar Mala, tanpa basa basi Bramono langsung masuk ke dalam kamar Mala.Namun Mala tidak ada di dalam kamar itu, jantung Bramono langsung berdetak kencang
Mala menatap aneh ke arah Bramono, yang masih berdiri saja, sambil menatap makanan yang terhidang di atas meja.Mala berjalan mendekati Bramono, lalu menepuk bahu Bramono, dengan pelan."Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?" Tanya Mala dengan pelan.Bramono menoleh ke arah Mala, menarik Mala kembali masuk ke dalam pelukannya."Aku tidak percaya, akan bisa kembali merasakan makanan yang kamu masak," ucap Bramono.Mala mematung di tempatnya, mendengar hal itu, apa Bramono selama ini juga merindukan masakannya. Mala yang sejak tadi menahan rasa ingin memeluk Bramono, akhirnya memeluk Bramono balik, karena semua hal ini."Sudahlah, jika begini terus kapan makannya," ucap Najma.Bramono melepaskan pelukannya, lalu menarik tengkuk Mala, dan mencium bibir Mala, dengan perlahan. Merasa tidak ada penolakan dari Mala.Bramono melakukan nya sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi, hingga akhirnya mereka kini terhanyut dalam ciuman itu, sampai."Ayah! Ibu!" Teriak Brama.Mala dan Bramo
Ratna yang sudah bersiap untuk memaki Mala lagi, mengurungkan niatnya, melihat Bramono berjalan ke arahnya dan Mala."Apa ada masalah?" Tanya Bramono langsung, sambil menatap Ratna tajam."Tidak ada, aku hanya terkejut mengenal orang yang lupa asal usulnya di sini," sindir Ratna, sambil melirik ke arah Mala.Bramono sangat kesal melihat sikap Ratna itu, ingin sekali dia membungkam mulut Ratna yang pedas itu, jika saja Mala tidak menahan nya."Tenanglah, dia bukan tandinganku," ucap Mala.Mendengar itu Ratna menatap tajam Mala, Ratna tidak menyangka Mala akan seberani ini sekarang.Kata-katanya juga terlihat lebih pedas namun sopan, tidak seperti dirinya, yang lebih terlihat urakan jika sedang marah."Asal kamu tahu, kamu tidak akan pernah sebanding dengannya! sampai kapan pun!" Ucap Bramono, sambil menarik Mala pergi menjauh dari Ratna.Ratna mengepalkan tangannya menahan rasa amarah dalam dadanya, mendengar ucapan Bramono barusan.Tentu saja dirinya tidak akan pernah sebanding dengan
Ratna pagi ini bangun dengan penuh semangat, setelah kemarin dia tidak berhasil menemui Mala, si buruk rupa.Hari ini Ratna berniat menemui Mala si buruk rupa lagi, entah kenapa rasa bencinya pada Mala si buruk rupa makin menjadi.Tentu saja kebencian Ratna pada mala meningkat, karena Mala si buruk rupa berani berpura-pura menjadi istri Bramono dan mempermalukan dirinya didepan orang banyak.Ratna pun pagi itu, meminta sopirnya untuk sebentar berhenti di depan rumah Bramono dan Mala.Ratna mengerutkan keningnya, melihat rumah itu, yang sepertinya masih kosong, di lihat dari lampu di luar yang masih belum di padamkan. akhirnya Ratna meminta sopir nya untuk turun agar mencari tahu tentang Mala dan Bramono."Bagaimana?" Tanya Ratna langsung pada sopirnya."Katanya beberapa hari ini, mereka pergi ke luar kota," jawab sopir.Ratna menghela nafas kesal, kenapa bisa begitu sulit menemui Mala si buruk rupa penipu itu.Ratna akhirnya pergi dari tempat itu, mungkin dia harus menyuruh seseorang u