Mala, setelah puas menangis, mulai membersihkan diri dari bau yang menyengat akibat ulah pria itu semalam. Entah berapa kali pria itu, menyemburkan lahar nya, di dalam dan di atas tubuhnya.
"Semoga, aku tidak hamil karena ulahnya!" doa Mala.Setelah merasa segar, Mala keluar dari kamar mandi. Dia terlihat bingung, melihat pakaian nya sudah sobek, karena di tarik paksa oleh pria itu semalam. Mala terpaksa mengambil kemeja pria itu, yang tergeletak di lantai dan segera mengenakannya."untung saja, dia tidak memakainya lagi, atau aku terpaksa, setengah telanjang keluar dari hotel ini!" ucap Mala, masih bisa bersyukur.Setelah dari hotel, Mala pergi ke rumah sakit, untuk melihat keadaan ibunya. Begitu sampai di rumah sakit, Mala terkejut, mendengar keadaan ibunya yang kritis.Bagaimana itu bisa terjadi, bukankah operasi nya berjalan lancar? bathin Mala cemas. Pikiran buruk mulai datang di pikiran Mala, airmata Mala mulai turun, baru saja dia kehilangan kehormatan nya, Mala tak ingin sampai kehilangan Ibunya juga hari ini.Mala menatap pintu ruangan di mana ibunya berada, entah mengapa pintu itu, tidak juga bergerak untuk memberi kabar. Mala berdiri, ketika melihat pintu sedikit terbuka, dengan pandangan sedih dia menatap dokter yang keluar.Mala merasa mulutnya begitu susah sekali di buka, untuk menanyakan bagaimana keadaan Ibunya, untung saja sang Dokter mengerti keinginan Mala."Maaf kami sudah berusaha, tapi Ibu anda tidak bisa kami selamatkan, karena pendarahan di kepalanya ternyata terlalu parah," ucap Sang Dokter, dengan sedih.Mendengar itu Mala langsung terduduk lemas, tubuhnya seperti melayang, pandangan matanya langsung kabur dan gelap."Tidak ibu, jangan tinggalkan aku! aku tak mau sendirian! aku masih butuh ibu!" Lirih Mala.Mala dengan sedih, menatap jasad Ibunya di bawa keluar dari ruangan itu, menuju kamar jenazah. Mala bahkan saat itu, tak sanggup menghentikan mereka, untuk sekedar melihat sebentar wajah Ibunya, Matanya tiba-tiba gelap.Mala menangis di dekat makam Ibunya, Ibunya sekarang sudah pergi untuk selamanya, Mala merasa akan selalu sendirian mulai saat ini."Mala, sudah kita pulang! Biar ibu kamu tenang di sana, jangan menangis terus, kita doakan saja biar amal ibadahnya di terima di sisinya!"Mala menggeleng lemah, tidak kuasa beranjak dari sisi makam ibunya, tapi beberapa orang memaksanya pergi dari tempat itu, karena hari mulai malam.Mala menangis lagi menatap foto Ibunya, selama ini hanya ibu yang dia punya, sedangkan ayahnya sudah meninggal sejak dia kecil. Sekarang dia sendirian, setelah Ibunya juga pergi,Mala menjadi bingung harus kemana, setelah ini.***Seminggu sudah Mala kehilangan ibunya, Mala masih mengurung diri di rumah, kadang-kadang ada tetangga yang sengaja datang untuk menengoknya."Mala, apa kamu mau bekerja?" tanya pak Harun, ketika dia dan istrinya datang menjenguk."Bekerja?" Tanya Mala kebingungan."Iya, dari pada kamu bersedih terus, lebih baik kamu sibuk bekerja, tidak baik untuk kamu jika terus begini," jelas ibu Harun."Bekerja apa??" tanya Mala."Di tempat bapak bekerja, sedang butuh cleaning service, apa kamu mau?" Tanya pak Harun."Cleaning servise?""Iya, bapak kan kerja menjaga apartemen dan apartemen itu sedang membutuhkan tenaga cleaning servise," jelas Harun.Mala terdiam, dia bingung harus mengatakan apa, apa dia sudah bisa bekerja sekarang, sementara hatinya masih bersedih. Bukan hanya sedih karena kehilangan Ibunya, tapi juga karena telah kehilangan kehormatannya, dan sekarang timbul perasaan takut hamil.Bagaimana seandainya itu terjadi, kemana dia harus meminta tanggung jawab."Akan aku pikirkan pak, terimakasih," ucap Mala pada pak Harun.Mala masih bersyukur, walau dia dan ibu nya belum lama pindah ke tempat ini, tapi para tetangga sangat perhatian padanya. Setidaknya Mala tidak terlalu merasa sendirian.Mala ingat, dia masih punya uang sisa pembayaran menjual kehormatan nya. Membuat Mala siang ini, berniat pergi ke rumah majikan Ibunya, menemui Ratna.Mala jalan perlahan, menuju rumah majikannya, tapi langkahnya terhenti ketika melihat pria yang telah merenggut kehormatan nya ada di sana, dia terlihat sangat marah."Keluar kamu Ratna!" Teriaknya.Pria itu menggedor pintu pagar kuat-kuat, sambil berteriak lagi, ternyata pria itu memang memang suka berteriak, bathin Mala."Keluar atau ku panggil polisi!" Ancamnya.Mala melihat dari luar pagar, Ratna keluar dari rumahnya, tapi dia tidak sendirian, dia bersama kedua orang tuanya."Buka gerbang!"Gerbang terbuka cepat, pria itu langsung masuk tanpa menutupnya, Mala segera mendekat ingin mendengar pembicaraan mereka."Kamu sini!!" pria itu menarik Ratna. Wajah Ratna terlihat pucat."Lepaskan dia, apa yang telah dia lakukan yang membuat kamu marah?""Dia telah berani memberi aku obat perangsang, dan menjebak ku tidur dengan wanita jelek!" teriak pria itu."Dia telah merenggut kehormatan aku ayah!" teriak balik Ratna, untuk membela dirinya."Benarkah? bukankah kamu sendiri yang dengan sukarela menyerahkannya!" balas pria itu."Itu karena aku mencintainya!""Cinta? mana ada wanita menjebak pria yang di cintai nya! kamu hanya terobsesi untuk memiliki aku, iya kan?" Sarkas pria itu."Sudah kita bicarakan ini di dalam, malu sama tetangga," ucap Nyonya rumah."Tidak usah! aku hanya ingin dia mengaku, jika benar dia yang menjebak ku!" Ucap pria itu, sambil mendorong Ratna hingga terjatuh.Mala yang sedang bersembunyi di balik tembok, bergidik ngeri, ternya pria itu benar-benar tak punya perasaan. Mala yakin, jika dia menampakkan diri, pasti dia juga diseret dan di dorong oleh pria itu."Aku akan membawa kasus ini ke polisi!"Mala makin merasa takut, mendengar nama polisi di bawa-bawa. Tanpa buang waktu, Mala langsung pergi dari tempat itu, mengurungkan niatnya untuk menuntut sisa pembayaran.Mala berjalan cepat menuju rumahnya. Mala langsung masuk ke dalam kamar tidurnya, menyembunyikan diri dalam selimut yang tebal, tubuhnya masih bergetar karena ketakutan.Ternyata pria itu benar-benar kejam, Pria itu tak perduli dia wanita atau pria, dia akan tetap berlaku kasar pada siapapun, Mala mengingat bagaimana pria itu mendorong kuat Ratna hingga tersungkur. Mala bergidik ngeri sekali lagi."Ya Tuhan! Jangan pertemukan aku dengan pria itu lagi!" Doa Mala.Mala mencoba memejamkan matanya, agar bayangan pria itu segera hilang dari pikirannya."Ya Tuhan! Jangan biarkan dia masuk dalam mimpiku lagi!" Doa Mala lagi."Tok, tok, tok," suara ketukan pintu, membuat mata Mala yang terpejam kembali terbuka, Mala segera menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, lalu segera turun untuk melihat siapa yang datang."Iya sebentar!" Teriak Mala, sambil berjalan ke arah pintu."Cari siapa?" Tanya Mala langsung, saat melihat seorang pria muda, berdiri di depan pintu."Anda, anak dari ibu Narti kan?""Iya kenapa?""Tuan Charles, memanggil anda," jawab pria itu."Tuan Charles?" Tanya Mala bingung, karena merasa tak kenal siapa tuan Charles."Majikan ibu anda,""Deg" jantung Mala, langsung berdegup kencang mendengar itu."Ada perlu apa yah?" Tanya Mala, sambil menyembunyikan rasa resah nya, agar tamunya tidak curiga."Saya tidak tahu, saya hanya di minta menjemput anda sekarang juga!" Jantung Mala makin berdegup tak karuan, apa soal pria itu, apa pria itu akan membawanya ke polisi? Mala bertanya dalam hatinya."Apa tidak bisa besok, hari ini saya ada keperluan?" Tolak Mala."Maaf nona, seperti nya tidak bisa, tadi tuan Charles berpesan harus membawa anda sekarang juga?" Mala menghela nafasnya, apa yang harus di lakukan nya saat ini? alasan apa yang harus di katakan, agar dia tak jadi pergi ke sana."Maaf, nona cepatlah bersiap. Aku tunggu di sini!" "Iya," jawab Mala, sambil menutup pintu."Ya Tuhan, lindungi aku apapun yang akan terjadi!" doa Mala, dalam hati nya.Mala dengan terpaksa mengikuti pria itu, kembali menuju rumah majikan Ibunya, untuk menemui Tuan Charles.Mala ketakutan, saat melangkah masuk ke dalam rumah itu. Mala melihat Ratna, sedang menangis histeris, di pangkuan ibunya. Ratna memi
Hasrat Bramono makin naik mendengar desahan itu, bagaimana mungkin hanya mendengar desahannya saja, hati Bramono bisa bergetar."Tubuhnya nikmat sekali," ucap Bramono dalam hatinya.Baru kali ini Bramono merasakan tubuh wanita senikmat ini, entah sudah berapa banyak dia tidur bersama seorang wanita, tapi hanya dengan wanita ini, dia merasakan hal yang berbeda.Bramono terus bermain di atas tubuh wanita itu tanpa kenal lelah dan bosan, seperti tidak ingin berhenti. Bramono sampai di buat pasrah dengan kenikmatan yang sedang dia rasakan saat ini, hingga Bramono akhirnya mencapai puncaknya.Bramono mencium kening wanita itu, sesaat setelah dia mencapai puncaknya, seakan-akan Bramono mengucapkan terimakasih, hal yang tak pernah dia lakukan pada wanita lain setelah mereka bercinta.Bramono menarik dan memeluk erat wanita itu dalam dekapannya, mata yang terpejam pun enggan untuk terbuka, karena rasa tak ingin berpisah. Bramono pun akhirnya malah mempererat pelukannya, tapi kenapa rasanya em
Mala terkejut saat seseorang menabraknya, bahkan kini menindihnya, mala membuka matanya."Harun!" Teriaknya, sambil mendorong tubuh Harun agar bangun dari tubuhnya, tapi tidak berhasil."Siapa kamu?" Bentak Harun.Mala memukul kepala Harun pelan "bodoh! aku Mala!" Teriak Mala kesal.Harun menatap Mala sebentar lalu segera bangun."Kamu benar-benar Mala?" Tanya Harun setengah tidak percaya."Kenapa jadi jelek begini?" Lanjut Harun.Mala mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Harun."Ini karena ibu, ibu takut aku di ganggu oleh pria-pria kota, yang katanya banyak yang jahat, jadi aku di minta ibu untuk berpenampilan seperti ini," jelas Mala.Harun tertawa mendengar hal itu, "ibu kamu aneh! Setiap wanita desa ini yang pergi ke kota pasti berubah cantik putih dan bersih tapi ibu kamu, ingin kamu sebaliknya," ucap Harun"Aku juga tidak tahu soal itu!" Jawab Mala.Harun tertawa lagi, tapi dalam hati Harun merasa lega, jika Mala seperti ini pasti di kota tak ada yang berani mendekat, jadi M
Seharusnya aku tak usah perduli dia hamil atau tidak, jika dia hamil, biarkan saja dia yang merawat anak itu."Aaaahk!" teriak Bramono kesal, kenapa hati dan mulut nya tidak sinkron, mulut nya selalu berkata tak usah di pikirkan, tapi hatinya berkata lain. Bayang-bayang wanita jelek itu makin jelas, saja di kedua matanya, bahkan dalam mimpinya setiap malam."Sudah ku bilang, untuk tidak memperlihatkan wajahnya, kepadaku!" Bentak Bramono kesal, tak bisa melupakan wajah wanita itu.Karena tak bisa melupakan wajah wanita itu, Bramono memutuskan untuk pergi keluar, rasanya dia ingin menikmati minuman yang sedikit keras agar bayangan wanita itu hilang, dari ingatannya.Bramono pun akhirnya pergi ke tempat yang sering dia di kunjungi, jika ingin minum-minuman beralkohol.Satu dan dua gelas sudah habis di teguknya saat itu, tapi bayangan wanita itu belum juga lepas, akhirnya tanpa terasa satu botol pun habis tanpa sisa, dan juga botol-botol lainnya.Kini Bramono lemas tak berdaya dalam pengar
Rima pun langsung mengatakan persyaratan apa yang harus di persiapkan oleh Mala, untuk melamar pekerjaan itu. Setelah Rima pulang, Mala segera mempersiapkan semua yang tadi di sebutkan oleh Rima."Doakan aku ibu, agar aku bisa mendapatkan pekerjaan ini dan melupakan dia," ucap Mala.menatap kembali foto ibunya dengan sedih.Dua hari kemudian, Mala akhirnya kembali ke Jakarta, dia kembali ke rumah kontrakan nya yang dulu, karena sebelum pergi, Mala telah membayar satu tahun full uang kontrakannya.Para tetangga nya dulu, langsung menemui Mala, dan menyambutnya dengan hangat."Kamu sudah nggak sedih lagi kan?" Tanya ibu Harun."Tidak ibu, aku sudah baik-baik saja, aku ke sini untuk bekerja," jelas Mala."Syukurlah, jika ada apa-apa datang ke tempat ibu, jangan malu atau ragu," lanjut ibu Harun.Mala tersenyum lebar mendengar hal itu. Ternyata di Jakarta lebih menyenangkan dari pada di desa, Mala di desa selalu sendirian, bahkan terkesan di jauhi, tapi di sini dia di terima dengan baik.
Mala bersiap untuk berangkat kerja, hari ini adalah hari pertama kali dia, bekerja. Mala langsung di minta masuk di malam hari. Mala menatap dirinya di cermin, untuk melihat dirinya, saat memakai seragam seorang cleaning servise. Mala menghela nafas panjang, biarlah untuk sekarang dia bekerja sebagai cleaning servise, mungkin lain kali dia akan jadi pemilik perusahaan, bisik hati Mala memberi semangat hidupnya.Tapi itu tak lama, Mala memukul kepala nya sendiri, menyadari pikiran bodohnya barusan, yang tidak sadar siapa dirinya."Bodoh! Khayalanmu terlalu terlalu tinggi!" Maki Mala pada dirinya sendiri.,Mala, sambil menunggu ojek onlinenya datang, dia memeriksa lagi barang bawaannya. Tak lama kemudian ojek yang dia pesan datang dan segera membawanya, ke tempat dia bekerja.Begitu sampai di sana, Mala pertama-tama bertemu dengan om Rudi, untuk bertanya tentang tugasnya. Mala malam ini ternyata, dia tugaskan untuk membersihkan sebuah apartemen, yang baru saja di tinggalkan pemiliknya,
Bramono dengan senyum bahagia, pamit pulang pada sekertaris nya, Bramono tidak sabar ingin bertemu, dengan wanita yang sedang menunggunya di apartemen sekarang."Malam ini, aku harus mandi keringat!" Ucap Bramono, menyemangati dirinya sendiri.Setelah malam itu, kehidupan Bramono memang berubah 180 derajat, Bramono tidak pernah lagi keluar dan berjalan dengan seorang wanita.Hampir saja, gelar Casanova hilang darinya.Malam ini, Bramono akan kembali ke jati dirinya yang lama. Bramono jadi merasa tidak sabar, sampai di apartemen, pasti seorang gadis cantik, dan seksi sudah menunggu nya di sana.Di tempat yang sama, di sebuah gedung apartemen lantai delapan, Mala berdoa dalam hati, agar tidak bertemu dengan Pria itu lagi. Namun baru saja Mala keluar dari pintu lift, dia melihat pria itu kembal. Pria itu menggandeng seorang wanita cantik, masuk ke dalam apartemen nya.Mala menghela nafas lega, setidaknya dia aman saat ini, Mala menunggu pria itu menutup rapat pintu apartemen nya. Saat it
"Apa!" Bentak Bramono, sambil bangun dari duduknya.Bramono merasa kesal, dengan jawaban dari Dokter, bagaimana bisa dia kembali tidur dan mengulangi malam panas bersama wanita itu, membayangkan nya saja, dia sudah bergidik ngeri.Poni dan rambut kepang dua wanita itu, mulai muncul di ingatan nya, lalu kacamatanya yang besar dan yang lebih parah, kawat gigi yang menempel erat di gigi wanita itu, membuat Bramono bergidik sekali lagi."Tenanglah!" Ucap Dokter, melihat kemarahan pada diri Bramono."Saya tidak sembarangan mengatakan hal ini, saya menganalisa, jika gangguan pada senjata anda, karena pikiran anda pada wanita itu, melebihi batas normal," jelas Dokter.Bramono termenung di dalam mobil, mengingat kata-kata dari dokter, lalu menarik nafas panjang, melepaskan rasa sesak di dalam dada."Sepertinya, aku harus mencari wanita itu, dengan benar," ucap Bramono.Bramono memutuskan tidak kembali ke kantor hari ini, tapi pulang ke apartemen nya, rasa semangat bekerja dalam dirinya, kini s
Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai